***
Vote dan komentarnya jangan lupaa~
***
[ warn : violence scene ]
Gavin melepas helm hitamnya setelah memarkirkan motor kesayangan di tempat biasa. Belum sempat dirinya melangkah, Gavin mendadak berhenti tepat setelah melihat seseorang sedang memarkirkan motor di sebelah kendaraannya juga.
Selama ini tidak pernah ada siswa yang berani meletakkan motornya di sebelah motor Gavin.
Sudah banyak hal yang terjadi hingga hal itu sanggup menjadi momok bagi para siswa lain. Badan motor tiba-tiba kotor atau ban kempis merupakan peristiwa yang biasa terjadi ketika pulang sekolah nanti.
Entahlah, Gavin pun tidak tahu apa masalah pencari masalah ini kepadanya.
Orang itu mulai turun dari motor lalu melepas helm yang membuat rambut lurusnya terekspos. Seorang gadis?
Ya, gadis itu berjalan ke arah Gavin seraya mengantongi kunci yang beberapa lalu sudah dicabut dari tempat. Ah, Gavin baru menyadari bahwa dia adalah Alya, gadis yang kerap ia antar pulang jikalau temannya—Renan—ada keperluan mendadak.
"Yo! Pagi, Vin!" sapa gadis itu ketika sudah di depan Gavin.
Tapi Gavin masih terdiam heran, ia tidak biasa melihat Alya berangkat naik motor sendiri. Bahkan Gavin berpikir jika Alya tidak bisa mengendarai kendaraan itu.
Bukan tidak pernah sama sekali, tapi Alya memang jarang menggunakan motornya.
Lagi pula untuk apa gadis itu mengekspos kegiatannya berkendara menggunakan motor sendiri? Presiden saja bukan, kenapa harus heboh?
Namun penyebab lain yang membuat ia jarang menggunakan motornya saat berangkat sekolah adalah Renan. Laki-laki itu tidak membolehkan Alya mengendarai sendiri dengan alasan berbahaya.
Ya, memang bisa dibilang berbahaya, tapi itu seperti dibuat-buat saja oleh Renan. Apa dia tidak tau jika Alya sudah lolos mengikuti ujian mendapatkan surat berkendara?
Tapi Renan tetaplah Renan. Dia tetap kukuh tidak mengizinkan gadis itu. Salahkah jika ia hanya takut kalau terjadi sesuatu kepada Alya di jalan?
Sapaan Alya belum juga dijawab oleh Gavin, laki-laki itu masih saja terpana dengan kehadiran Alya yang baginya sangat langka ini. "Pagi, Gavin??"
Alya melambaikan tangannya di depan wajah Gavin. Seratus persen sadar, ia pun menjawab sapaan Alya. "Pagi,"
Alya sedikit tersenyum ketika menyadari Gavin yang sepertinya tidak fokus hari ini.
"Lo tumben berangkat sendiri? Nggak bareng Renan?" imbuh laki-laki itu.
Alya sekali lagi hanya bisa tersenyum, tapi berbeda dengan sebelumnya. Ini rasanya sedikit hambar.
"Iya, udah waktunya gue harus mandiri berangkat sendiri, si Renan pasti bakal berangkat bareng Helena terus, kan?"
Sedikit palsu? Tidak. Sekali lagi ia tegaskan bahwa dia tidak ada masalah dengan kedekatan dua orang itu.
Hanya saja ia agak kesal dengan Renan yang sudah melarangnya untuk berangkat sendiri, namun tindakannya sekarang sangat terbalik dengan apa yang dikatakan.
Alya hanya sekedar kesal karena itu terlalu jemu. Sudah terlalu biasa untuk dilakukan oleh laki-laki itu hingga ia merasa lelah.
Seakan paham, Gavin pun tanpa sadar menggerakkan tangannya mengusap pelan kepala gadis itu. Dalam hitungan detik, dunia seperti berhenti berputar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grand Escape : Across the Line
RomanceRomansa yang tak pernah bersatu, kegagalan dan kehilangan yang tak pernah diharapkan. Renan, Gavin, dan Alya. Manusia pencari arah serta tujuan kemana mereka hendak berhenti. Start : January 03, 2022 End : ?? / ??, ???? © yorintann / wuviespace