Setelah perjalanan yang cukup jauh. Mereka pun sampai di lokasi syuting. Haikal turun terlebih dulu menghirup udara yang cukup segar karna masih banyak pepohonan di sini.
Sebenarnya mereka membuat serial film apa? Horor kah? Jika di pikir pikir di sini cukup menyeramkan.
"Kenapa parkir sini kak? Padahal tempat syuting nya naik ke sana bentar lagi." Tanya Haikal. Tadi Kakak sepupu nya itu menyuruhnya untuk berhenti tak jauh dari villa yang di gunakan untuk syuting.
"Ntar kalo ke sana ketauan dong pinter." Haikal hanya mengangguk paham. Rio mengucek matanya Seperti bangun tidur. Haikal mengacak rambut Rio gemas. Bocah itu hanya mendekat pada Haikal sambil memeluk pinggang Haikal dengan wajah yang masih mengantuknya. Tampak sangat menggemaskan.
Memang jika ada Haikal, Rio akan benar benar dekat bagai perangko. Bocah itu akan dengan semangat menceritakan apa saja dengan Haikal tentu saja di balas oleh laki laki dewasa itu dengan senang hati.
"Ya udah yuk nunggu siapa lagi kak?" Aya sedari tadi menatap ponselnya itu menatap Haikal.
"Bentar, kakak nunggu seseorang." Wanita itu menatap jalan yang menanjak di depannya berharap ada seseorang di sana.
"Siapa?" Aya tak menjawab wanita itu hanya tersenyum kecil dan kembali menatap ponselnya. Haikal mengerut kan keningnya.
"Nah itu dia." Aya tersenyum saat seorang wanita melambaikan tangannya di ujung sana.
"Mama nya Diaz?" Celetuk Rio Aya mengangguk. Sedangkan Haikal hanya Diam sambil kembali menatap pemandangan asri di atas sini. Di bawah sana ada banyak sawah hingga perumahan warga. Sedangkan mobilnya di parkir di depan villa kecil di pinggir jalan.
"Mba Lina." Kedua wanita itu berpelukan sebentar.
"Jeffri nya lagi sibuk tadi. Ini kuncinya." Aya tersenyum ia menatap Haikal.
"Woi bawain tas nya ke villa itu ya." Haikal mendengus kesal. Kenapa Haikal jadi seperti pembokat juga supir pribadi seperti ini?
"Minta nya yang sopan please.." ucap nya dengan wajah kesal. Aya terkekeh.
"Haikal sepupu Kaka yang paling ganteng bisa tolong bawain tas tas nya ke villa itu?" Walau tumbuh dewasa mereka tetap seperti anak kecil. Apa lagi yemma yang masih saja manja. Ngomong ngomong soal kembaran Haikal. Yemma tak bisa ikut karna ada acara bersama teman teman SMA nya dulu. Gadis itu benar benar tumbuh cantik, dan berkuliah jauh di negri orang. Malaysia, ya tak terlalu jauh juga tapi lumayan lah.
Haikal membawa tas tas itu ke dalam vila dengan wajah kesalnya dan di bantu Rio. Aya terkekeh.
"Adik kamu?" Tanya wanita cantik di depannya. Aya menggeleng.
"Sepupu." Mba Lina hanya mengangguk.
"Jam berapa kira kira istirahat nya mba?" Mba Lina melihat jam nya.
"Ga tentu juga sih. Nanti aku kabarin aja ya waktu istirahat. Kamu istirahat aja dulu. Pasti cape duduk terus." Ucap mba Lina sambil mengelus bahu Aya lembut. Ya semenjak mereka bertemu mereka langsung menempel satu sama lain. Walau wajah mba Lina yang tampak garang, ternyata teman kerja Jeffri itu cukup lembut.
"Ya udah aku balik ke lokasi dulu ya." Aya mengangguk. Mereka pun berpisah. Mba Lina yang kembali ke lokasi syuting dan juga Aya yang pergi ke villa.
Walau tampak sederhana, tapi villa nya begitu nyaman. Kebetulan vila ini milik keluarga mba Lina. Itu sebabnya Aya menyewa vila ini dengan mba Lina.
Pertama kali yang Aya lihat adalah padangan Haikal yang tertidur di sofa juga Rio yang tertidur di lantai. Entah kenapa Rio bisa tertidur di lantai. Syukurnya vila ini sudah di bersihkan oleh orang suruhan mba Lina.
"Rio.. tidurnya jangan di lantai. Yuk sama bunda." Ucap Aya lembut..di angkatnya tubuh yang sudah makin berat itu dan menggendong nya di depan. Rio menyenderkan kepalanya di bahu Aya tampak masih setengah sadar. Sedangkan Haikal benar benar sudah terkapar.
###
Haikal melenguh sebentar. Menatap langit yang tampak sore.
Benar benar berbeda dengan keadaan di kota. Langit di sini tampak tak tertutup polusi. Haikal tersenyum, ia ingin membuat teman temannya iri jika ia tengah berlibur sekarang.
Haikal ingin berkeliling mungkin sedikit melihat lokasi syuting boleh lah ya, siapa tau jadi pemain dadakan. Makin terkenal dia.
Namun sebelum itu ia ingin mencari sepupunya juga Rio yang tampak senyap.
"Kak??" Panggilnya. Tak ada jawaban namun firasat nya bilang jika kakak sepupu nya itu berada di kamar.
Dan benar saja wanita itu tengah tertidur dengan Rio di perlukan nya.
Haikal menghela nafas, ia akan berkeliling sendiri.
Berjalan sambil mengambil beberapa foto alam yang tampak estetik baginya sepertinya asik. Itung itung self healing
"Ini sih kalo malam di buat uji nyali keknya asik." Ucapnya sambil menatap hutan bambu tak jauh dari villa mereka.
Haikal berjalan sambil menatap alam yang tampak begitu indah. Walau cukup menyeramkan Haikal tak menyangkal jika ini begitu indah. Saat ia sampai tadi saja tak ada panas panas nya ia rasa. Haikal jadi ingin membangun villa di sini, jika sudah menikah lebih baik malam pertama di sini dari pada harus ke hotel.
"Mas siapa ya?" Haikal terkejut, sedari tadi ia mengikuti kaki nya saja tapi ternyata ia pergi ke kawasan syuting.
"Ahh sa-saya keluarga salah satu pemain. Haha iyaa." Jika ia bilang sepupu ipar Jeffri bisa bisa ia di Cepu in. Bisa habis ia di tangan Aya untuk memberikan kejutan.
"Kenapa mas di sini?" Haikal menatap sekitar. Siapapun tolong Haikal sekarang.
Brakk
Haikal oleng seseorang menabrak nya sambil menunduk. Wajah gadis itu tertutup rambut.
"Prima tunggu!!" Tubuh laki laki itu menegang. Prima?
Di lihatnya gadis yang berlari menjauh di belakangnya.
Prima? Orang yang selama ini ia kejar?
Orang yang begitu sulit Haikal temui sesaat setelah gadis itu lulus kuliah.
Haikal kembali meluruskan tatapannya.
Namun itu tampak cukup mengejutkan saat melihat suami sepupunya itu tengah berdiri di depan sana. Tanpa berpikir panjang Haikal pergi mengikuti pergi prima.
Setidaknya sekarang waktu keberuntungan nya karna bertemu prima di sini. Dia akan mengungkapkan semuanya.
Aya datang ke lokasi syuting. Rencana ingin memberikan kejutan tampaknya gagal karna situasi yang tampak runyam.
Entah kenapa tapi Aya dapat melihat beberapa orang dan kru yang menghela nafas lelah.
"Mba ini kenapa ya?" Tanya Aya pada mba Lina. Wanita itu menghela nafas.
"Ada sedikit problem sama sutradara, pemain juga sama Jeffri. Jadi syuting di berhentikan sementara waktu." Aya mengangguk kecil.
"Bunda itu papa." Ucap Rio sambil menunjuk laki laki di sana dengan tampang muramnya.
Langkahnya terhenti saat melihat Haikal yang berlari pergi entah kemana.
"Aya?" Aya tersenyum, menatap laki laki itu lembut sedangkan Rio tampak berlari dan melompat ke pelukan sang ayah. Jelas kegiatan ke3 orang itu langsung mengambil perhatian orang orang di sana termasuk mba Lina yang menatap mereka dengan senyuman.
"Kok kamu ga bilang? Sama siapa? Ga mungkin kan kamu sendiri?" Aya mengangguk kecil.
"Aku sama Haikal, kebetulan dia libur jadi aku ajak ke sini jadi supir."
"Haikal?" Seperti nya tadi ia habis melihat Haikal.
###
Maaf atas keterlambatannya.. draff di chapter ini tiba tiba hilang jadi aku kudu nulis dari awal lagi huhu makanya lama banget aku update maaf yaaaa
Staysafe semua
![](https://img.wattpad.com/cover/276908269-288-k894431.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Husband|| pak boss! 2 (HIATUS)
Fiksi RemajaBagai sebuah jackpot bukan? Dari hanya memberikan permen coklat pada anak manis membuatnya mampu meluluhkan 2 hati sekaligus? Siapa sangka, Jeffri menjadi suami sigap bagi Aya. "cinta itu butuh pengorbanan, jadi korbankan ini dan kau akan melihatny...