#2 Setengah Hati

121 13 8
                                    

Ekspresi keterkejutan tidak dapat disembunyikan oleh perempuan itu. Rara menatap lawan bicaranya itu tidak percaya.

"Bapak bercanda, kan?" ucap Rara berharap yang dikatakan dosennya itu hanya gurauan semata. Sebagaimana laki-laki itu sering bercanda dengan mahasiswanya di kelas.

Akan tetapi, yang didapatkannya hanya tatapan dingin milik Arka. Tidak dia temukan keramahan dan kehangatan pada Arka yang sering dilihatnya di kampus. Senyumnya memudar.

"Kami sudah berhubungan sejak lama, hingga sekarang."

Rasanya baru tadi perempuan itu terbang tinggi ke atas awan. Kini, dia merasa terjatuh terlalu dalam ke dasar jurang.

"Bapak udah punya pacar, kenapa malah melamar saya? Bukannya melamar perempuan itu," kata Rara dengan sekuat tenaga menahan emosinya.

"Ibu saya dari dulu menentang hubungan kami karena profesinya sebagai model."

"Gampang, tinggal minta pacar Bapak berhenti jadi model."

"Tidak semudah itu."

"Kita batalkan pernikahannya aja, Pak. Saya gak minat jadi orang kedua di hati Bapak."

"Saya tidak bisa membatalkannya."

"Kenapa? Bapak sendiri terpaksa untuk melakukan pernikahan ini, kan? Percuma juga melakukannya kalau pada akhirnya kita akan bercerai. Saya ataupun Bapak tidak mendapat keuntungan dari pernikahan ini," ucap Rara mulai frustasi. Namun, volume suaranya masih bisa dikontrol.

"Bohong kalau saya bilang tidak terpaksa."

"Ya udah, penikahan ini batal. Selesai!"

Arka memegang pergelangan tangan Rara, bermaksud menahan perempuan itu yang sudah berdiri.

"Dengarkan saya dulu."

Rara pun duduk kembali. Dengan mudahnya, dia menuruti ucapan Arka.

"Saya melakukan ini karena ingin melihat orang tua saya bahagia. Kebahagiaan mereka adalah melihat saya menikah dengan kamu. Perempuan pilihan mereka. Meskipun saya berniat mengakhiri pernikahan ini nantinya setelah enam bulan, setidaknya saya sudah memenuhi salah satu keinginan mereka."

Deg!

Rara merasa tertusuk oleh ucapan Arka. Keinginan orang tua. Karena emosi, dia sempat lupa bahwa sebelumnya dia menyetujui pernikahan ini karena papanya. Permintaan terakhir papanya yang tidak diketahui olehnya.

"Ayah kamu mempercayakan kamu pada saya. Ayah kamu, ingin saya menjaga kamu."

Berarti, Papa sering ketemu Pak Arka. Kenapa gue lagi-lagi gak tahu? Papa kenapa mempercayakan gue pada orang lain? Kenapa jadi rumit gini sih?

"Saya juga ingin memenuhi permintaan orang yang cukup berjasa dalam kesuksesan saya sekarang. Karena itu, saya setuju untuk menikahi kamu."

"Hilmira, saya harap kamu bisa bekerja sama. Demi kebahagian orang tua kita."

Rara menggenggam ponselnya kuat. Pikiran di kepala semakin bercabang, membuatnya semakin kebingungan. Dia harus mengedepankan perasaan orang tua mereka atau mementingkan egonya. Apapun pilihannya, yang jelas dia harus siap menanggung segala akibat dari pilihan itu.

"Hilmira, saya minta sampingkan dulu ego dan perasaan kita. Jadi-"

"Bagaimanapun pada akhirnya saya tidak boleh membatalkan rencana pernikahan ini, kan, Pak?"

"Mari kita lakukan pernikahan ini, selama enam bulan!" lanjut Rara dengan senyuman di akhir ucapannya.

Bagaimanapun caranya gue akan mempertahankan pernikahan ini. Tidak akan ada kata cerai di antara kita, Pak! Gue bakalan buat Pak Arka sejatuh-jatuh cintanya sama gue!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE PERFECT LECTURERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang