08 Februari 2004 ~~
Mentari Sabrina A namanya--Wanita cantik yang terkenal murah senyum nan pintar itu kini tengah berdiri di dekat gerbang sekolah sembari membalas senyuman teman-temannya yang hendak pulang ke rumah. Karena memang bel pulang sudah berbunyi lima menit yang lalu.
"Tar, lagi nunggu siapa?" tanya seorang perempuan rambut sebahu pada Mentari.
"Baska," balas Mentari singkat. "Kalo lo Wan?"
Perempuan itu Wanda Dewi namanya, sahabat satu-satunya yang Mentari punya. "Tadi lagi nungguin Jaguar di parkiran ehh gue malah liat lo, ya udah gue samperin ke sini," jelas Wanda yang diangguki paham oleh Mentari.
"Kalo di pikir-pikir awet juga ya lo pacaran sama Jaguar terus sabar banget sama dia padahal lo sering di selingkuhin berkali-kali," kata Mentari random. Yang mana mengundang tawa renyah dari sahabatnya.
"Ya, mau bagaimana lagi. Gue udah minta putus tapi dia ga mau," sahut Wanda santai yang membuat Mentari merasa takjub akan ketegaran hati serta kesetiaan Wanda pada Jaguar yang notabenenya adalah salah satu sahabat Baskara--Pacarnya yang terkenal akan ke playboyan cap kadalnya.
"Oh ya, lo nunggu Baskara mau ngebahas tentang yang tadi 'kan?" tanya Wanda mengalihkan topik pembicaraan.
Mentari tidak langsung menjawab, wanita dengan rambut hitam panjang yang digerai itu nampak termenung sebentar sebelum pada akhirnya jemari lentik Mentari mengusap perut yang dibalut seragam SMA nya sebentar sembari memperlihatkan senyuman hangatnya.
"Iya."
Ada getir pada suara itu yang Wanda tangkap oleh rungunya. Membuat perempuan tomboy itu segera merangkul pundak Mentari.
"Lo kuat. Inget apa yang gue katakan tadi sama lo, meskipun setelah lo kasih tau Baska tentangnya terus dia ga mau menerimanya. Lo tenang aja, lo ga sendiri. Ada gue yang siap bantu lo dan siap membantu membesarkan dia," ujar Wanda sambil mengelus perut rata Mentari yang di dalamnya terdapat satu kehidupan yang dititipkan Tuhan dan masih berusia 2 mingguan.
Mendengar penuturan sang Sahabat membuat Mentari tidak bisa menyembunyikan air matanya. Ia menatap Wanda penuh rasa haru, tak lupa cairan bening meluncur membasahi pipi Mentari membuat Wanda refleks menghapusnya. "Makasih Wan. Gue ga tau, gue bakalan jadi apa kalo ga ada lo. Lagipula meskipun nanti Baska ga mau bertanggung jawab. Gue udah siap dengan kemungkinan buruk yang bakal gue hadapin ke depannya," tutur Mentari.
Wanda tidak menanggapi, perempuan itu hanya mengelus punggung Mentari dengan senyum tipis yang merekah. Namun, dalam hati ia mengutuk pada takdir yang telah membuat sahabatnya harus menanggung ini semua. Apalagi di saat usianya masih belia, sahabatnya sudah di titipkan satu nyawa. Entahlah, Wanda tidak bisa menebak takdir apa yang akan membawa sahabatnya nanti. Tapi, apapun itu seperti perkataan nya di taman. Ia tidak akan pernah meninggalkan Mentari, ia tidak akan membiarkan Sahabatnya kesusahan sendiri dan ia akan berusaha selalu bersama sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baskara untuk Semesta
Fiksi RemajaAwalnya Baskara hanya bersembunyi di gudang yang berada di rooftop sekolahnya guna menghindari kejaran dari guru BK karena dia telah terlibat perkelahian dengan teman seangkatannya. namun, di tempat persembunyian itu ia tidak sengaja tertidur dan sa...