Happy reading 💚
~~
Seperti di adegan drama yang Meta lihat bersama bunda nya.
Waktu seakan berhenti, setelah Sunny membuka pintu itu.
Kenyataan menampar Meta."Meta, ini Brian anak om"
Meta mengabaikan ucapan om Sunny, Meta dengar tapi ia abaikan.
Meta berharap semesta kali ini baik kepadanya, tapi kenyataannya.
Apa yang Meta hindari datang menampakan diri nya.Ia datang.
Datang kepada dirinya.
Ia terus menyangkal, berharap seseorang di depannya bukan dia
hanya orang yang mirip nama saja.Nama seseorang yang sekarang di kenalkan sebagai Brian, memang banyak di dunia ini.
Tapi, mata tajam itu.
Ini sama.Meta hampir menangis di tempat, tapi segera ia menyadarkan diri.
Ia tidak seharusnya begini.
"Hai"
Suara berat nya mengalir memasuki gendang telinganya.Meta dengan sekuat tenaga berdiri dari duduknya.
Ia menyodorkan tangan yang bergetar dan berkeringat dengan sendirinya."Hai, sa-lam kenal saya Meta Langit Wijaya. Panggil saya Meta"
Seseorang yang di kenalkan sebagai Brian membalas tangannya.
"Gue Brian. Brian Biru"
Di saat seseorang yang masih menjabat tangannya itu mengucapkan namanya, seluruh badan Meta benar-benar bergetar.
Jantung Meta berdetak dan berdesir tak beraturan.Semesta benar-benar ingin bermain-main dengannya ya.
Meta benci kenyataan ini, kenapa ia harus muncul saat ini.
Di saat Meta dengan sekuat hatinya membangun tembok.
Tapi saat ini juga, tembok yang ia bangun dengan cepat runtuh.
Hanya dengan nama yang ia sebutkan.Hanya dengan dia yang datang tiba-tiba.
Kenapa dengan cara ini tuhan pertemukan dirinya dengan dia.
Meta dengan cepat berusaha bersikap biasa saja, jabat tangan mereka sudah terlepas dengan cepat-cepat oleh Meta.
Waktu Meta mengalihkan pandangannya dari Brian, ia ternyata melihat Jane sekertaris nya sedang membawa nampan berisi jus jeruk itu.
Jane yang terlalu peka atau Meta memang yang terlalu aneh saat ini.
Jane bertanya-tanya di dalam hatinya.
Kenapa? Atasannya itu kenapa, air muka nya benar-benar sedih.
Di saat seseorang pria itu datang menampakan dirinya, atasannya itu seperti tidak ingin melihat pria tampan itu.Ah Jane tidak akan terlalu ikut campur masalah atasannya itu, ia tidak suka terlalu mencampuri urusan pribadi orang.
Tapi jujur ia kepo.~
Mungkin pertemuan ini benar-benar menguras energi bagi Meta, ia masih tidak mempercayai bahwa seseorang itu masih bisa ia temui lagi.
"Meta, kamu udah inget belum.
Ini Brian yang satu sekolah dasar sama kamu dulu loh, masa kamu lupa"Haha tidak mungkin aku melupakannya.
"Brian ini semenjak lulus sekolah dasar, dia langsung tinggal di Paris.
Gatau apa enaknya di sana sih, bandel banget. Gamau dia bantu ayah nya.
Gak kaya kamu ta penurut"
Sunny melanjutkan perkataannya lagi, tanpa menunggu jawaban dari Meta."Terusss! Ni papa suka banget bandingin anak sendiri, makanya tuh Bri males ya pulang ke indo"
Meta terkekeh menanggapi, agar suasana tidak terlalu canggung sih.
Padahal dalam hati ia ingin berteriak, kenapa harus ini jalan yang ia terima.
Tidak adil sama sekali."Oh iya Ta, apa yang om tadi bilang kamu mau kan bantu om?"
Meta seketika lupa ingatan, ah tidak ini lupa yang di sengaja.
Ia paham maksud om Sunny tapi ia tidak enak juga akan menolaknya."Oke, kamu diem aja berarti iya.
Makasih Meta anak manis.
Tolong banget ya Ta"Meta mengangguk dengan kaku dan terpaksa.
Mau bagaimana lagi, mau menolak pun kayaknya percuma, om Sunny pasti akan memaksakan.
Tidak apa-apa.
Tidak apa-apa apanya, ini berat banget.
Ibaratnya Meta lebih baik di kasih berkas bertumpuk-tumpuk daripada harus bersama seseorang yang..
Meta melirik ke arah Brian, ia baru sadar Brian seperti anak.. geng motor yang biasanya ada di novel-novel yang ia baca.
Ya ngomong-ngomong Meta suka membaca novel, ia bilang membaca membuat self healing dadakan.
Ya terserah Meta.Lanjut lagi soal penampilan pria yang lebih tua satu tahun darinya itu.
Jaket hitam kulit nya, dan celana jeans perlu di ingat.
Ia memakai celana jeans, jaket kulit berwarna hitam dan ia membawa topi hitam polos. Rambut agak kecoklatan yang berantakan membuat hati Meta ikut berantakan.
Haha itu abaikan.
Tapi memang benar.Semakin dewasa pria di depannya ini makin tampan dan, berandalan hahaha.
~
Brian sepertinya tersadar, ia sedang di lirik oleh seseorang di depan sana agak jauh sedikit.
Kenapa? Apa salah dengan penampilannya. Menurut nya ia keren.
Saat Brian membalas tatapannya, Meta langsung mengalihkan pandangannya.
Seterusnya sampai obrolan basa-basi om Sunny dan Meta selesai, dengan si Brian sibuk dengan jus jeruk dan ponselnya.
"Bri, papa pulang dulu. Kamu di sini sampai jam pulang kantor, dengerin apa kata Meta. Jangan bandel"
"Ck, iyaaaaaa"
Brian agaknya masih fokus kepada benda pintar nya itu.
"Meta om Benar-benar titip Brian ya sama kamu, om pulang dulu. Kalau Brian nakalin kamu jangan ragu jewer kupingnya aja"
Meta hanya mengangguk, ia sebenarnya masih agak canggung.
Setelah itu om Sunny pergi dari ruang meeting, meninggalkan dua pria dewasa yang berbeda kepribadian itu.
"Ekhm, kau mau makan siang?"
"Nanti"
"Oh ya sudah, saya balik ke ruangan saya dulu"
Ya ampun, ini benar-benar canggung.
Meta segera berjalan cepat ke arah lift menuju ruangan kantor dirinya.
Setelah masuk ke dalam lift Meta menghembuskan nafas lega, setelah ia meninggalkan Brian yang masih sibuk dengan ponselnya.
Sumpah ini Meta ngerasa kalau ia sedang bermimpi."Aw, sakit"
Meta mencubit lengan nya sendiri, ini bukan mimpi.Tapi kenapa tuhan tidak berbaik hati kepada nya, kenapa ia harus di pertemukan lagi.
Selagi menunggu lift terbuka, ia membuka kertas kecil usang itu lagi.
Tapi kali ini ia tidak sedih, ia melihatnya dengan tersenyum kecil.
Meta tidak sadar akan hal itu, tapi hati kecil nya merasa ia senang bertemu dengan Biru nya lagi.
~~
💚💚Kritik dan masukan sangat-sangat ku butuhkan.
Jangan lupa klik bintang, untuk mensupport author gaje ini💚
KAMU SEDANG MEMBACA
crusher
FanfictionBagaimana kalau kamu bertemu seseorang yang kamu sukai waktu jaman Sekolah Dasar. Yaa orang bilang cinta jaman sekolah dasar sih cinta monyet, di bilang cinta monyet tapi perasaan berdesir itu setelah 12 tahun masih ada(?) kok bisa? Bisalah. atau h...