Kisah Ketobong Keramat

100 4 0
                                    

Alkisah pada zaman dahulu kala, di negeri Pelalawan berkuasalah seorang raja yang dikenal sebagai Raja Pelalawan. Penduduknya hidup tenteram, sejahtera dan rukun. Namun, di antara penduduk tersebut, terdapat seorang laki-laki setengah baya yang hidup sangat miskin. Meskipun miskin, ia gemar menolong orang lain. Setiap hari ia pergi menajuh di Sungai Selempaya yang mengalir di negeri itu. Dari hasil menangkap ikan itulah ia bisa menghidupi istri dan anak-anaknya.

Selain menangkap ikan, si Miskin itu memiliki kepandaian mengobati orang sakit. Kepandaiannya itu ia gunakan untuk menolong setiap orang yang datang kepadanya. Karena ia suka menolong orang sakit, maka ia pun dipanggil Bomo Sakti (Tabib Sakti). Ia sangat pandai mengambil hati masyarakat. Jika ada orang membutuhkan pertolongannya, ia tidak pernah menolak. Selain itu, ia juga tidak pernah meminta bayaran atas bantuan yang telah diberikannya. Sifatnya yang rendah hati itu, membuat masyarakat di negeri Pelalawan senang kepadanya. Berbeda dengan bomo-bomo lainnya, mereka memiliki sifat angkuh. Untuk setiap obat yang diberikan kepada orang sakit, ia selalu meminta bayaran yang sangat tinggi dan selalu menolak apabila dimintai pertolongannya oleh orang miskin.

Suatu hari, kepandaian Bomo Sakti mengobati orang sakit itu terdengar oleh Raja Pelalawan. Maka diutuslah dua orang pengawal istana untuk menjemput Bomo Sakti untuk dibawa ke istana. Sesampainya di hadapan raja, Bomo Sakti langsung memberi hormat, “Ampun Baginda Raja! Ada apa gerangan Baginda memanggil saya menghadap?” tanya Bomo Sakti penasaran. “Wahai Bomo Sakti! Aku sudah mendengar tentang kepandaian kamu mengobati orang sakit. Bersediakah kamu aku angkat menjadi bomo di istana ini?” tanya Baginda Raja kembali. “Ampun beribu ampun, Baginda! Saya ini hanya orang miskin dan bodoh. Tuhanlah yang menyembuhkan mereka, saya hanya berusaha melakukannya,” jawab Bomo Sakti merendah. Baginda Raja pun mengerti kalau Bomo Sakti menerima tawarannya itu dengan bahasa yang sangat halus. Akhirnya, Bomo Sakti pun diangkat menjadi bomo resmi di Kerajaan Pelalawan. Sejak itu, Bomo Sakti semakin terkenal hingga ke berbagai negeri. Kehidupan keluarganya berangsur-angsur menjadi makmur. Meskipun namanya sudah terkenal di mana-mana, Bomo Sakti tetap bersikap rendah hati. Ia masih mengerjakan pekerjaannya yang dulu yaitu pergi menangkap ikan di sungai Selempaya.

Suatu waktu, Baginda Raja memanggil Bomo Sakti menghadap kepadanya. Setelah Bomo Sakti menghadap, Baginda Raja pun berkata, “Wahai Bomo Sakti, sudah lama aku menginginkan anak. Aku sudah mendatangkan bomo dari berbagai negeri, namun belum ada yang berhasil. Untuk membuktikan kesetiaanmu padaku, aku berharap kamu mau mengobati permaisuriku agar kami bisa mendapatkan keturunan,” pinta Raja Pelalawan dengan penuh harapan. Karena permintaan raja, Bomo Sakti tidak bisa menolak. “Hamba akan berusaha, Baginda! Semoga Tuhan Yang Mahakuasa mengabulkan keinginan Baginda,” jawab Bomo Sakti dengan rendah hati.

Setelah itu, Bomo Sakti pun mengeluarkan seluruh kepandaiannya. Dengan takdir Tuhan Yang Mahakuasa,  usahanya berhasil. Beberapa hari setelah diobati, permaisuri pun mengandung. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, genaplah 9 bulan kandungan permaisuri. Maka lahirlah seorang putri yang cantik jelita. Sejak itu, semakin masyhurlah nama bomo yang sakti itu. Raja dan permaisuri serta seluruh penduduk negeri Pelalawan sangat senang dan gembira menyambut kelahiran sang Putri kecil yang cantik itu. Akan tetapi, Bomo Sakti yang telah berhasil mengobati sang permaisuri justru merasa menyesal, karena telah melanggar larangan yang pernah ditetapkan oleh gurunya. Larangan tersebut adalah ia tidak dibenarkan mengobati orang yang sehat dan orang yang sudah mati. Jika ia melanggar larangan itu, hidupnya akan teraniaya.

Jika berladang, padinya takkan berisi. Jika mencari ikan, takkan dapat. Jika berlayar, angin berhenti. Jika beternak, takkan berkembang biak. Oleh karena itu, ia berniat untuk berhenti menjadi bomo. Akan tetapi, jika ia berhenti begitu saja, tentu Baginda Raja akan murka kepadanya. Ia pun kemudian mencari akal bagaimana caranya agar ia bisa berhenti menjadi bomo tanpa membuat Baginda Raja merasa kecewa.

Kumpulan Cerita RakyatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang