04

259 64 34
                                    

Maaf untuk semua typo!

Jangan lupa tekan ⭐ ya sebelum membaca ☺️

.

.

.

Pukul satu dini hari, aku terbangun dengan keringat memenuhi pelepis. Nafasku memburu, mimpi buruk yang terasa seperti nyata membuatku sangat takut. Dalam mimpiku, aku kehilangan Taehyung untuk selamanya.

Aku segera menghampiri Taehyung di ranjang, menggenggam tangannya. Hatiku sedikit lega melihat wajah suamiku yang tidak sepucat tadi siang. Aku mengusap dahinya, menyingkirkan poni panjangnya yang menutupi dahi.

"Aku sangat mencintaimu, Tae. Aku tidak bisa membayangkan jika mimpi itu menjadi kenyataan. Aku tidak ingin kehilanganmu." Ucapku lirih.

Aku terkejut saat tangan Taehyung bergerak dan membalas genggaman tanganku. "Aku juga sangat mencintaimu." Katanya dengan suara yang masih sangat lemah.

"Taehyung.. syukurlah kau sudah sadar." Aku tersenyum lalu mencium punggung tangannya, "Kau butuh sesuatu ? Ingin makan ? Kau sudah dua hari tertidur."

Taehyung nampak terkejut, "Dua hari ?" Tanyanya memastikan.

"Eum, dua hari."

"Maafkan aku.."

Aku mengangkat kedua alis bingung saat tiba-tiba Taehyung meminta maaf. "Maaf untuk apa, Tae ?"

"Maaf karena membuatmu khawatir."

Aku menggeleng pelan, "Tidak apa-apa sayang. Jangan di pikirkan hem. Yang penting sekarang kau sudah sadar."

Taehyung menunduk, lalu kembali berujar lirih. "Aku merepotkanmu lagi."

Sungguh! Aku aku tidak suka saat Taehyung mengatakan kalimat itu. "Taehyung, dengar. Aku isterimu, sudah tugasku untuk merawatkmu. Berhentilah bicara seperti itu atau aku benar-benar tidak akan bicara lagi padamu." Ancamku.

Taehyung kembali mendongak, menatapku dengan tatapan yang tidak bisa ku artikan. "Kau sudah dengar semuanya 'kan ? Kau pasti sudah bertemu dokter Min." Kata pria itu.

Hatiku kembali sakit, dan rasa takut mulai menjalar di seluruh tubuhku. Kalimat demi kalimat dari dokter Min kembali berputar di kepalaku.

"Eum, aku sudah tahu. Lalu kenapa ? Bukankah Tuhan yang mengatur hidup mati seseorang ?" Tanyaku pelan, "Jangan terlalu di pikirkan, Tae. Mari kita jalani saja semuanya." Aku mencium punggung tangan Taehyung sekali lagi, lalu tersenyum. Aku harus kuat bukan ?

"Kau benar." Kata Taehyung serak, "Maafkan aku yang terlalu mudah menyerah. Aku berjanji akan kuat untukmu."

Aku mengangguk pelan, "Iya sayang. Kau harus kuat dan bertahan untukku."

.

.

.

Seminggu berlalu semenjak Taehyung kembali drop. Kini kondisinya sudah jauh lebih baik, namun harus tetap rutin mengkonsumsi obat.

"Tae, obatmu.." aku sedikit berlari mengantarkan obat Taehyung yang hampir saja tertinggal. "Minum tepat waktu, jangan sampai lupa." Peringatku.

Taehyung tersenyum tipis, "Siap nyonya Kim."

Aku ikut tersenyum, tapi senyumku segera luntur saat melihat cairan kental berwarna merah keluar dari hidung bangir suamiku. "T-tae... hi-hidugmu..."

Taehyung yang seolah mengerti segera mengeluarkan sapu tangan di kantong kemejanya. Dia mengelapnya dengan santai seolah itu hal biasa. Ya, sebenarnya itu memang hal biasa terjadi semenjak dia sakit. Tapi tetap saja aku selalu khawatir melihatnya.

About You ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang