Puteri Ular

192 3 0
                                    

Simalungun adalah nama sebuah kabupaten di Sumatera Utara. Sebelum pemekaran beribukota Pematang Siantar, kini Simalungun ibukotanya Pematang Raya, sedangkan Pematang Siantar statusnya menjadi kota madya. Simalungun juga merupakan nama suku asli yang mendiami daerah itu. Namun kini masyarakat kabupaten Simalungun sudah terdiri dari multi suku/etnis, seperti batak Toba, batak Karo, Mandiling, Minang, Aceh, Jawa, Tionghoa.

Kabupaten Simalungun memiliki ragam warisan tradisi, salah satunya adalah cerita rakyat. Di daerah ini, terdapat cerita rakyat yang sangat terkenal, yaitu Kisah Putri Ular. Cerita ini mengisahkan kegagalan seorang putri raja yang cantik jelita untuk dijadikan permaisuri oleh seorang raja muda yang tampan, karena sang putri tiba-tiba menjelma menjadi seekor ular.

Dahulu kala, di suatu negeri di kawasan Simalungun, Sumatera Utara, terdapat sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang arif dan bijaksana. Sang Raja memiliki seorang putri yang kecantikannya sungguh luar biasa. Berita tentang kecantikan putri raja itu tersebar ke berbagai pelosok negeri. Berita tersebut juga didengar oleh seorang raja muda yang memerintah di sebuah kerajaan yang letaknya tidak jauh dari kerajaan ayah sang Putri.

Mendengar kabar tersebut, Raja Muda yang tampan itu berniat untuk melamar sang Putri. Sang Raja kemudian mengumpulkan para penasehat kerajaan untuk memusyawarahkan keinginannya tersebut.

“Wahai, para penasehatku Apakah kalian sudah mendengar berita kecantikan putri itu?” tanya sang raja kepada penasehatnya.
“Sudah, Tuan” jawab para penasehat serantak.
“Bagaimana menurut kalian, jika sang putri itu aku jadikan sebagai permaisuri?” sang Raja kembali bertanya.
“Hamba setuju, Tuan” jawab salah seorang penasehat.

“Iya, Tuan Hamba kira, Tuan dan Putri adalah pasangan yang sangat serasi. Tuan seorang raja muda yang tampan, sedangkan sang putri seorang gadis yang cantik jelita,” tambah seorang penasehat.

“Baiklah kalau begitu. Segera persiapkan segala keperluan untuk meminang sang putri,” perintah sang raja.
“Baik, Baginda” jawab seluruh penasehat serentak.

Keesokan harinya, tampak rombongan utusan raja muda meninggalkan istana menuju negeri tempat tinggal sang putri. Sesampainya di sana, mereka disambut dan dijamu dengan baik oleh ayah sang putri. Usai perjamuan, utusan sang raja muda pun menyampaikan maksud kedatangan mereka.

“Ampun, Baginda Maksud kedatangan kami ke sini adalah hendak menyampaikan pinangan Raja kami,” jawab salah seorang utusan yang bertindak sebagai juru bicara.

“Kami menerima pinangan Raja kalian dengan senang hati, karena kedua kerajaan akan bersatu untuk mewujudkan masyarakat yang makmur, damai dan sejahtera,” jawab sang raja.

“Terima kasih, Baginda Berita gembira ini segera kami sampaikan kepada Raja kami. Akan tetapi…, Raja kami berpesan bahwa jika lamaran ini diterima pernikahan  akan dilangsungkan dua bulan lagi,” ujar utusan tersebut.

“Kenapa begitu lama?” tanya sang Raja tidak sabar.
“Raja kami ingin pernikahannya dilangsungkan secara besar-besaran,” jawab utusan itu.
“Baiklah kalau begitu, kami siap menunggu,” jawab sang Raja.

Usai berunding, utusan Raja Muda berpamitan kepada sang Raja untuk kembali ke negeri mereka. Setibanya di sana, mereka langsung melaporkan berita gembira itu kepada Raja mereka, bahwa pinangannya diterima. Sang Raja Muda sangat gembira mendengar berita itu.

“Kalau begitu, mulai saat ini kita harus menyiapkan segala keperluan untuk upacara pernikahan ini” seru Raja Muda.
“Baiklah, Tuan Segera kami kerjakan,” jawab seorang utusan.

Sementara itu, setelah para utusan Raja Muda kembali ke negeri mereka, ayah sang Putri menemui putrinya dan menyampaikan berita pinangan itu.

“Wahai, putriku Tahukah engkau maksud kedatangan para utusan itu?” tanya sang Raja kepada putrinya.

Kumpulan Cerita RakyatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang