9

121 24 2
                                    

"Ji, gue liat si Kayla tuh nangis di belakang taman sekolah," ujar Zweitson.

"Hah? Serius?"

"Iya, mending sana lo samperin."

"Oke, thanks."

Fajri melangkah dengan sangat kesal, pasti ini gara-gara Ricky lagi. Sudah berapa kali Fajri peringati untuk berhenti mengejar Ricky, masih aja ngeyel.

"Nangis lagi? Huft." Fajri mendengus kasar saat melihat gadis itu sedang duduk sambil menangis di bangku taman.

Kayla menoleh, melihat siapa yang datang, kemudian mengusap air matanya cepat.

"Aku gak nangis. Cuma kelilipan."

Pletak!

Fajri menyentil kening gadis itu. "Bohong! udah kebaca. Diapain lagi sama dia?"

"Aw sakit tau, diapain sama siapa sih? Aku gak papa."

"Lo kenapa sih masih aja perjuangin orang yang gak peduli sama lo, udah nolak lo berkali-kali, bikin lo sakit hati terus, sadar Kay! dia gak pantes buat lo perjuangin."

"Semua yang aku lakuin ada alesannya, Ji. Dia pernah nyelamatin aku saat aku hampir kehilangan nyawa, aku berhutang budi sama dia."

"Terus lo mau bayar hutang budi lo dengan bersikap bodoh terus di depan dia gitu?"

"Udah deh Ji, kamu tuh gak ngerti apa-apa."

"Gue ngerti, makanya gue minta lo berhenti!!!"

"Kamu kenapa sih? Emang masalahnya buat kamu apa!?" Suara Kayla meninggi.

"Ya masalah buat gue. Karna gue..."

ಥ_ಥ
Terima kasih🌟

That's Me, Not Him | UN1TY (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang