She.1

633 33 0
                                    

"Reynan! Sumpah ya, lo tuh,"

"Ganteng."

"Balikin ga!"

"Engga!"

"Lo gini banget sih, gak sudi akpol nerima lo!"

"Apa! Coba bilang lagi?"

"Akpol gak sudi nerima anak kayak lo."

"Arrghhh, Reynan! Lepas ga!"

"Reynan! Nevya!" Teriakan bu Marin menghentikan Reynan yang tengah memiting leher gue.

"Bu, tolonglah bu, saya mau pindah kelas." Ucap gue menghampiri bu Marin dan memohon dihadapannya dengan memelas.

"Ini sudah mau ujian kelulusan kelas 12, Nevya. Satu bulan lagi kalian ujian dan akan pisah sampai kapan ibu gak tau." Jawab bu Marin.

"Saya udah gak tahan banget bu." Keluh gue.

Huh, tiga tahun satu kelas dengan Reynan Karendra berhasil membuat gue menua lebih cepat. Bayangkan, setiap hari ada aja tingkahnya yang bikin Nevya Elmeysa yang baik hati ini naik darah. Bener-bener emang tuh makhluk satu.

"Nev, coba deh saran gue nih ya. Kalo Reynan jailin lo atau apalah, diemin aja. Nanti dia yang bosen." Ucap Bianca saat kami sedang makan siang di kantin.

"Ih gue tuh udah terlanjur emosi, Ca. Lo liat kan, tiap hari kelakuan dia tuh ada aja yang bikin naik pitam." Sahut gue lalu menyuap batagor yang ada di hadapan gue.

"Makanya lo diemin aja, Nev. Nanti juga dia capek, berhenti sendiri."

"Yang ada dia malah merasa diatas angin setelah nindas gue dan gak ada perlawanan."

"Lo coba dulu deh. Ya minimal lo harus janji sama diri lo sendiri gak bakal nanggepin si Reynan. Udah diemin aja. Lo gak capek apa ngeladenin orang kayak gitu? Gue aja yang liat capek, Nev." Jelas Bianca membuat gue sedikit berpikir.

Iya juga sih, dari awal masuk sekolah ada aja kerjaannya si makhluk astral itu. Kayak motto hidupnya tuh tiada hari tanpa gangguin gue. Capek juga sih selalu ribut sama dia.

"Meysa."

"Meysa."

"Elmeysa."

"Siapa yang bapak panggil? Biar saya bantu." Tawar gue akhirnya membalikkan badan karena pergelangan kanan gue sekarang berada dalam genggamannya.

"Sa, sebentar."

"Lepas." Gue menghempas cekalannya kasar. Heran banget gak sadar-sadar.

"Meysa, sebentar aja."

"Nevya." Sahut gue ketus.

"Aku mau bicara bukan sebagai guru kamu, tapi sebagai mas Darren."

"5 menit."

"Mas mau minta maaf soal kejadian seminggu lalu. Maaf karena mas terlalu excited Sa bisa ketemu kamu lagi. 3 tahun bukan waktu yang lama buat bikin mas bisa bersikap biasa aja saat ketemu kamu lagi."

"Maaf kalau bikin semuanya kacau, padahal mas baru hadir. Maaf buat kamu dalam masalah."

"Itu udah lewat. Anak-anak juga gak ambil pusing kayaknya. Ini yang akan jadi masalah. Saya permisi." Ucap gue memutus pembicaraan sore ini dan langsung meninggalkannya.

"Meysa, mas minta maaf." Ujarnya dengan kembali menarik tangan gue.

"Anda minta maaf tapi mengulanginya lagi? Dipikir-pikir lagi deh."

"Mas,"

"Waduh, apa nih, pak? Kok pegang-pegang pacar saya." Suara Reynan tiba-tiba dan melepaskan tangan gue dari pegangan tadi.

ene.My.loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang