005

9 3 0
                                    

~~happy reading~~


Dengan langkah santai Candra berjalan menuju bangku yang kosong tepat di ujung dekat jendela. Candra bisa merasakan jika sedari tadi semua pasang mata tidak pernah lepas darinya. Itu sudah hal lumrah, karena dulu sebelum dirinya keluar dari sekolah ini ia cukup terkenal, siapa coba yang tidak mengenal Adicandra Ravindra si pemuda tampan pemilik sekolah dan semua orang tau itu.

"Gila teman sebangku gue anak pemilik sekolah" kagum Raka ketika Candra menarik bangku yang ada di sampingnya.

"Lu gak suka? Gue bisa pergi" ujar Candra yang akan beranjak dari tempatnya.

"Jangan! Lu disini aja, lagian gue butuh teman buat nyontek" santainya yang membuat Candra memutar bola matanya malas.

Kini saat yang di tunggu tunggu pun telah tiba. Semua murid langsung bergegas keluar rasa ngantuk yang tadi melanda sirna seketika kepala pusing karena tugas tiba tiba menjadi sembuh hanya karena bunyi bel istirahat.

"Kamu ke kantin?" Tanya Arya pada saira yang tengah beranjak dari tempat duduknya.

"Iya, kau tidak?" Tanya saira balik.

"Aku harus ke perpustakaan sebentar ra, tidak papa kan?" Ucap Arya hati hati. Sebenarnya ia tidak enak meninggalkan saira dan menyuruh gadis itu ke kantin sendiri. Tapi karena tugas makalah sejarah ia  harus ke perpustakaan untuk mencari beberapa buku lagi untuk melengkapi manterinya walaupun sebenarnya tanpa buku tambahan pun juga sudah bisa, tapi nama juga Arya ia tidak bisa hanya mengandalkan satu buku karena baginya semakin banyak materi semakin banyak juga ilmu yang di ambil.

"Tidak papa, kamu ke perpus saja, aku bisa kok ke kantin" ucap saira. Walaupun sebenarnya ada sedikit rasa cemas dalam dirinya. Saira takut jika nanti bagaimana kalau dirinya bertemu dengan geng Karina jujur saira tidak sanggup membayangkan hal itu. Karina itu tipe perundung yang tidak kenal tempat. Bahkan dia tidak peduli apakah orang itu pernah berbuat salah padanya atau tidak.

Arya tau kalimat yang keluar dari mulut saira tersebut terselip sebuah nada ke khawatiran dan Arya merasakan itu.

"Tapi aku cuma sebentar kok, nanti kalau udah selesai aku nyusul. Oke"  ujar Arya mencoba menenangkan saira. Dan ia berjanji itu tidak akan lama. Saira mengangguk lalu tersenyum. Arya yang melihat saira tersenyum seperti itu membuat hatinya menghangat. Entah kenapa setiap kali saira menujukan senyum manisnya sesuatu di dalam sana terasa begitu damai. Mungkin jika suatu hari perang dunia ketiga benar benar terjadi dan tidak ada yang bisa menghentikannya dan saat itu juga saira tersenyum Arya jamin perang tersebut pasti berhenti.

" Aku pergi dulu" ucap Arya lalu sedikit mengusak rambut saira gemas.  Yang membuat sang empu marah.

"Ih Arya bisa gak jangan usak rambut akuu" kesal saira. Yang mendapatkan kekehan dari Arya.

Kantin sekolah ini memang tidak seperti kantin sekolah pada umumnya yang memesan makanan  harus berdesakan dan berteriak kepada penjaga kantin. Disini semua murid diharuskan mengantri mengambil makanan yang diinginkan lalu menaruh nya di atas nampan yang telah di sediakan oleh sekolah. Seperti hal nya Candra yang mengambil beef teriyaki dan menaruhnya di atas nampan dan jangan lupakan bahan pokok favoritnya nya yaitu nasi. lalu membawanya ke pada meja paling pojok. Candra pun duduk lalu menikmati makanannya dengan damai. Sampai seseorang datang dan mengusik ketenangannya.

"Gue boleh duduk disini kan? Boleh lah"

Belum sempat candra menjawab dengan tidak sopannya Raka sudah duduk tepat di depannya. Oke mulai sekarang Raka akan masuk ke dalam list perteman Candra yang paling ia benci.

"Sekolah lu yang dulu sebagus ini gak? Tanya Raka tiba-tiba. Candra hanya diam sepatah kata pun tidak berniat untuk ia keluarkan. Ia lebih memilih untuk mengisi lambungnya dengan menyuap satu sendok nasi dan tumis sosis kedalam mulutnya. Tapi bukan Raka namanya jika ia tidak bisa membuat orang di depannya ini bicara.

Semesta, Ia Lelah [ Haechan] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang