001

35 3 0
                                    


~~Happy Reading~~

Saira Tanaya Talulla tinggal di sebuah perumahan elit disalah satu kota Jakarta di hiasi oleh air danau yang jernih dan pepohonan yang rindang, itulah angan angan saira. Kenyataanya lingkungan kumuh dengan dihiasi air sungai berwarna kecoklatan dan beberapa tumpukan sampah. Rumah yang tidak layak huni itu ditinggali oleh dua orang nyawa. Sang mama Iriana Talulla dan dirinya sendiri saira.

Tanpa seorang kepala keluarga mereka hidup bahagia didalam sana. Cinta Iriana terhadap putrinya membuat rumah itu terasa hangat. Ditambah lagi kebaktian saira pada mamanya. Selain sekolah ia juga membantu perkerjaan rumah memasak, bersih bersih dan yang lainya. Dan hebatnya saira ia juga mendapat gelar sebagai perkerja paruh waktu. Perkerjaan yang dia ambil ketika pulang sekolah tiba. Pegawai minimarket dengan gaji yang lumayan besar, cukup untuk memenuhi biaya hidupnya. Saira tengok jam tangannya 10.00 malam. Saatnya ia untuk pulang saira lepas almater yang tersemat di tubuhnya itu lalu setelahnya menutup menimarket tersebut. Kemudian pergi menuju halte bus.

Kota Jakarta tidak pernah mati, karena penghuninya terus saja berdatangan. Saira sandarkan kepalanya pada dinding halte langit malam jelas terlihat dalam lensa matanya. Langit yang begitu hampa tanpa hadirnya sang bintang dan purnama membuat kedua belah bibir itu bernafas. Langit yang malang tidaklah dirinya kesepian sama halnya saira yang merasakan kekosongan.

Terlalu lama meratapi cakrawala malam sampai ia tidak menyadari jika bus telah datang. Lantas saira masuk lalu duduk di bangku sudut paling belakang kemudian menutup kedua matanya sebentar hanya sekedar untuk menghilangkan rasa penat.

"Aku pulang" ucap Saira saat membuka pintu rumahnya.

Namun yang ia lihat hanya gelap saira dengan tungkainya melangkah perlahan mencari stop kontak saat dirasa dapat ia pun langsung menekannya hingga hunian itu kembali terang. Namun retina itu menangkap suatu benda yang berserakan dilantai sebuah kertas berwarna merah jambu dengan jumlah nominal yang sangat besar. Tanpa banyak pikir Saira mengambil uang itu memungutnya satu persatu bukan itu saja ia juga mengambil botol-botol kosong maupun yang berisi dari atas meja untuk ia buang.

"Kau sudah pulang?" Saira yang mendengar suara itu lantas berbalik dengan botol berisi setengah anggur ditangannya.

"Mama minum minum lagi" kesal saira.

Riana tidak menggubris perkataan itu dirinya justru berjalan mendekati saira lalu dengan lancang merampas botol tersebut dari tangan sang anak. Lantas meneguknya hingga tiada sisa. Saira membelalakkan matanya hingga membuat rasa jengkel didalam hatinya.

"Sampai kapan mama minum seperti ini" ujar Saira. Namun lagi lagi tak di indahkan Riana dirinya malah mengambil satu botol anggur lagi namun dengan cepat saira merampasnya lalu melemparnya di sudut ruang hingga botol itu pecah dan isinya tumpah berceceran dilantai. Membuat Riana naik pitam dan saat itu juga Riana mendorong tubuh saira hingga jatuh ke lantai. Siara merengis sakit ketika serpihan kaya mengenai telapak tangannya. Bukanya menolong atau bertanya keadaannya Riana malah menjabak rambut putrinya membuat kepala saira terdongkak ke atas.

"Akhh sakitt" ringis saira. Dengan setengah berjongkok Riana menarik surai itu semakin kencang membuat cairan bening keluar dari sudut matanya.

"Sudah ku bilang jangan sentuh minuman ku! Kau harus menggantinya, ganti minumanku bajingan!" Itulah Riana, mama saira. Seperti itulah saat alkohol mengusai dirinya, kasar. Karenanya saira sangat membenci minuman itu.

Semesta, Ia Lelah [ Haechan] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang