Entah sekarang pukul berapa, yang pasti Dina yakin kalau hari sudah larut. Dina masih berada pada posisi yang sama. Masih berusaha memberontak terhadap tali yang sangat kuat mengikat tangannya
Pergelangan tangan Dina terasa perih, ia serasa tak sanggup melepaskan tali sendiri, pandangannya menyusuri sekitar. Sialnya ruangan sangat gelap, Dina tak bisa melihat apapun
Hingga pandangannya tertuju pada jendela dibelakangnya. Sedikit tersorot oleh sinar bulan, Dina memikirkan ide konyol. Namun hanya ini cara agar dia bisa terlepas
Pyarr.... Dina menumbruk jendela menggunakan kepalanya. Kaca jendela pecah, beruntung pecahan tadi merhasil ia tangkap di tangannya yang terikat ke belakang kursi
Dina berusaha memutuskan tali tersebut menggunakan kaca, seakan-akan mustahil, Dina kesusahan memotong tali tersebut. Namun karena usahanya, walaupun membutuhkan waktu sedikit lama akhirnya Dina berhasil
Setelah tangannya berhasil terlepas, ia segera melepas lakban yang menutupi mulutnya
Srett! “Akh!” Pekiknya karena lakban yang melekat di mulutnya sangat kuat membuatnya sedikit meringis ketika menarik lakban tersebut
Dina beralih melepaskan tali di kakinya, berhasil! Dina telah terbebas, namun ada yang janggal. Ia merasakan sesuatu mengalir dari kepalanya
Dina mengusap kepalanya “Sial!” Umpatnya ketika melihat darah di tangannya. Pandangan Dina kabur, semakin gelap... Hingga akhirnya ia roboh. Dina pingsan!
Saka baru sampai di sekolah. Ia langsung berlari menuju kelas Dina. Dari kemarin hingga sekarang ia tak bisa menghubungi Dina, dan saat pergi ke rumahnya tadi, Dina juga tidak ada dirumah
“DIN!” Serunya berteriak saat baru memasuki kelas Dina, membuat beberapa anak yang ada disana menoleh ke arahnya
“Kalian lihat Dina nggak?” Tanya saka, yang berada di kelas semuanya menggeleng
Saka lalu berlari keluar kelas, ia mengambil ponsel di sakunya dan berusaha menelfon ponsel Dina, lalu beberapa siswa siswi tiba-tiba berlari hingga menubruk saka
“Eh, sorry ka!” Ucap anak laki-laki yang lebih pendek dari saka
“Gapapa. Eh, kenapa semuanya pada lari?” Tanya saka keheranan
“Itu di gudang. Kata pak Robi ada siswa yang pingsan.” Jawab anak tersebut lalu segera berlari meninggalkan saka
“Shit!” Umpat saka lalu ikut berlari menuju gudang, sesampainya disana betapa terkejutnya saka melihat Dina tergeletak di lantai
Kepalanya bersimbah darah, tampilannya acak-acakan. Saka berlari menghampiri Dina dan menumpu kepala Dina di paha nya
“DINA!” Teriaknya menepuk-nepuk pipi dina, berharap Dina tersadar
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Shoot
Teen FictionDina Leswara. Seorang gadis yang hidupnya cukup rumit untuk diceritakan. Suram. Itu kata yang tepat untuk menggambarkannya Nasaka Bagaskara. Boyfriend able, gentle. Namun cukup tidak peka bagi seorang Dina. Saka sang pelindung Dina. Penyelamat yang...