Derita anak sulung

25 3 0
                                    

1.Satu

Gue Drisana Nilaruna Candice A. Biasa dipanggil Aruna dan nila untuk sahabat terbagong gue , gue adalah tipe cewek tomboi , pecicilan , keras kepala yaa gue akui itu tapi gue baik hati , mandiri , bertanggung jawab dan pastinya gue itu cantik.

Oiya gue itu anak sulung , anak pertama dari 3 bersaudara . Gue punya 2 adek kembar yang cuma beda 2 tahun sama gue .

Author POV

Cerita ini dimulai sehari sebelum hari kelulusan sekolah menengah atas Aruna .

Dimana pengambilan raport kali ini diwajibkan orang tua yang mengambil , selain untuk memberi tahukan kelakuan para anak-anaknya semasa sekolah juga sebagai simbolisasi pelepasan siswa .

"Ma, pa please lah ambilin raport Aruna .kali ini emang orang tua yang harus ambil pa, ma"bujuk nila pada kedua orangtuanya yang bahkan tak sedikitpun merespon .

Merasa kesal Aruna berinisiatif mengalihkan perhatian , aha! Gelas!!!

Prang

Dengan sengaja Aruna membanting kuat gelas berisi air ke lantai , dengan itu perhatian orang tuanya sedikit teralihkan .

"Aruna!!! Kamu apa apaan sih! Kenapa harus dibanting!" Bentak Larasati , dengan wajah geram .

Sedangkan bhanu, menatap tajam nila "childhis!!!" Sinisnya .

Ya kalo aku gak banting gelas , mana bisa aku dapet perhatian kalian- batin Aruna  .

Aruna menghela nafas" okay sorry untuk gelasnya , so aku langsung to the point aja. Tolong ambil raport aku besok jam 08.00 pagi , ini permintaan aku untuk kali ini "

Larasati dan bhanu saling menatap , berbicara lewat tatapan satu sama lain .

Bhanu mengangguk " okay , akan kami usahakan . Tapi ini gak gratis la!" Ucap bhanu dengan senyum smirk tipis.

Aruna terbelalak , what?! Ambil raport doang njirrr , serius ni orang tua. " Hmm , yaudah apaan?" Mencoba mengalah , kali ini ia tak akan keras kepala ijazah lah taruhannya .

"Kamu harus kuliah jurusan bisnis dan setelah itu kamu mengambil alih jabatan papa kamu" ucap Larasati santai , maybe untuk beberapa orang mungkin akan senang tapi tidak dengan Aruna.

"Nggak!aku nggak mau gantiin posisi papa! Lagipula kan ada arcel pa ma!!! Arcel kan cowok jadi dia lebih berhak daripada aku!"ucap Aruna dengan tatapan nyalangnya .

Brakk

Dengan menggebu bhanu menggebrak meja " gak bisa! Arcel itu mau jadi dokter! Sedangkan cellia itu cita citanya jadi model, jadi kamu satu satunya yang harus gantiin posisi papa . Lagipula dalam surat perjanjian keluarga anak pertama bakal jadi penerus perusahaan kita!paham!!!"

Aruna menatap nyalang,kepalan tangannya mengerat "terus kalian kira aku gak punya cita cita gitu!!! Kenapa harus aku! Kenapa aku lagi yang dijadikan tumbal!!! Sadar gak sih dengan kalian yg gak perlakukan aku selayaknya anak kalian itu gak pantes jadi orang tua!!!" Ucap Aruna menggelegar.

Larasati dan bhanu tersaut emosi , Larasati bangkit dari tempat duduknya mendekati nila dengan tatapan menusuk.

Plakk

"KURANG AJAR!!! Kamu emang anak gak tau di untung ,perlakuan kami terhadap kamu itu udah lebih dari cukup!!! Lagipula tinggal bilang iya aja susah banget sih kenapa gak bisa nurut ha!?!? " Bentak Larasati .

"Cepat atau lambat kamu bakal jadi penerus perusahaan ini , so mau gak mau kamu harus terima dan lakukan tidak ada bantahan! Paham Drisana Nilaruna Candice?!?!"imbuh bhanu dengan nada tak terbantahkan.

Shit!lagi lagi ia harus menjadi tumbal! Mau tak mau ia harus meneruskan perusahaan ini , dengan rasa gondok Aruna mengangguk .

"Bagus! Harusnya dari tadi , jadi mama gak usah teriak teriak!!!"dengus Larasati kembali ke kursinya .

"Oh tapi tidak semudah itu runa, harus ada hitam di atas putih!"ucap bhanu , ia pun mencari berkas yang telah ia siapkan .

"Hah!!! Apa gak cukup dengan aku berkata iya?! Emang gilak kalian!" Ujar aruna, merasa tak percaya dengan ini semua? Bukankah ini pemaksaan?!.

"Shtt,saya tau kamu anak yang pemberontak jadi saya sudah siapkan ini sejak lama.jika kamu melanggar kamu akan dikenakan sanksi 10 miliar , dan hanya dengan cara ini kamu bisa nurut"

Meletakkan berkas tersebut dihadapan aruna " cepat tanda tangan dibawah sini dan tulis namamu!"imbuh bhanu .

Dengan perasaan dongkol Aruna menanda tangani berkas tersebut " dasar orang tua licik!"desis Aruna.

"Fine! Aku tunggu kehadiran kalian di pembagian raport besok!!!" Tekan aruna , bergegas keluar dari ruangan bak neraka ini .

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

"Arghh, bisa bisanya gue terlahir dalam keluarga ini!"ucap aruna ,dengan kesal meninju angin dengan kepalan eratnya.

Merasa perlu meredamkan emosinya , ia bergegas mengambil jaket, dompet , dan hp nya . Ntahlah ia rasa rumah ini bukan untuknya.

Diatas Yamaha R6 Aruna melajukan mola nya . Ah satu orang yg ingin ia tuju , Esti!!!

Rumah minimalis nan rapi bercat hijau , sederhana memang tapi keluarganya Harmonis andai Aruna dilahirkan di keluarga tersebut .

"Assalamualaikum , teh,  bunda?"ujar Aruna mengetuk pintu pintu rumah tersebut.

"Waalaikum salam"jawab seorang wanita cantik dengan daster kebanggaan nya, bunda Ratih .

"Nila , masuk sayang si Esti lagi bunda suruh beli garem di warung"terang bunda Ratih merangkul nila dengan hangat.

Hufhh baru datang aja udah disambut sehangat ini.Oiya panggilan nila emang cuma keluarga ini yg bisa manggil gue dengan nama nila.

"Itu teh kenapa pipi kamu merah merah gitu , abis ketemu cowok yaaa"goda bunda Ratih.

Nila terkekeh "yeuu bunda , jangankan dibikin blushing sama cowo . Orang mereka liat aku aja langsung pada kabur"guraunya.

Ratih , ibunda dari seorang sahabat nila yang sudah ia anggap sebagai ibu bukan hanya itu seluruh anggota yang ada di dalam rumah ini sudah ia anggap sebagai keluarga.

"Samlekom Bun!"salam seorang perempuan dengan suara tinggi.

Nila menoleh ke sumber suara " Lo kalo salam yang bener goblok!"sungut nila melemparkan bantal sofa kearah orang tersebut.

"Iyee ah assalamualaikum, lagian Lo ngapain di sini numpang makan!?"tanya nya sewot , mendudukkan diri di sebelah nila.

"Esti!!!gak boleh gitu , udah pesenan bunda mana"pinta Ratih.

Estiana lovika aristi , perempuan bar bar, ceplas ceplos , polos² bangsat dan not have akhlak ini memang sahabat nila yaa sifat mereka emang gak beda jauh.

"Kata Bu inur garemnya habis Bun , terus warung depan juga udah tutup"jawab Esti dengan gugup , berusaha mencari alasan.

Nila tersenyum smirk" garemnya abis atau karena banyak cowo , soalnya tadi gue liat banyak cowo yg nongkrong tuh"

Esti terbelalak, menendang betis nila " heh gila! Lo tuh ya ishhh , pengen tak hiiihhh " desisnya geram .

"Hedehh kamu mah gituu , yaudahlah bunda masak pake Royco aja . Kalo gak enak ya kamu yg bakal di salahin ayah " ucap Ratih tenang , melenggang menuju dapur .

"Oy la! Bengong Bae Lo , mikirin gue yak!" Celetuk Esti melihat nila terdiam.

"Cih , gila kali gue mikirin Lo!" Ucapnya tanpa beban . Meraup wajahnya , menyandarkan punggungnya ke sofa .

"Ada masalah kan, masalah apa lagi kali ini"tanya Esti sembari mengelus anabul kesayangan ,kuti.

"Huftt, besok...."

Hayyy ini aku iseng , ntah sampe end atau nggak aku juga gatau hehe.

Derita anak sulungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang