Jeno melangkah dengan malas masuk ke dalam restoran yang sudah dipesan untuk acara makan malam. Jaehyun yang berdiri di sebelahnya justru memasang senyum lebar.Jeno menarik kursi di sebelah Donghae yang sibuk bicara dengan seseorang di telpon, duduk disana dan menghembuskan nafas kasar.
"Jeno, ayo jangan pasang wajah cemberut."
Eunhyuk mengingat kan, Jeno menarik dua sudut bibirnya secara paksa. Kemudian mengalihkan pandangan pada piring berisi nasi dan sup jamur dihadapan nya.
"Ah Chanyeol! Astaga sudah lama sekali, apa kabar?."
Donghae tertawa, bangkit berdiri dan menyapa teman lama. Jaehyun dan Eunhyuk juga ikut berdiri, tersenyum lebar. Sementara Jeno hanya duduk diam dengan wajah datar, tidak tertarik menyapa.
"Baik, ini puteramu?."
Chanyeol bertanya, menunjuk Jeno yang memainkan sendok. Donghae mengangguk, menarik lengan bungsu nya dan menyuruh laki-laki itu untuk tersenyum dan mengucap salam.
Jeno tersenyum kaku,
"Dia manis sekali, persis seperti kesukaan Jaemin."
Wendy berkomentar, oh jadi namanya Jaemin. Jeno mencatat dengan baik nama dalam ingatannya, barangkali laki-laki itu bisa diajak kerjasama menggagalkan perjodohan konyol ini.
"Kan, memang selera anakmu yang manis-manis rupanya."
Eunhyuk tertawa, mempersilahkan keduanya duduk. Jaehyun mengambil tempat di sisi kiri Jeno,
"Dimana Jaemin dan Taeyong?."
"Sebentar lagi sampai."
Mereka berbincang sebentar, Chanyeol banyak bertanya soal Jeno dan Jaehyun, bagaimana kehidupan sekolah mereka yang hampir masuk dalam jenjang kuliah.
Jeno menjawab pendek, sementara Jaehyun lebih suka menjelaskan panjang lebar. Sampai kedua laki-laki yang merupakan putera Tuan Na memasuki restoran menyita seluruh atensi.
Jaehyun menyikut perut si adik, Jeno segera menoleh di arah yang ditunjuk Jaehyun dengan dagu.
Jeno menelan ludah, sial sekali. Keduanya tampan luar biasa-meski masih tampan Jeno tentu saja.
"Astaga, lihat aku nyaris tidak bisa mengenali kalian!."
Eunhyuk berseru memeluk Jaemin dan Taeyong bergantian.
"Lihat, benar kata gue kan?! Tampan dan manis, jangan sia-sia kan kesempatan!."
Jeno membungkam bibir Jaehyun dengan potongan nanas, kemudian tersenyum canggung pada Jaemin yang mengirimkan tatapan mata yang terasa tajam, membuatnya menelan ludah.
"Jaehyun, panggil ganteng juga boleh."
Jeno ingin sekali memukul dahi Jaehyun yang mengedipkan mata menggoda Taeyong yang wajahnya mulai memerah.
"Ayo makan, kalian bisa mulai berbicara nanti."
Donghae tertawa, mengaduh saat kakinya terinjak oleh Jeno yang memasang senyum tanpa rasa berdosa. Eunhyuk meringis malu, menarik suaminya untuk duduk.
"Maaf yah, sengaja."
Donghae mengiriminya jari tengah yang dibalas Jeno juluran lidah, suasana meja itu ramai. Chanyeol dan Eunhyuk berulang kali membahas masa SMA mereka dulu, sesekali membahas masa kuliah bersama Wendy dan Donghae.
Jeno yang tadinya mendongak tidak sengaja beradu pandang dengan Jaemin yang menopang dagu, melihatnya dari atas ke bawah.
Jeno segera membuang muka, merasa tidak tenang ditatap terus-terusan.
"Jaemin, ajak Jeno bicara diluar."
Chanyeol berbisik meski Jeno masih bisa mendengar suaranya,
"Bang tolongin gue bang!."
"Bentar lagi sibuk."
"Anjing."
Jeno pasrah saat Jaemin menarik lengannya keluar, laki-laki dengan jaket jeans nya membawa mereka pada halaman depan restoran, kemudian mengajak duduk di salah satu bangku.
Jeno berdehem, bergeser sedikit jauh dari tempat Jaemin duduk. Laki-laki itu hanya mengangkat satu alis.
"Oke jadi Na Jaerin."
"Jaemin."
"Oke Na Jaemin. Jujur aja Lo pasti juga nggak setuju kan sama perjodohan ini?."
Jaemin terdiam sejenak, lalu tertawa, mengangkat satu kaki dan menaruhnya diatas kaki satunya, tangannya meraih bahu Jeno dan menggeser yang lebih muda mendekat, mata Jeno melebar.
"Siapa bilang? Gue justru senang sama perjodohan ini, apalagi calon gue manis kayak Lo."
"Gue ganteng ya bangsat."
"Iya, sedikit."
Jeno mencubit lengan Jaemin kesal, membuat yang lebih tua mengaduh.
"Tapi kita sama sekali belum kenal, lagipula perjodohan ini gara-gara alasan yang nggak masuk akal kan?."
Jaemin mengiriminya senyum lebar, membuat dadanya berdebar tanpa sebab.
"Kalau gitu gimana kalau kita belajar untuk tahu satu sama lain dulu?."
Jeno mengernyit kan dahi, sedikit mundur saat Jaemin mendekatkan wajah ke arahnya,
"Empat bulan, empat bulan kita coba dulu. Buat saling mengenal, memahami satu sama lain, dan selama itu kita ubah alasan dari hubungan kita, bukan lagi karena perjodohan tapi karena perasaan."
"Tapi gue nggak ngerasain apapun ke Lo Na."
Jaemin tertawa, menempelkan dahi mereka yang membuat Jeno tanpa sadar menahan nafas.
"Sekarang belum Jen, tapi nanti. Nanti gue janji, pasti cuma gue yang bisa jadi alasan Lo tersenyum, senang, bahagia, nanti pasti cinta itu akan ada."
"Tapi kalau ternyata gagal?."
"Gue akan tunggu sampai berhasil, lagipula kita belum coba kan? Mau coba sama-sama? Mau ya manis?."
Jeno merasakan jantungnya berdetak tak karuan saat Jaemin meninggalkan satu kecupan pada bibir tanpa permisi.
Iya, dia mau coba. Coba cintai laki-laki dihadapannya yang tanpa sopan santun tersenyum membuat pipinya dihiasi rona merah dan dada yang tak henti berdebar.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Casamentero | Jaemjen
FanfikceDijodohkan itu sudah lumrah dan sudah biasa, tapi kalau karena hutang bakso yang belum lunas? Narasi hidup Jeno terlalu lucu. *. Jaemjen *. Don't read if you don't like baby :) ©🐬 Start: 17/9/21 End:-