ALVIN DAN RUMAH POHONNYA

413 9 0
                                    

ALVIN DAN RUMAH POHONNYA

Matahari mulai mengintip menyinari bukit dan suara burung riuh bernyanyi meramaikan pagi ini. Alvin bersama ayahnya sedang menelusuri jalan setapak di punggung bukit. Di sana ada sebuah pohon asam besar yang berdiri kokoh.

“Mengapa kita kemari Yah?” tanya Alvin.

“Kita akan membuat rumah pohon,” pukas Ayahnya

“Apa itu Yah?” tanya Alvin


“Rumah pohon itu, ya  sebuah rumah impian tempat anak-anak bermain yang ada dibangun di atas pohon,” jelas Ayahnya.

“Apakah ada peri tinggal di dalamnya?” tanya Alvin.

“Hehehhe, tidak ada peri nak, kalianlah yang akan tinggal di dalamnya”, sahut Ayahnya sambil tersenyum.

“Horee!! ini pasti akan menjadi petualangan yang asyik, aku akan menaruh perisai dan jubahku di dalamnya supaya aman dari serangan naga”, seru Alvin.

“Hehehe, imajinasimu sangat tinggi Al,” kata Ayah.

“Mari kita permisi dengan Pak Owak.“Permisi pak, apakah kami boleh membangun rumah di atasmu?” tanya Ayah.

“Oh rumah pohon? Apakah jika dibuat rumah pohon di atas tubuhku, akan banyak anak-anak kemari?

“ Ya, tentu saja,” jawab ayah Alvin.

“Dengan senang hati. Aku suka  jika banyak anak-anak bermain denganku. Kalian bisa memanjat, memakan buahku, aku suka anak-anak,” jelas Pak Owak.

Akhirnya Si Ayah membuat rumah pohon di atas pohon asam itu. Alvin ikut membantu Ayahnya. Dalam waktu dua hari rumah pohon pun jadi.

“Horeeee rumah pohonku sudah jadi,” kata Alvin.

Banyak anak-anak yang bermain di sana. Ada tangga menuju ke atas. Dari atas anak-anak bisa memetik buahnya.

“Hmmmmm segar sekali buah asem ini,” kata seorang anak yang bermain di sana.

Lama waktu berselang, Alvin kecil harus pindah ke kota mengikuti orang tuanya. Tidak ada lagi Alvin dan bocah-bocah lainnya menemani Pak Owak dan rumah pohon itu pun ditinggalkan. Pak Owak merasa sedih, kesepian tidak ada lagi tawa dan canda Alvin dan anak-anak lainnya.. Pak Owak menjadi layu, gersang dan kesepian.

Selang 20 tahun Alvin sudah menjadi pria dewasa, ia kembali melihat-lihat desanya. Di desanya ia mendengar kabar pohon yang bisa menangis. Penasaran dengan cerita itu ia pergi ke bukit. Ia melihat pohon tua yang layu dan gersang dengan bekas-bekas kayu di atas pohon.

Tampaknya suasana ini tak asing baginya,

“Oh Pak Owak...Anda pohooon....”

“Akhirnya kau datang nak, kau Alvin bukan? Kau sudah dewasa sekarang,” kata Pak Owak.

“Ya Pak, mengapa Bapak tampak begitu gersang?” tanya Alvin.

“Semenjak kepergianmu dan anak-anak lain aku kesepian, tak ada lagi suara canda anak-anak di sini,” jelas Pak Owak.

“Maukah kau bermain denganku? Tapi rumah pohon ini sudah rusak,” kata Pak Owak.

“Aku sudah dewasa Pak Owak. Aku tidak bermain panjat pohon lagi. Hmmmm tapi.....” kata Alvin.

Lalu Alvin dewasa berbisik kepada Pak Owak, “Tenang Pak, aku akan membangun kembali rumah pohon ini. Dan akan banyak anak-anak desa yang datang ke mari kembali.”

Pak Owak pun tampak tersenyum bahagia.

Alvin mulai menggambar rancangannya, mengumpulkan bahan-bahan. Dan menyulapnya menjadi rumah  pohon yang indah. Ada ayunan, prosotan, hingga kolam pasir dan taman kecil. Di dalam rumah pohon itu ada teropong dan mainan anak.

“Waaaaah sangat lengkap, seperti di negeri dongeng”, kata anak-anak yang berkunjung ke sana.

Karena banyak anak-anak yang mengunjunginya, Pak Owak menjadi sangat senang.  Pak Owak kembali segar, dengan buah dan daun-daun yang hijau.

Akhirnya lebih banyak anak-anak yang bermain dan piknik di sana.  Pak Owak menjadi senang. Kini ia tidak akan merasa kesepian lagi karena banyak anak-anak yang menemaninya.

Kuis:

 

·      Mengapa Pak Owak menjadi layu?

·      Mengapa anak-anak suka bermain di rumah pohon yang dibuat oleh Alvin?

·      Apa makna cerita dari kisah Alvin dan rumah pohonnya?

ALVIN DAN RUMAH POHONNYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang