Lu tau kan kalo minyak sama air gak akan pernah bisa menyatu. Kayak lu sama dia.
_Araden Seto_
Kenapa gak sekalian gue lu pasangin sama bensin biar nambah terbakar.
*******************
Alenka menguap lebar saat turun dari mobil khusus untuk mengantar dan menjemput dirinya.
Kantung mata Samar samar terlihat, karna semalam cewek itu susah tidur.
Langkah kakinya berhenti tepat di tribun pos satpam yang bisa melihat jelas parkiran motor.
Hatinya berdenyut nyeri saat melihat orang yang dia cintai membonceng cewek lain. Dulu dia yang selalu ada di sana. Alenka tersenyum miris. Bodoh sadar Alenka lu tuh cuman Adek gak lebih, stop nyakitin hati lu sendri.
Cewek itu memukul mukul dadanya sesak. Self injury. Alenka pernah hampir mengidap penyakit itu. Dimana saat dirinya hampir menikmati rasa sakit dari luka yang ia buat di tubunya.
"Ayo pergi."
Alenka menatap tubuh jangkung yang menarik tangannya menjauh dari pemandangan yang menyakitkan di depannya.
"Lepas." Alenka menghentak kasar tangan cowok itu.
"Lu gak akan dapet apa apa dengan lukain diri lu sendiri."
"Apa peduli lu kak." Alenka berkata sinis
Araden memejamkan matanya. Saat tiba di parkiran tadi moodnya tiba tiba buruk. Dan di situ Araden terpaku.
Ternyata bukan hanya dirinya yang pagi ini di buat dongkol di parkiran. Dia melihat Alenka yang berada di dekat pos satpam sedang memukul mukul dadanya.
Ingatannya melayang pada perkataan Bara.
"Gue yakin lu bisa nolong dia kaya lu nolong kakak lu dulu."
"Maksud lu?"
"Self injury."
"Alenka?" Araden cukup terkejut dengan ucapan bara. Cewek hiper aktif seperti Alenka.
"Gue gak bisa ngasi tau lu detailnya kayak gimana. Tapi Zala minta sama gue buat lu mau jalani dulu sama Alenka."
"PDKT gitu?"
"Iya. Zala khawatir kalo Alenka terus mendem sakitnya. penyakit self injury Alenka bakal Kambu."
Araden turun dari motor nya lalu berlari cepat ke arah Alenka dan menarik cewek itu menjauh dari sana.
"Lu lupa kalo gue ketua osis di sini."
Alenka mengerutkan keningnya tak mengerti. Apa Alenka perduli.
"Gue gak perduli." Alenka menenteng tas punggung nya lalu bersiap melangkah pergi.
"Bentar." Araden mencengkal pergelangan tangan Alenka. Dia lalu menarik sedikit lengan kiri sweeter yang Alenka pakai.
"Apaan sih." Kesal Alenka buru buru menepis tangan Araden
Araden sedikit menghela nafas lega.
"Pulang nanti lu sama gue." Ucapnya lalu pergi meninggalkan Alenka.
Alenka menatap bingung punggung tegap Araden yang menjauh dari nya.
"Tuh cowok sakit kali ya."
✨✨✨
"Kak Raden."
Araden meletakan buku fisikanya kembali ke meja saat cewek cantik dengan rambut tergerai menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARADEN (TAMAT)
Teen FictionWarning Don't copy my story Cerita ini murni karya ku murni dari imajinasi ku.Tolong hargai seberapa sulitnya untuk menulis setiap karakter. "Dari pada lu nyesek di zona kakak-adek. Lebih baik lu terima tawaran Gue." "Tawaran buat jadi pacar ketua...