"Ditemukan mayat seorang pengusaha baju, Qey Dreindolg yang diketahui berumur hampir setengah abad meninggal dengan keadaan mengenaskan. Kepala belakangnya bolong, terdapat sayatan tak beraturan di perutnya dan ditemukan tanda bakaran di dadanya yang berbentuk kupu-kupu. Pelaku masih belum ditemukan, poli-"
tut
"Buat apa kau menonton berita seperti itu, kak?" tanya seorang gadis berambut blonde dan wajah cantik.
"Anak kecil tak perlu tau." suara lelaki itu terdengar cukup berat, dia beranjak dari sofa ruang tamu menuju dapur, meninggalkan adik perempuannya.
"Kak, dia kapan datang? Aku sudah sangat merindukannya." gadis itu mengejar kakaknya menuju dapur, ia harus mengambil langkah lebar karena perbedaan tinggi mereka.
"Dia sibuk, mungkin nanti." jawab lelaki itu sembari menikmati kopinya yang diambil dari mesin kopi otomatis.
"Ish, padahal aku merindukannya. Aku sangat bosan, jadi aku mencari mainan baru di sekolah." gadis itu memangku dagunya.
"Apa? lagi? Kau tau kakak repot jika berurusan dengan keluarga mainanmu, Shella," ucap si lelaki dengan nada tak bersahabat pada perempuan yang bernama Shella itu.
"Habisnya, mereka kelihatan lemah. Toh aku cuma bercanda, mereka saja yang lemah, baru begitu sudah kena mental." gadis itu membela diri, seakan tak mau diceramahi oleh kakaknya.
"Huh terserah, kalau sampai aku dipanggil ke sekolah maka uang jajanmu kukurangi $5000. Tak ada bantahan." Lelaki itu berlalu meninggalkan adiknya yang sudah mengamuk di dapur.
***
"HEH...BABI, KEMARI KAU," teriak seorang siswi dengan suara menggelegar.
Suasana kantin yang tadinya ricuh kini menjadi hening tiba-tiba dan tegang. Siswi yang terkenal dengan kesadisannya dalam merundung orang sudah beraksi.
Orang yang dipanggil hanya berdiri kaku dengan tangan yang memegang nampan makanan miliknya.
"KEMARI SIALAN! KAU TULI, ATAU MAU KUCUNGKIL GENDANG TELINGAMU?" ancamnya dengan raut yang emosi.
Orang itu berjalan cepat menuju si pemanggil karena tak ingin apa yang diucapkannya benar-benar ia lakukan pada telinga tersayangnya, sudah cukup minggu lalu perutnya yang mendapat tatto dari cutter.
"A-ada perlu apa, Shella?" tanya orang itu dengan raut ketakutan dan tangannya gementar.
"Kenapa lama sekali, hm? Kau kan laki-laki, masa gerakannya lama. Mau dihukum, HAH?!" bentak Shella di akhir kalimatnya yang membuat teman-teman semejanya dan seluruh kantin kaget.
"T-tidak, jangan. Ampuni aku," siswa itu berucap panik.
"Hahaha...bagus, memohonlah terus!" Shella tergelak karena siswa itu langsung berlutut di hadapannya.
"Heh si sialan ini rendah sekali, hahaha." salah satu teman semeja Shella menyiram jus mangga pada kepala siswa yang hanya pasrah tersebut, ia tak bisa melawan karena sekolah ini bagaikan neraka karena murid-muridnya hanya penjilat dan perundung yang tak memiliki rasa kasian.
"HAHAHAHA...Kau seperti badut sekarang, sekarang tertawa bahagia sambil bilang 'terima kasih, Shella'. Cepat!" perintah Shella sembari memangku kakinya setelah meludahi siswa itu.
"Hahahaha terima kasih, Shella hahaha." raut siswa itu tersenyum tetapi hatinya hancur karena merasa dipermalukan oleh Shella dan teman-temannya.
"Kau menertawaiku?" tanya Shella marah, tanganya mengepal.
"T-TIDAK SHELLA. BUKAN BEGITU, AKU-"
PRAKK
Suara gelas yang pecah terdengar jelas di kantin yang hening itu, semua murid terkesiap karena darah segar mengucur dari kepala siswa yang tergeletak di lantai kantin dengan tumpahan makanannya yang berserak di sekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Butterfly
Mystery / ThrillerTerjadi pembunuhan beruntun di kota-kota besar di benua Amerika, semua korban merupakan orang-orang penting dan kalangan atas, pembunuh tersebut meninggalkan tanda di dada bagian kiri setiap korban yakni gambar kupu-kupu. Siapakah pelaku dan alasan...