0.2 - 🐰🦋

476 81 3
                                    

"Lang,hari ini mapel apa aja deh?"

Dean yang baru datang langsung bertanya pada galang yang tengah sibuk mencatat sesuatu di buku tulis bersampul coklat miliknya.

"Bahasa indo sama sejarah", setelah menjawab,galang mengacungkan ujung pena nya ke wajah dean dengan mata tajam, "awas ya lo ketiduran!gak bakal gw kasih liat catetan"

Dean mendecih, "pelit banget sih sama temen sendiri"

"bukannya pelit,ini tuh biar lu gak kebiasaan", galang membalas sengit.

Dean menghela nafas kasar.Segara mendudukkan dirinya pada bangku miliknya,"Gak bakal tidur gw,liat aja!"

"iyain", galang membalas acuh.

Mendengar jawaban dari sahabatnya,dean memilih menatap pintu kelas.

Kini matanya terpaku pada sosok yang baru datang.

Dean mencoba memberi senyum ramah,namun sepertinya hamka tak sedikitpun melirik ke arahnya.

Buktinya,hamka langsung duduk di depan dean tanpa membalas senyumnya.

Tidak apa.

Ini sudah biasa.

Dean menumpukkan kepalanya pada kedua telapak tangannya.Menatap lurus punggung lebar yang selalu ingin ia jadikan tempat bersadar.

Bagaimana jika ada orang lain yang sadar?

Apa peduli dean?

Dean akan sangat berterimakasih jika seisi kelas membicarakan tentang dirinya dan hamka.

Tentang ia yang menyukai hamka diam-diam.

Dean mungkin bisa langsung mengatakan dengan lantang bahwa ia menyukai hamka.

Namun untuk sekarang,mungkin itu akan terlalu tiba-tiba.

Dean tidak mau jika nantinya hamka akan semakin menjauh darinya atau lebih parah sampai membencinya.

Oh ayolah.

Mereka bahkan tidak pernah hanya sekedar bertukar sapa.

Hidung mancungnya bisa mencium aroma musk yang menguar dari orang di depannya.

Hehe,dean rasa wangi ini bisa menjadi candunya.

Sampai bel berbunyi membuat lamunan dean buyar.Seorang guru dengan kacamata dan buku besar masuk kelas dengan tatapan tajam yang mengintai seluruh isi kelas.

Hfuth...ini akan menjadi jam-jam yang membosankan.

.....^^.....^^.....

'huh..membosankan'

Hamka merutuki cara mengajar guru sejarah didepannya.

Hamka bukan pribadi yang membenci satu mata pelajaran tapi lebih ke pemilih dalam melihat cara mengajar seorang guru.

"Hah...aku mengantuk",lirihnya.

Hamka meletakkan pena miliknya di atas meja.Matanya menatap ke arah luar jendela saat dirasa guru di depannya terlalu asik dengan dongeng tentang manusia purba.

Duk!

Hamka sedikit melirik ke belakang saat ia menemukan kepala cherry yang kini telah menempel sempurna pada meja.

Senyuman kecil tersungging di bibirnya sampai suara guru menginterupsi.

"baiklah,saya ingin salah satu dari kalian menjawab pertanyaan ini", guru itu menunjuk kalimat tanya di papan tulis menggunakan penggaris kayu panjang.

Mata sayu nan tua itu mengelilingi setiap inci kelas.

Dari belakang hamka bisa mendengar bisikan panik.

"dean!!bangun!!si goblok itu pak guru ngeliatin elo!!"

Plak!

"HAH?!APAAN?!"

Suara lantang milik dean berhasil menginterupsi seisi kelas.

Hamka menggelengkan kepalanya samar.Ia memilih menulis catatan di bukunya,mengabaikan dean yang kini berhadapan dengan tatapan maut dari guru sejarah didepannya.

Glup!

'mama..tolongin deannn'

"Baik deandra?apa jawabanmu?"

"A-apa,pak?hehe"

Galang dibelakang menepuk jidatnya dramatis.

Netra tua itu menyipit,sedetik kemudian kembali bersuara.

"baiklah,akan saya ulang pertanyaannya,deandra,siapkan jawabanmu,semua jawaban ada pada catatan yang sayang berikan"

Tepat saat sang guru mulai mengulang pertanyaannya.Dean menoleh ke arah galang.Tatapannya seperti memohon pertolongan.

Tidak!

Galang menggelengkan kepalanya.dia tidak akan menolong sahabatnya untuk sekarang.

Biar kapok katanya.

Bibir dean melengkung kebawah,sebelum sebuah tepukan di tangannya membuatnya terkejut.

Sebuah kertas dengan tulisan rapih.

Dean lantas memandang si pemilik tulisan bak aksara latin ini.

Hamka.

Dengan lirikan tipisnya kembali menghadap kedepan.

Sekarang dean bahkan tidak bisa menahan senyumnya untuk terkembang.

"jadi deandra,apa jawaban mu"

Dean terperanjat.

Ah,guru ini menganggu.

.....^^.....^^.....

"heh,hamka!"

Sang pemilik nama menoleh,bersitatap dengan manik serigala milik galang.Mengabaikan tatapan bingung dari dean yang terkejut saat galang menunjuk wajahnya.

"ngapain sih tadi ngasih tau jawabannya ke dean?!"

"ih,apasihh galang!!iri ajaa"

"diem aja deh,gw lagi nanya ke hamka", galang kembali menatap manik hamka yang sedang menatap dean, "lu suka ya sama dean?!"

Pertanyaan itu cukup membuat dua orang lainnya terdiam.

Tanpa menjawab,hamka berdiri dan mulai berjalan keluar dari kelas sebelum sebuah suara yang cukup keras terdengar dari tempatnya berdiri.

"liat dean!!masa lo suka sama modelan papan grc gitu sih!!gw dikacangin masa?!"

"galang berisikk!!!"

Kalimat itu sukses membuat jantung hamka berdetak sedikit lebih cepat.Ada sedikit rasa panas menjalar di wajahnya.

Namun dengan cepat ia menghilangkan pikiran aneh yang baru saja menyergapi kepalanya.

Galang benar.

Mana mungkin dean menyukainya?









Cause I Like Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang