dear Mrs.

80 4 1
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 12 a.m, seorang wanita dewasa masih mengetik di laptop miliknya dalam ruangannya.

"Nyona Ellenor, anda masih belum selesai? Apa anda akan menginap atau pulang? Saya akan mengunci kantor secepatnya," ucap seorang satpam yang mendapat tugas jaga.

"Oh baiklah, aku akan pulang. Kau bisa mengunci kantornya." Wanita bernama Ellenor itu mulai membereskan mejanya dan berjalan keluar dari kantor yang gelap tersebut hanya dengan menggunakan senter hp sebagai penerangan.

Saat  tiba di parkiran bawah tanah kantor, ia menuju mobilnya yang diparkir di bagian yang agak jauh dari lift turun. Saat sedang berjalan, Ellenor merasa bahwa ada seseorang yang mengamati langkahnya.

Srrett

Suara besi yang bergesekan dengan lantai semen parkiran menggema jelas, Ellenor mempercepat langkahnya dengan tubuh keringat dingin. Napasnya satu-satu akibat berlari menggunakan hak tinggi, kakinya sampai lecet dan luka.

Saat tiba di mobilnya, ia berusaha mencari kunci mobil dalam tasnya namun, saat telah mendapatkannya kunci itu malah terjatuh dan tertendang ke bawah mobilnya.

"Sial, kemana benda itu." Ellenor panik dan berjongkok sembari meraba-raba lantai, saat hendak berdiri kepalanya terasa sakit karena ditendang menggunakan sepatu kulit hingga terantuk keras pada pintu mobilnya.

BRAKK

"AAAKH." Ellenor memegang kepalanya yang berdengung akibat tendangan dan pintu mobilnya.

Belum sempat melihat pelaku, kepalanya kembali dihantam keras dengan besi hingga kesadarannya hilang.

***

"Candice, tumben ibumu pulang telat. Biasanya paling lama jam 11 a.m sudah pulang." Shella memakan cemilan yang disediakan Candice.

"Aku tak peduli, paling sedang pesta seks bersama berbagai macam lekaki murahan." Candice mengangkat bahunya, ia seakan tak peduli dengan ibunya.

"Hei, mulutmu jahat sekali," ucap Manda sembari memukul bahu Candice.

"Ck kau sibuk sekali, Manda. Kau tau, ibu Candice saja tidak pernah peduli pada Candice, jadi untuk apa juga Candice peduli padanya." Bella menoyor pelan dahi Manda hingga gadis itu mengusap dahinya dengan  wajah tertekuk.

"Aah biarkan saja wanita itu, lebih baik sekarang kita menonton film di N. Aku malas dengan topik ini," ajak Candice yang disetujui oleh ketiga temannya.

Mereka menonton tanpa tau waktu bahwa ini sudah memasuki hari baru dan beberapa jam lagi mereka harus pergi ke sekolah.

***

Ellenor terbangun, saat mengedarkan pandangannya hanya gelap yang dapat ia lihat. Tubuhnya juga telah telanjang dan dirantai serta dilapisi tali, ia bisa merasakannya.

Suara langkah sepatu terdengar, dari kegelapan muncul seseorang yang membawa lilin kecil yang menyala, orang tersebut memakai topeng mata berwarna hitam sehingga Ellenor tak bisa mengenalinya.

"SIAPA KAU! LEPASKAN AKU, KAU TAK TAU AKU SIAPA HAH!?" bentak Ellenor hingga wajah lusuhnya memerah dan rambutnya menutupi wajahnya.

"Heii...jangan begitu, nyonya Ellenor. Nasibmu sekarang bergantung di tanganku, jadi bersikap baiklah jika ingin selamat." nada orang itu ramah di awal, tetapi memasuki kalimat kedua nada bicaranya berubah menjadi dingin dan mengintimidasi.

Tubuh Ellenor kaku sesaat, suara perempuan. Ellenor berusaha mengingat kembali siapa musuhnya yang berkelamin perempuan, tetapi ia tak bisa menebak siapa karena orang di depannya menggunakan topeng dan rambutnya disanggul kecang ke belakang yang jika dilihat dari depan maka kelihatan seperti lelaki. Orang itu juga mengenakan kemeja serba hitam.

Night ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang