He.2

233 15 0
                                    

"Lo jailin dia mulu, Nan. Suka ya?"

"Engga, anjir. Gila kali." Jawab gue mendengar pertanyaan Arian yang sangat tidak masuk akal.

"Terus motif lo apa anjir?"

"Gaada motif khusus. Kadang dia rese atau ya gue pengen aja."

"Hati-hati lo." Peringat Arian yang hanya gue anggap angin lalu.

Hati-hati apaan coba. Takut gue jadi suka sama manusia kayak gitu? Modelan Nevya? Engga deh kayaknya. Bukan tipe gue banget.

Reynan Karendra yang ganteng dan keren ini sangat bertolak belakang sama si Nevya Elmeysa si ratu bar-bar itu. Hih, gak banget deh sama dia. Meskipun ya, sebenernya cantik sih.

Baru aja gue dan Arian omongin, udah dateng tuh ratu bar-bar. Tapi, tumben banget dia dateng tanpa kehebohan. Aneh.

"Kenapa lo?" Tanya gue dengan sedikit mendorong punggungnya yang duduk di depan meja gue dan Arian.

"Diem, Rey." Gue langsung kembali ke posisi dan hanya bertukar pandang dengan Arian. Kalau dia udah manggil gue "Rey" mending gue gausah cari perkara deh sama dia. Singa betina mode on.

"Putus kali sama pacarnya." Ucap Arian.

"Yakali. Punya pacar aja engga." Sahut gue sangsi.

"Tapi aura nya suram banget."

"Biarin aja dulu. Daripada abis lo sama dia." Sahut gue.

Gue kira dia bakal bar-bar lagi, eh ternyata sampe pulang masih aja diem. Aneh sih, kayak ada yang kurang gitu jadinya kalo dia diem.

Sore ini, gue gak langsung pulang. Seperti biasa, gue mampir ke lapangan PTIK. Numpang lari sore.

"Reynan."

"Eh, bang Dean." Ucap gue menghampiri bang Dean, salah satu anggota papah.

"Sendirian aja?" Tanya bang Dean di sela stretching nya.

"Ya, mau sama siapa lagi, bang. Si Arian mah temenannya sama buku doang." Jawab gue.

"Calon pak dokter ya banyakin baca, belajar. Jangan kayak kamu, lari renang aja kerja nya. Belajar engga."

"Belajar, bang. Masa modal badan doang."

"Ayo bareng." Ajak bang Dean lalu kami mulai lari sore ini. Ya, lebih tepatnya binsik dadakan bareng bang Dean sih.

"Gimana persiapan seleksi?" Tanya bang Dean saat kami tengah beristirahat dipinggir lapangan.

"Aman."

"Yakin lolos ga?"

"Yakin dong. Kan mentornya abang. Pasti aman." Jawab gue dengan girang.

"Kalo sama cewek yang itu, lolos ga seleksinya?" Tanya bang Dean meledek.

"Liat nanti lah kalo itu." Jawab gue.

Pukul 7 malam akhirnya gue sampai di rumah. Untungnya papah belum pulang, jadi gak banyak pertanyaan.

Gue langsung menuju ke kamar gue yang ada di area terpisah. Sebagai anak laki-laki paling kecil dirumah, gue minta ruangan terpisah karena mau belajar mandiri walaupun sedikit. Seperti bangun sendiri dan ngurus barang-barang gue sendiri tanpa diurus mamah.

Abang gue yang beda 5 tahun dari gue udah lama gak dirumah. Semenjak kuliah teknik pertambangan diluar kota dia kost dan sekarang ya, kerja diluar kota lagi. Gue juga baru pindah semenjak SMA, mulai ngundang temen ke rumah.

Tokk tokk tokk

"Adek. Papah pulang." Terdengar suara mamah saat gue tengah bersantai setelah bersih-bersih. Tanpa babibu gue segera keluar. Komandan udah pulang, susah kalo mau leyeh leyeh.

ene.My.loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang