4 : Takdir Yang Berbeda

192 20 1
                                    

Mobil Audi Q8 yang dikendarai Elang tiba di halaman sebuah mansion mewah yang membuat Baskara melongo di tempatnya. Dia tidak percaya rumah semewah ini ada di Indonesia, rumahnya pada zaman dulu saja tidak sampai semewah ini hanya berupa rumah besar lantai 2 bergaya Eropa padahal dulu keluarganya merupakan keluarga terpandang dengan kekayaaan yang berlimpah dan sangat disegani oleh banyak orang, bahkan di sekolahnya dulu hanya Baskara dan Kakak ketiganya--Gian yang memakai barang mahal dan branded contohnya sepatu Adidas superstar edisi Adi Dassler berwarna putih serta jam tangan patek Philippe platinum world time yang tengah dikenakan Baskara sekarang.

Ck.. Zaman berubah begitu cepat dan Baskara tidak tau kejutan apalagi yang akan ia dapatkan nantinya. Semoga saja jantungnya tetap sehat wal'afiat tanpa mendapatkan serangan jantung mendadak.

"Kenapa diem? Ayok turun." Mendengar titah itu Baskara langsung tersadar dari acara terpananya, kemudian turun dari mobil mewah Elang dengan segera.

Elang menyerahkan kunci mobil pada salah satu bodyguard yang berdiri di depan mansion yang langsung diterima dengan baik oleh bodyguard berkepala plontos itu.

"Parkirin di tempat biasa." Bodyguard itu menunduk pelan sebagai tanda penghormatannya pada anak sang majikan. Tanpa disuruh dua kali bodyguard itu pun langsung pergi dan masuk ke dalam mobil Elang guna memparkirkan mobil tersebut ke tempat parkir mansion itu.

"Ayok Kar," ajak Elang yang diangguki ragu-ragu oleh Baskara.

Saat tiba mereka di depan pintu besar, seorang bodyguard dengan gesit membuka pintu untuk anak majikannya. Membuat Baskara diam-diam berdecak kagum mendapat pelayanan bak seorang raja di Istana.

Baskara kembali dibuat tidak percaya dengan interior mansion itu yang serba mewah dengan tatanan yang rapih dan elegan. Benar-benar aura akan kebangsawanannya terasa kental dan membuat Baskara merinding dibuatnya dia seperti tengah memasuki sebuah kerajaan yang dipenuhi selir dan kasim yang berkeliaran. Baskara mendadak Insecure dibuatnya.

"Loh Adek ngapain diem disitu?" Suara lembut seorang wanita mendadak masuk ke dalam indra rungunya. Membuat Baskara mengerjapkan mata beberapa kali kemudian menoleh pada sumber suara.

Dapat ia lihat, seorang wanita dengan kerutan samar di wajahnya namun masih terlihat cantik dengan rambut sebahunya tengah tersenyum lebar ke arah Baskara.

Baskara tiba-tiba merasa kikuk ketika wanita itu berjalan menghampirinya. "Mama tadi telpon beberapa kali ke handphone kamu kok ga diangkat terus?" kata Sinta kepada Baskara dengan nada merajuk yang dibuat-buat. Berharap putranya peka agar tidak mengabaikan panggilannya seperti yang sudah-sudah. Tanpa menyadari bahwa sosok di depannya itu bukanlah putra kandungnya yang sekarang entah berada dimana.

Baskara memaksakan sebuah senyuman guna merespon ucapan wanita di depannya. Ia tidak tau harus membalas seperti apa, karena 'kan dia bukan Baskara yang dimaksud, dia hanyalah pendatang dari masa lalu yang kebetulan mempunyai wajah dan nama depan yang sama dengan anak dari wanita di depannya.

Sinta mengerutkan keningnya ketika melihat respon tak biasa dari putranya. Tumben sekali putranya itu hanya diam saat ia sedang mengomel, biasanya putra bungsunya itu selalu menghindar atau kalau tidak meminta Sinta untuk tidak mengomelinya lagi. Apakah mungkin kepindahannya ke Sekolah baru membuat sikap putranya berubah menjadi lebih baik dan tidak suka membantah? Tau gitu, sudah dari dulu Sinta memindahkan putranya ke tempat anak keempatnya--Elang bersekolah.

"Tumben diem?" heran Sinta yang membuat tatapan Baskara menjadi tidak fokus. Gugup setengah mati ia rasakan. Dia paling tidak suka ketika harus terjebak pada situasi seperti ini.

"Ehh.. Iya, tas kamu kemana?" pekik Sinta heboh dan membuat Elang yang kebetulan lewat setelah selesai berganti pakaian dan hendak pergi ke dapur menghentikan langkahnya kemudian menatap adik satu-satunya itu penuh tanya. Elang bahkan baru sadar, kalo Sang Adik dari tadi tidak membawa tas apalagi sepatu dan jam tangan yang dipakai oleh Baskara seperti benda keluaran lama. Padahal seingat Elang, tadi pagi sebelum adiknya tiba-tiba menghilang dari jarak pandangnya, adiknya itu masih menggendong tas ransel hitam yang dia kenakan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Baskara untuk SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang