her

138 7 0
                                    

Suara lagu yang memekakkan telinga terdengar keras hingga menggetarkan lantai dansa di salah satu club ternama di Amerika, semua orang menari, meliuk-liukan badan mereka.

Ada yang duduk di meja bar sembari meminum alkohol mereka, duduk bersama para jalang sewaan, berciuman di sudut ruangan, bahkan ada yang sedang melakukan seks bebas di salah satu meja mewah dan dilempari uang oleh beberapa orang yang menonton.

Seorang wanita bertatto kupu-kupu di lehernya memasuki ruangan VVIP berkat kartu masuk yang dimilikinya. Saat menapakkan kakinya di dalam ruangan itu, hampir semua mata memandangnya, tubuhnya lebih tepatnya karena wanita itu mengenakan pakaian yang cukup ketat sehingga tubuh idealnya tercetak.

"Hera, kemari beb." seorang wanita yang hampir telanjang melambai padanya.

Wanita bertatto itu melangkah mendekati orang yang memanggilnya, ia mendudukan diri di samping wanita tersebut.

"Ada apa?" tanya Hera dengan nada dingin dan datar.

Wanita yang memanggilnya tadi, sekarang malah sibuk berciuman dengan seorang kakek tua yang memakai jas mahal.

Hera terpaksa harus menunggu sebentar, dipindainya ruangan VVIP ini. Hampir semua orang berhubungan seks, beberapa yang memvideokannya, beberapa sedang berjudi dan sisanya sedang menontoni jalang yang sedang menari telanjang dan menampilkan kemaluan mereka. Intinya, ruangan ini penuh dengan makian, desahan serta bunyi pertemuan tubuh dari orang yang sedang melakukan seks bebas.

Bau dari ruangan ini juga memualkan, alkohol bercampur dengan berbagai macam sperma serta parfum, mungkin jika orang awam masuk ke ruangan ini maka dapat dipastikan bahwa mereka akan langsung mual dan muntah.

"Hei!" tekan Hera karena ia mulai emosi, waktunya berkurang karena menunggu di ruangan menjijikan ini.

"Oh maaf beb. Aku terlalu asik dengan bola keriput si kakek hehe. Dia ada di ruangan nomor 2, kau tinggal masuk saja ke sana, dia sudah menunggu." wanita itu sibuk memijit kemaluan si kakek yang sedang memainkan payudara milik jalang lain yang berada dipangkuannya.

Tanpa menjawab, Hera langsung berdiri dan melangkah menuju ruangan lain dalam ruangan VVIP itu sesuai apa yang diinstruksikan oleh wanita tadi.

Di tengah perjalanan, Hera melihat banyak pasangan yang sedang bercinta di lorong hingga cukup sulit untuk berjalan. Beberapa kali Hera digoda dan ditarik untuk digilir oleh pria-pria mesum, tetapi Hera menyakari lengan mereka dengan kuku runcingnya dan menonjok mereka kemudian mengangkat jari tengahnya pada mereka yang sedang mendesis kesakitan.

Hera menekan kartu miliknya ke alat pemindai yang tertempel di pintu itu, lalu melangkah masuk setelah pintu terbuka. Tak lupa ia menutupnya agar tak ada yang melihat aksinya nanti di dalam.

Ruangan mewah itu cukup gelap, hanya diterangi oleh dua lilin aroma terapi yang menyala.

"Sayang? kaukah itu?" tanya seorang pria, suaranya menandakan bahwa ia telah berumur.

"Ya, sayang. Ini aku," jawab Hera dengan suara yang sengaja ia ubah menjadi lembut dan menggoda.

Hera berjalan menuju pria yang duduk di atas tempat tidur dengan hanya menggunakan handuk di pinggangnya.

"Sudah lama, sayang?" tanya Hera sensual sambil mengelus perut buncit pria itu, Hera bergeser mendekat pada pria itu.

"Ahh tanganmu sangat halus, sayang. Aku tak sabar untuk merasakan tanganmu di penisku, langsung mulai saja. Aku sudah tak tahan." pria itu menarik handuknya sehingga menampakkan kemaluannya yang sudah menegang.

"Sudah tegang dari tadi ya sayang?" tanya Hera menatap penis pria itu. Dalam hati Hera mengumpati pria itu.

"Cepat! Aku sudah tegang." Pria itu hendak menekan kepala Hera tetapi, Hera menahannya dan mengatakan bahwa harus dari tangan dulu.

Night ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang