0.3 - 🐰🦋

361 82 1
                                    

Langkah kaki panjangnya ia bawa ke arah lapangan indoor yang terletak di bagian belakang sekolah.

Barisan tribun serta suara riuh menyapa netra dan rungunya.

Tanpa suara hamka menghampiri gerombolan lelaki dengan kaos khas basket sampai salah satu dari mereka menyadari kedatangannya.

Mata sipit itu semakin menyipit sebelum tangannya diangkat memberi sinyal pada hamka.

"HAMKAA!!!LAMA BENER NIH DAH ELAH"

Hamka tersenyum kecil sebelum meletakkan tas nya di salah satu bangku tribun.

"Sorry,tadi nyari kaos kaki dulu"

Yang lain mengangguk.

Total ada enam orang termasuk hamka di lapangan.

"kok sepi banget?yang lain pada kemana?"

"biasalah,ngaret", jawab Leon seadanya.

Hamka mengangguk,lalu mendudukkan dirinya di sebelah Aji.Salah satu seniornya yang masih aktif mengikuti ekskul walau ujian kelulusan di depan mata.

"Han,lo pdkt ama anak kelas 10 ye?", keheningan yang sempat terjadi beberapa detik terpecah saat Juan membuka suara.

Sang empu nama yang sedang mengikat tali sepatunya menoleh, "anak kelas 10 siapa?"

"yang ikut taekwondo itu lhoooo", Leon ikut memanasi sesi gosip yang baru dimulai.

Sementara hamka hanya akan menjadi pendengar setia.Mungkin menjadi penengah saat nanti sesi gosip ini menjadi aksi anarkis.

"ah enggak pdkt,kok.Cuma emang sering ngobrol aja", ucap yohan.

Aji dengan mimik wajah menyebalkannya mendecih, "alah kentut,si yohan nih diem-diem ikut banyak ekskul biar banyak cem-ceman"

Yohan mendelik, "mulut lu jaga ye,ntar gw timpuk basket ilang pala lo"

Aji tidak perduli,dia menggeser duduknya sedikit ke arah juan, "ati-ati jun,si yohan juga ikut ekskul lukis,ntar adek lo di embat juga"

"Adek nya ajun sape sih?", esa yang sejak tadi hanya menyimak buka suara.

Jujur ia tak terlalu kenal dengan teman-temannya yang lain.Karena kebanyakan dari mereka ada di jurusan ilmu pengetahuan sementara dirinya ada di jurusan bahasa.

"ck,gimana sih esa,calon adek ipar sendiri masa gak tauu..itu si deandraaa", aji mencibir lalu kembali menatap juan, "ati-ati,jun"

Juan tak terlalu peduli,dengan acuh ia berkata, "ya gw mah seneng punya ipar kek yohan,tapi adek gw udah punya gebetan tuh"

Topik pembicaraan secara tak sengaja berhasil menarik perhatian hamka.Kupingnya ia pasang sementara matanya bergulir menatap layar handphonenya yang hanya menatap laman aplikasi pesan yang kosong.

"siapa,njer?"

"gatau gw mah gak kenal"

"alah gimane sik,jadi kakak gak guna banget lo!"

"loh kok ngamok?!" ,juan menatap heran ke arah leon, "urusin dulu tuh gebetan lu yang ghaib"

"pucek!"

"eh hamka diem diem bae,ngeteh sini ngeteh"

Yang punya nama terperanjat.

"eh,hamka lu punya gebetan kagak?idup lu lempeng amat gw liat-liat", leon menatap hamka yang kini terlihat sedikit berpikir.

"Gebetan?"

Pikirannya menerawang,sosok wajah itu langsung terlintas membuat senyum kecil terbit di sudut bibirnya.

"Ada sih...tapi gatau dia suka sama gw juga apa enggak", ucap hamka diakhiri helaan nafas.

Yang lain menatap hamka miris.

Bukan tidak tau tentang kepribadian salah satu yang termuda dari mereka.

"makanya deh lu jadi orang gaul dikit biar gak kek wibu nolep", aji memberi saran.

Hamka tertawa kecil, "ya mau gimana,bang?dari sononya udah begini"

"yhaa dirubah dikit-dikit lhaa biar si doi kepincut", leon menjawab.

Hamka tersenyum pasrah, "iya deh iyaa"

Setelahnya suara langkah kaki ramai mulai bergema di penjuru lapangan.Beberapa orang dengan seragam yang sama dengan hamka mulai memasuki lapangan.

Menutupi sosok kecil yang duduk di pojok tribun dengan susu stroberi di genggamannya memandang sengit ke arah hamka.

"mending lo sama gw aja hamkaaa"

Cause I Like Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang