2

18 6 0
                                    

Febriana April. Gadis karismatik, dengan wajah polos yang selalu saja bisa memikat hati seorang pria.

Namun, sayangnya itu tidak berlaku untuk seseorang yang sangat Febriana cinta.

Ya dia .... Ardian Satyadana.

"Ikh! Dian! Tungguin aku dong!" Febri kembali merenggut, menatap pria yang dipanggil Dian agar menunggunya berjalan. Namun, ternyata pria itu tidak memasang telinga (Pura-pura tidak mendengar) dan menatap kedepan dengan acuh.

Sedangkan yang di tinggal tengah mengoceh, lalu melanjutkan kembali langkahnya.

***

"Dian, alasan Lo gak suka sama gue apa?"

Dian menoleh, menatap Febri biasa saja.

"Ternyata Lo orangnya plin-plan ya."

Febri menatapnya bingung. Dian mendesah kesal, ketika melihat wajah Febri yang terlihat polos.

"Tadi pagi aja manggil Aku-Kamu. Eh sekarang Lo-Gue lagi. Dasar!" Dian berucap sengit. Matanya menatap remeh Febri yang menatapnya bingung.

"Jadi lo... Maksudnya kamu kesel aku panggil, Lo?"

"Jadi Lo .... Akh maksudnya kamu pengennya aku panggil kaya gini?"

"Engga jyga sih."

Mata Febri yang sedari tadi berbinar, berubah menjadi sendu. Kepalanya menunduk, kemudian kembali mendongak dengan senyuman yang teramat manis.

"Cuma mau ngasih tau aja. Lo bodoh. Lo gak bisa maksain perasaan seseorang buat suka sama, Lo."

Febri tercengang. Ucapan Dian terasa menusuk untuknya.

Dian tersenyum remeh. Kemudian berjalan menjauh dari Febri.

"Tapi gue gak maksa, Lo buat suka sama gue."

Dian terhenti. Jantungnya berdebar mendengar ucapan Febri.

"Gue gak maksa supaya, Lo mau jadi pacar gue."

"Gue gak pernah maksa, buat bisa masuk ke hati lo."

"Gue pengen semuanya berjalan semau, Lo. Tanpa ada paksaan."

"Tapi kayaknya enggak bisa ya?"

Pertanyaan itu membuat Dian gelisah. Ia merasa entah kenapa, gadis itu seperti akan pergi jauh dari hadapannya. Tidak akan menyapa lagi, dan tidak akan mengejar lagi.

"Ok, fine. Gue nyerah."

"Gue bukan Soekarno yang bakal berjuang sampai titik darah penghabisan untuk negara Indonesia. Karena gue tau, Lo bukan Negara gue. Lo bukan tempat gue berlindung lagi. Jadi ...."

"Terimakasih atas waktunya."

PlanktonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang