Aela sedang berada di depan kran. Punggungnya di tepuk Vina, membuat Aela kaget. Degup jantung Aela takut akan ada lontaran kata-kata tanya.
"Ngapain?"
Mencoba menahan untuk menyerut ingusnya sambil menjawab
"Mau wudhu"."Habis ini mau tidur, gerah kalo gak nyentuh air." jelas Aela sebelum Vina bertanya-tanya.
"Enggak mending mandi aja, La? Tolong minggir dikit, ya. Mau mandi nih." sambung tiba-tiba Widia, teman kamar sebelah.
"Mau tidur dulu, keburu capek." sahut Aela berharap hawa-hawa menjadi biasa. Seperti sedang tiada apa-apa.
Aela berjalan menuju ke kamar, meninggalkan Vina.
–setelah 5 menit
"Vina kemana, ya?" gumam Aela. Heran kenapa tidak kembali ke kamar Al Musowwir.
—
Lampu kamar mati, diluar terdengar suara rintik-rintik, perut tiba-tiba sakit dan kejadian tadi kembali mengusik. Belum selesai, pintu kamar Al-Musowwir tiba-tiba bersuara.
Dalam hati, itu siapa?
Terpaksa segera mengusap wajah dan menutup netra.Dugaan tersangka, Vina. Tapi bukan, seseorang yang sedang mencari Vina.
"Orangnya mana ta? Adanya Aela doang. Dia mau mandi kapan? Mumpung sekarang hujan diluar dah agak reda." gumam seseorang.
Aela yang terbangun dari bantalnya, kemudian menyahut "Siapa no?"
"Eh, kok bangun, La?" jawab seseorang tersebut kala mendengar suara Aela.
"O Widia, bukannya kamu tadi dah mandi?" tanya Aela.
"Iya, tapi alat mandinya Vina ngehalangi jalanan orang. Tadi aku mau buru-buru ke KM (kamar mandi) sambil ngantuk. Malah kakiku kena alat mandinya." jelas Widia seperti agak kesal."Terus? Jatuh nggak?" tanya Aela sambil sedikit mesam-mesem.
"IYAA, jatuh plus natap pintu KM"
jawab Widia mulai kesal."Double sick kece, Wi." jawab Aela sambil tersenyum dan garuk-garuk kepala yang tidak gatal.
"Apasi kece-kece terus." sahut Widia dengan muka cemberut.
"Hehe, ya udah tidur aja biar mimpi si dia terus bangun-bangun langsung sembuh." celoteh Aela.
"Mimpiin siapa tah? jangan-jangan kamu lagi yang lagi kayak gitu, hayoo" sahut Widia.
"Engga lah, yang bener Widia. Kan yang abis jatuh Widia bukan Aela, hayoo" jawab Aela membuat Widia berhenti untuk melanjutkan.
"O oke, aamiin-in aja biar seneng." sahut Widia sambil terseyum dan menutup pintu kamar.
Meskipun, ada yang mengetahui dan tidak mengetahui. Namun, untuk masalah mengaku perlu diakui tubuh kalau seketika menjadi kaku. Entah sampai kapan menginginkan permainan petak umpet ini. Dalam pertimbangan mengatakan tidak apa-apa untuk sementara.
Kembali dengan selimut untuk dibuka lebar-lebar, mengusap bantal untuk bersandar dan guling yang tak diikutkan dalam daftar. Sedang ingin menekuk kedua tangan dan telapak tangan menopang kepala yang sibuk me-replay skenario.
Lama-lama ingin menepuk wajah dengan tangan pula. PLAK. Sambil menggeleng-geleng wajah dan mata berkedip-kedip. "Aku kenapa?" isi hati berkata.
Suara pintu kamar Al Musowwir kembali terbuka. Yaa, ini baru Vina.
"Bawa apa, Vin?" tanya Aela penasaran.
"Dibawain ibuk sale ni," jawab Vina melangkah ke tombol lampu untuk dihidupkan.
"Ibukmu kok kece bawain sale, Vin" ucap Aela kagum.
"Aku pernah buat sale pas di pondok. Nah, ku taruh di piring tapi ndak tak jemur. Malah hasilnya menjamur. Padahal pas nyoba-nyoba yang nggak jamuren udah enak banget." Cerita Aela pada temannya itu.
"Gabut tah gimana si, La." sahut Vina sambil geleng-geleng kepala.
"Kan sale lovers" jawab Aela.
Aela membantu Vina mewadahi sale ke dalam toples. Aela mengingat masa-masa melihat calon salenya yang jamuren. Sudah tidak kece lagi. Ketika teman-teman sekamar dulu pada tertawa melihatnya. Semua itu penuh kenangan. Entah mereka masih ingat atau tidak. Yang paling teringat adalah ada yang tidak tahu sale itu apa. Makanya, Aels tawarin sale dan numan keterusan. Setiap Aela ada titipan akan selalu ditanya, "Sale, La? Ada Sale, La?"
kejadian silam
masih erat dipegang
oleh kepala pikiran
yang menjadi senyuman—Aela, Sunday
KAMU SEDANG MEMBACA
Degup
Teen FictionKita dengan sanubari sehari-hari. Sekolah, tapi jatuh hati pernah. Daring, mencoba menghubunginya tapi tak berdering. Beribadah, terkadang overthinking lalu khusyuknya setengah. Mengaji, dia yang dipikirkan oleh hati. Kehidupan naik dan tiba-tiba t...