hati

825 140 2
                                    

Prima berlari dan berhenti di sungai yang tak jauh dari vila. Gadis itu takut tubuhnya bahkan bergetar.

Segitu hebat nya efek dari sebuah pelecehan. Tak semua perempuan bisa melawan tak semua perempuan juga dapat terbiasa. Prima adalah gadis yang pernah melihat ayahnya hampir membunuh kakak juga ibunya. Itu membuatnya akan lebih terkejut dan ketakutan seperti ini.

Gadis itu menangis sambil meremas tangannya kuat. Ia berjongkok menatap sungai di depannya yang tampak tenang.

"Prima." Gadis itu terlojak. Bahkan prima berdiri dan ingin mundur menuju sungai jika Haikal tak menahannya.

Laki laki itu menatap khawatir prima dengan mata sembab juga tangan dingin dan bergetar. Ada apa dengan gadis itu.

"Beneran prima. Ehh maksudnya kak prima." Ucap Haikal. Prima menarik tangannya. Ia sudah bisa mengendalikan tubuhnya lagi. Gadis itu bahkan berhenti menangis.

Kemeja yang ia pakai ia bersihkan mengusir kecanggungan.

"Kok.. Lo bisa di sini?" Tanya prima tanpa melihat Haikal yang masih menatap prima khawatir, takut takut gadis itu meloncat tanpa aba aba bisa bahaya ia di tunjuk jadi saksi hidup bahkan lebih parah nya jadi pembunuh.

"Gue... Anuu.. gue temenin sepupu gue kesini." Prima mengangkat pandangan nya.

"Siapa? Salah satu pemain?" Haikal diam tak menjawab namun ia hanya tersenyum. Di tatapannya wajah prima yang sembab.

"Ga papa kak?" Prima melemparkan tatapannya ke sembarang arah kecuali pada Haikal. Ia tak mau menunjukan wajah sehabis menangis nya pada Haikal. Rasanya malu.

"Mau keliling ga? Kayanya Lo butuh refreshing deh kak." Prima melirik Haikal sebentar dan mengangguk kecil. Tubuh kecil itu memimpin jalan dengan Haikal yang masih menatap punggung prima dari belakang. Senyumnya mengembang. Siapa sangka? Ia bertemu orang yang di sukainya di sini? Apa ini yang di namakan jodoh?

Prima menatap sungai dengan mata tertutup. Wajah cantik itu tampak lelah juga jejak air mata gadis itu masih membekas di pipi putihnya. Haikal ingin menggapai rambut panjang prima yang tergerai dan terkena angin. Namun gerakannya terhenti saat suatu suara memasuki ruang pikirnya.

'prima ga suka di sentuh mendadak sama cowo. Hati hati..' kalimat itu di berikan dari Gea si senior baik hati yang mau membocorkan rahasia prima.

Haikal ikut memejamkan matanya. Pepohonan di belakang nya juga sungai di depannya membuat pikiran nya tenang seketika. Begitu pula dengan prima, ada Haikal di sekitarnya membuat tubuhnya merasa aman seketika. Prima memang tak menyukai Haikal, namun prima juga wanita yang selalu memuji ketampanan Haikal bagaikan pangeran itu.

Sebenarnya itu yang membuat prima memilih tak menyukai Haikal. Wajah itu terlalu tampan, juga fans nya terlalu banyak.

"Pak Edo masih ngajar tau kak. Kak Gea kan bilang nya 2 tahun lagi pak Edo pensiun. Tapi sekarang masih berdiri kokoh." Ucap Haikal membuka pembicaraan. Laki laki itu menatap prima dari samping. Menatap mata lentik itu yang perlahan terbuka menampilkan mata coklat itu. Haikal sudah berkali kali terjatuh dalam pesona kating nya itu.

"Kalo Bu Juni?" Haikal memang orang yang seru dan gampang akrab. Laki laki itu juga punya vibe yang menenangkan. Itu juga yang membuat prima merasa nyaman.

"Bu Juni cuti melahirkan. Biasa hamil tua." Ujar Haikal dengan kekehan nya. Prima tersenyum. Menatap dedaunan yang jatuh terkena air, juga langsung tersapu gelombang air dan sstelah itu daun itu hanya bisa mengikuti kemana ia di bawa.

Sama seperti hidup.

"Kak Oscar udah menikah. Kak prima tau?" Prima terdiam. Wajahnya menatap sungai di depannya itu dengan datar tanpa ekspresi apapun.

Perfect Husband|| pak boss! 2 (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang