Third Pov's

127 9 0
                                    

Di siang hari yang terik itu, terjadi kerumunan di depan SMA Pradana. Lalu lalang kendaraan tersendat dan atensi seluruh orang tertuju pada seorang gadis yang tengah mendekap pria yang tengah bersimbah darah di pangkuannya.

"Maaf kamu jadi kotor gini." Ucap seorang pria dengan nada dan jemarinya yang memerah meraih wajah gadis di hadapannya.

"Jangan pergi dulu."

"Terima kasih sudah memeluk saya hari ini."

"Tunggu sebentar."

"Terima kasih sudah mewujudkan keinginan terakhir saya. Terima kasih sudah memeluk saya hari ini." Ucap si pria dengan susah payah meraih tubuh gadis dihadapannya dan meletakkan kepalanya di bahu gadis itu.

"Mas sayang kamu, Meysa." Ucapnya lirih lalu satu ciuman terasa di pipi kiri nya dan kepala si pria terkulai begitu saja di bahunya.

"Mas Darren." Panik Nevya mengguncang tubuh lemah Darren.

Ya, siang itu, tubuh Darren lah yang akhirnya tertabrak oleh sebuah mobil yang melintas. Darren lah yang menyelamatkan Nevya dari maut siang itu.
Dan siang itu, keinginan Darren untuk memeluk Nevya terakhir kalinya terwujud. Benar-benar terakhir kalinya.

"Vy." Panggil Reynan yang mendekat diikuti beberapa petugas medis.

"Tolong mas Darren." Ucap Nevya masih mendekap erat tubuh Darren dengan berderai air mata.

"Kami akan segera membawa ke rumah sakit, mba." Ujar seorang petugas medis akhirnya mengambil tubuh Darren bersama yang lainnya dan membawanya masuk ke ambulance.

Nevya berada di dalam ambulance sekarang. Sedari tadi tangannya setia menggenggam jemari Darren. Dia memang ingin Darren tak lagi hadir dalam kehidupannya, tapi tidak dengan cara seperti ini.

"Mas." Panggil Nevya lirih menatap keadaan Darren yang sangat mengkhawatirkan.

Setelah 10 menit, ambulance tiba di depan IGD dan Darren segera dibawa masuk ke dalam untuk mendapatkan penanganan. Nevya hanya terduduk di kursi mencoba menghentikan tangisannya.

Sementara di SMA Pradana, Reynan dan Bianca tengah menghubungi keluarga Darren dan Nevya. Acara telah diselesaikan 15 menit setelah Darren dilarikan ke rumah sakit.

"Nan, kontak keluarga pak Darren orang tua nya Nevya." Ucap Bianca setelah menanyakan pada wakil kepala SMA Pradana.

"Pak Darren keluarganya apa gimana sih, Ca?" Tanya Reynan.

"Gatau gue juga. Nevya gak pernah bilang apa-apa."

"Ayo kita susul ke rumah sakit." Ajak Reynan lalu mereka segera menuju ke rumah sakit dimana Darren dan Nevya berada.

Di depan ruang IGD, Nevya sedari tadi tak hentinya memanjatkan doa untuk Darren. Sudah hampir 30 menit namun belum ada kabar apapun. Nevya benar-benar merasa kacau sekarang.

"Kakak." Suara mamah Evya menarik atensi Nevya dan ia langsung beranjak menghampirinya.

"Mamah, mas Darren." Kini Nevya kembali menangis dalam pelukan mamah Evya sementara papah Elvan mengusap kepala Nevya lembut memberi ketenangan.

"Darren anak yang kuat. Kita tahu itu. Doakan yang terbaik untuk dia." Ucap papah Elvan.

"Kalau aja kakak nurut sama mas Darren tadi, pasti mas Darren gak sakit kayak gini." Ujar Nevya di sela tangis nya.

"Ini bukan salah siapa-siapa, kak. Gak ada yang mau kejadian seperti ini. Kakak harus tenang, doain Darren." Sahut mamah Evya lalu membawa Nevya agar kembali duduk.

"Nevya." Panggil Bianca yang baru saja tiba bersama Reynan. Mereka berdua lalu satu persatu menyalami papah Elvan dan mamah Evya.

"Gimana keadaan pak Darren, om, tante?" Tanya Bianca kepada orang tua Nevya, karena tidak mungkin ia bertanya pada Nevya.

ene.My.loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang