Cinta pada pandangan pertama itu indah. Seindah Rembulan di malam purnama.
_Alenka Nefentari_
Pernah denger gak usah ikut campur urusan orang lain? Apa lagi lu cuman orang Asing.
*****************
Zala merasa resah saat dia harus pulang dan meninggalkan Alenka.
"Gak papa. Aku kenal Raden dia gak akan apa apain Alenka." Bara mengusap puncak kepala Zala
"Tetep aja aku khawatir."
"Mending kita pulang. Biarin Alenka sama Raden. Dia pasti aman ayo."
Bara menyalakan setater motornya lalu di susul Zala yang duduk di jok penumpang.
Araden termenung menatap lurus cewek yang tengah mengayunkan kakinya.
Sesekali cewek itu mengecek ponsel dan jam tangannya.
"Mau sampai kapan dia nunggu di situ." Batinya jengah
Tak tahan setelah 10 menit mengamati cewek itu dari kejauhan Araden berinisiatif menyeret cewek itu untuk meneduh di koridor kelas.
Tak berselang lama hujan turun dengan deras.
Araden mengamati ringisan cewek di depannya.
Untuk memastikan sesuatu dia menarik ke atas lengan sweeter yang cewek itu pakai.
"Kek nya Zala kecolongan."
Araden bisa melihat tiga goresan panjang di lengan cewek itu.
Cewek itu buru-buru menarik tangannya dari genggaman Araden.
"Gue rasa lu gak usah ikut campur."
Ujarnya dinginAraden mengangkat tangannya.
"Clam down Alenka. Itu juga bukan urusan gue."
Alenka menatap sinis. Kenapa harus dia yang melihat ini. Alenka benar- benar tak mau berurusan lagi dengan Araden.
"Bagus kalo lu paham." Alenka memakai tutup kepala sweeter nya lalu bersiap menerobos hujan.
"Mau kemana?" Araden mencengkal lengan kiri Alenka saat cewek itu hampir melangkahkan kakinya keluar koridor.
"Gue rasa ucapan gue tadi cukup jelas."
"Ikut gue ke uks."
"Gak usah."
"Tapi luka lu harus di obatin."
"Perduli apa lu sama gue."
"Oke. Gue emang orang asing buat lu, se enggaknya. Orang asing ini perduli sama lu."
Alenka terdiam. Baru kali ini ada orang lain yang tau titik lemah Alenka.
✨✨✨
Alenka memejamkan matanya menikmati rasa perih saat Araden menekan kapas yang sudah ia celupkan kedalam Antiseptik.
"Sejak kapan penyakit lu Kambu."
"Tau dari mana lu kalo gue punya riwayat penyakit itu."
"Bara." Araden melemparkan kapas itu pada tempat sampah yang ada di kaki ranjang.
"Gue mau pulang." Engan berkomentar lagi Alenka lebih memilih untuk segera pulang. Tak mau berlama lama dengan Araden.
"Di luar masih hujan."
"Gue bisa pesen taksi." Alenka bangun dari ranjang lalu keluar dari ruang uks.
Araden menghela nafas. Keras kepala, bagaimana bisa Bara memasangkan nya dengan Alenka yang jelas bertolak belakang dengan tipe cewek yang Araden suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARADEN (TAMAT)
Teen FictionWarning Don't copy my story Cerita ini murni karya ku murni dari imajinasi ku.Tolong hargai seberapa sulitnya untuk menulis setiap karakter. "Dari pada lu nyesek di zona kakak-adek. Lebih baik lu terima tawaran Gue." "Tawaran buat jadi pacar ketua...