"HAHAHAHA!"
"Jahat lo, Cha. Sahabat sendiri lo kerjain."
Tadi, setelah menyelesaikan ceritanya tentang Evander mereka langsung kembali ke kelas. Walaupun kelas Talassa berbeda dari keduanya, tapi biasanya mereka jalan bareng karena kelas mereka tak terlalu jauh jaraknya. Namun kali ini, mereka pisah di kantin karena Talassa ingin ke toilet terlebih dahulu dan tidak perlu ditemani. Alhasil, Ocha dan Lola kembali ke kelas dahulu dan justru, hal itu justru di gunakan oleh Ocha untuk menertawai Talassa.
Ocha memegangi perutnya yang sakit akibat tertawa terus. Ia menoleh ke arah Lola sembari menahan tawanya yang siap meledak lagi.
"Sumpah, muka Lassa, tuh, tadi lucu banget waktu kaget. Bisa-bisanya dia percaya apa kata gue, coba! Lo liat, kan, La? HAHAHA!"
Decakan lirih terdengar dari mulut Lola, lalu ia menggelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan kejahilan sahabatnya. "Ck. Kualat, mampus lo. Gue yang akan gantian ketawain lo!"
Tepat saat Lola mengucapkan kata terakhir, sebuah benda bulat tiba-tiba mendarat, tepat di jidat Ocha yang membuat tawanya langsung behenti
Bruk!
"Sial!"
"Eh, sorry, Kak."
"HAHAHA!"
***
Jam pelajaran matematika tengah berlangsung. Namun kali ini, apa yang sedang dijelaskan pak Dudung sama sekali tak didengar olehnya.
Gadis itu sama sekali tak fokus. Ia sedari tadi memikirkan, apa yang dibilang kedua sahabatnya tentang Evander. Sungguh, Talassa tak menduga jika ada geng motor setega itu. Apalagi sampai membunuh. Astaga! Adakah orang sekejam itu?
Gadis pemilik manik hazel tersebut merutuki kebodohannya, kenapa baru sekarang ia tahu tentang Evander? Tapi, tak apa. Bukankah itu lebih baik dari pada sama sekali tak mengetahuinya? Jadi, mulai sekarang ia harus berhati-hati dan semoga saja tak akan pernah bertemu dengan geng motor tersebut.
Teerrrrtttt Teerrrrtttt
Bel pertanda berakhirnya pelajaran berbunyi. Semua murid berbondong-bondong berebut untuk ke luar kelas terlebih dahulu. Termasuk siswa di kelas XII IPA 5.
Sedangkan Talassa yang baru sadar jika sudah waktunya pulang, segera mengemasi peralatan menulisnya. Keasikan melamun, ia sampai tak sadar jika guru matematikannya sudah mengakhiri pelajarannya.
Saat akan memasukan buku terakhirnya, tiba-tiba ada sebuah tangan yang mengambil ponselnya yang terletak di meja.
"BALON!" Talassa berteriak, sesaat setelah pulih dari rasa terkejut kala ponselnya diambil oleh teman sekelasnya. Siapa lagi kalau bukan Dio. Si cowok gemuk yang jail. Balon adalah panggilan kesayangan Talassa yang diberikan untuk cowok berbadan besar tersebut.
Setelah berhasil menangkap Dio dan merebut kembali ponselnya, Talassa memukul brutal tubuh cowok gemuk tersebut sekuat tanaga. "Kempes gak lo! Kempes! Dio nyebelin! Mampus!"
"Aww! Aduh, Sa, sakit! Aww! Aww! Udah dong. Badan kecil, tapi tenaga kaya orang pukul lo!" Dio yang merasakan panas pada badannya akibat pukulan Talassa pun mencoba melepaskan diri.
Namun, Talassa tak membiarkan Dio pergi. Sudah mengganggu ketenangannya, Enak saja dibiarkan lepas begitu saja, tetapi kuatnya tenaga Dio, membuat Talassa kewalahan, ia tidak bisa menahan cowok itu lagi.
"Makan, tuh!" Talassa memberi pukulan terakhir dengan kuat di lengan cowok itu, sebelum Dio benar-benar melarikan diri
"SINTING, LO!" teriak Dio dari jarak beberapa meter sembari berlari.
KAMU SEDANG MEMBACA
KUMARA
Teen Fiction[FOLLOW dulu sebelum membaca Jangan lupa untuk votmen 💞 ] _________ Happy Reading ❤️ Talassa yang tengah fokus pada cita-citanya, ingin menjadi dokter justru terjebak dalam kisah para pemain utama dalam kisah hidupnya. Semua berawal saat Sirena mem...