maria

65 17 11
                                    

Gelap malam sudah tiba, semua beristirahat di kerajaan Trabzon untuk sementara, setelah melewati keributan yang besar mereka semua dapat beristirahat. Alessa belum tertidur dia duduk di sofa kamar Hera karena masih terbayang dengan sosok hera yang sangat baik dan berani kepadanya, dia menaruh teh hangatnya di atas meja, dan berjalan kearah taman kerajaan di istanah Trabzon. Taman yang besar dan indah, dengan banyaknya pepohonan tinggi dan besar serta langit malam yang di hiasi oleh bintang.

Terdengar suara langkah kaki seseorang di belakang Alessa. Ada seseorang berjalan tepat di belakang Alessa, suara langkah kaki itu terdengar sangat asing baginya.

"Untuk apa kamu kesini"

Suara itu berat dan asing di telingan Alessa. Alessa tidak berani melihat kebelakang dia melihat tampak banyangan seseorang dengan sayap yang besar.

"Hanya untuk bersantai menikmati kegaduhan kota ini"

Alessa memengepalkan kedua tangannya. " Iblis tidak seharusnya ada di tempat seperti ini iya kan Tartaros."

Lagi-lagi dia tersenyum lebar. "Aku ingin mengambil batu itu sesuai dengan perjanjian."

Alessa memutar kedua bola matanya. "Serius nih? masih aja di bahas soal batu itu?"

"Haduh, iyalah perjanjian  tetap perjanjian."

"Tidak malu apa kamu mengambil hak yang bukan milimu itu."

Tartaros tersenyum dan menatap kearah Alessa. " Seharusnya kamu yang malu, ini bukan masalah diriku dengan dirimu namun ini masalahku dengan Rainer."

"Jaga mulutmu ya sialan."

Alessa yang sedang berdiri berbalik badan dan berjalan ke arah Tartaros untuk memberikan batu itu. Tartaros tersenyum lebar melihat kearah batu itu ia menggantinya dengan batu kristal buatan yang sama persis dengan aslinya. 

"Kamu yakin? kalau aku memberikan batu ini kamu akan membuat damai semua masalah  dalam kondisi apapun?"

"Aku sangat yakin ratu Alessa, lagi pula apa yang kamu takutkan? itu sudah perjanjian aku dan Rainer. Lagi pula karena Rainer tidak ingin penawaran perjanjian itu maka kamu pun berhak mendapatkannya."

Alessa berdiri dengan tegap, " Baiklah aku percaya."

Tartaros pergi begitu saja meninggalkan Alessa yang masih berada di hutan, sedangkan Alessa masih terdiam berdiri menunggu dia pergi meninggalkannya. Dengan suasana hening dan aingin yang berhembus kencang menyelimuti seisi ruangan sebuah mantra sihir terucap.

"Lumos Emora"

Tubuh Alessa perlahan berubah menjadi Alan, Alan berpura-pura menjadi Alessa dan memberikan batu pelindung kepada Tartaros. Alan ingin melindungi semuanya dan mempercayakannya semua kepada kegelapan, dengan memberikan itu dia percaya kekacauan akan berhenti selamanya. 

keesokan paginya. . .

Rainer masih sangat sedih di tinggal oleh adik tercintanya. Kerajaan Trabzon sedang tidak baik-baik saja, wilayah kerajaan sangat sepi, para rakyat menjauh dari istanah. Semenjak kematian Hera semuanya berubah. Semua para raja mulai berdiskusi kembali. " Sekarang kita akan memperbaiki keadaan." ucap Hafner sambil menatap serius keseliling.

"Dengan cara?" Morgan langsung bertanya.

"Kita harus buktiin kepada rakyat Trabzon dan minta maaf kepada mereka atas apa yang sudah terjadi." Jawab Alan dengan langsung.

Alessa yang mendengar itu langsung berbicara tegas "Kamu pikir itu sudah cukup buat damai keseluruhannya? masih ada kementerian sihir, kita akan menghadap pengadilan atas apa yang terjadi. Kita juga harus buat mereka percaya dengan kejadian kemarin turunnya dewa kematian Tartaros, mereka tidak akan percaya begitu saja kalau tidak ada bukti."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

nieblaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang