3 : Kehidupan Baru?

248 27 7
                                    

Baskara menatap malas objek di depannya dimana banyak sekali pasang mata yang menatapnya terpana. Baskara tau pesonanya memang tidak main-main, dia tampan dan dia tau akan hal itu. Jadi tak heran saat dia memasuki kelas yang katanya kelas dia yaitu XI-IPA 5, dia langsung menjadi pusat perhatian murid di kelas bahkan Bu Inul yang sepertinya kebagian mengajar di kelas itu pun langsung menghentikan kegiatannya dan meminta Baskara untuk masuk ke dalam kelas lalu berdiri di depan untuk melakukan perkenalan.

Baskara diam-diam mendengus jengah, baginya melakukan perkenalan seperti ini sungguh buang-buang waktu lagipula dia itu bukan murid baru di sekolah ini melainkan murid lama atau bisa di bilang murid sesepuh di sekolah ini, iyalah wong dia berasal dari tahun 2004.

"Anak-anak kelas kalian hari ini kedatangan murid baru, meskipun perkenalannya sangat terlambat tapi Ibu harap kalian bisa menjadi teman yang baik untuk teman baru kalian. Mengerti?"

"Mengerti Bu!!" koor seluruh murid di kelas XI-IPA 5 saat menjawab perkataan Bu Inul.

Bu Inul tersenyum tipis menanggapinya, menjadi seorang guru BK membuat ia dapat memahami berbagai ekspresi yang tengah diperlihatkan oleh anak didik di depannya sekarang. Dan kebanyakan murid khususnya untuk kaum Hawa, ekspresi mereka begitu bahagia dengan mata yang berbinar seolah di hadapan mereka terdapat santapan yang begitu lezat.

Tidak heran sebenarnya, karena Bu Inul akui bahwa murid baru yang berdiri di sampingnya ini memiliki paras yang begitu menawan, paras yang sepertinya akan menjadi favorit bagi siswi perempuan di sekolah ini. Tapi jujur saja, setiap kali Bu Inul menatap wajah pemuda di sampingnya, Bu Inul merasa familiar seolah wajah itu tak asing di matanya namun ia tidak tau dimana ia pernah melihat garis wajah seperti itu.

"Baiklah Nak, harap memperkenalkan diri kamu," titah Bu Inul setelah menepuk pelan lengan atas Baskara. Sebenarnya Bu Inul hendak menepuk pundak Baskara hanya saja tinggi tubuhnya tidak mengizinkan hal demikian, maksudnya Bu Inul tidak sampai kalo harus menepuk pundak Baskara. Entah Bu Inul nya yang kependekan atau Baskara nya saja yang ketinggian.

Mendengar perintah itu, Baskara menghela nafas pelan. Atensinya yang semula melihat mading yang ditempel di bagian belakang kelas pun mulai memfokuskan pandangannya pada orang-orang yang akan menjadi teman sekelasnya ke depan. Ya, untuk saat ini Baskara hanya akan mengikuti alur takdir yang telah ditentukan. Namun, untuk ke depannya kita lihat saja nanti.

"Nama gue Baskara Ox.." Baskara berhenti berucap meskipun dalam hati ia merutuki bibirnya yang bisa-bisanya hampir keceplosan menyebutkan nama aslinya di depan banyak orang.

"Maksud gue nama gue Baskara," ralat Baskara cepat. Ia sengaja hanya menyebutkan nama depannya saja, karena sungguh dia lupa nama lengkap adik dari si Elang itu apa. Dia kan taunya hanya nama panjangnya saja.

"Sudah?" tanya Bu Inul ketika melihat keterdiaman Baskara sesaat setelah ia memperkenalkan namanya. Baskara mengangguk menjawab pertanyaan Bu Inul yang dibalas senyuman oleh Bu Inul, namun hal itu membuat Baskara meringis sebab ia belum terbiasa dengan sifat Bu Inul yang sekarang. Ramah dan lembut tidak seperti dulu yang galak dan kasar.

"Nah anak-anak, apakah ada yang ingin ditanyakan pada Nak Baskara?" Pertanyaan Bu Inul langsung disahuti acungan tangan dari beberapa siswi yang terlihat antusias sekali membuat Baskara yang masih berdiri didepan kelas mendesah kasar. Jujur, kakinya sudah terasa pegal dan ia ingin cepat-cepat duduk tapi sayang keinginannya itu tidak bisa terealisasikan sekarang karena ada saja yang menghambatnya, menyebalkan!

"Bu, saya mau tanya!" Seorang siswi dengan rambut sebahu mengintrupsi.

Bu Inul mengangguk. "Boleh, mau tanya apa Nak Evita?"

"Baskara pindahan dari mana? Dia dari keluarga mana? Terus nama panjangnya apa? Sudah punya pacar atau belum? No WA nya apa Bu? Terus nama IG nya apa?"

Baskara untuk SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang