004

13 2 0
                                    

~~happy reading~~

Sebuah Mobil Mercedes -Benz S-class melaju dengan kecepatan sedang di jalanan tol Jakarta. Hujan yang turun begitu lebat membuat laju mobil itu terhambat. Candra menatap setiap tetesan air yang jatuh dari langit itu dari balik kaca jendela mobilnya. Memang benar kata seseorang jika hujan membawa 99% kenangan dan 1% air. Memori memori yang dulu pernah ia buang kini berputar kembali bagai film lama yang akan menyisihkan sebuah rindu yang begitu dalam. Sehingga menimbulkan rasa sakit dan sesak yang tiada tara dan Candra benci itu. Ia benci ketika ia harus merindu sendiri.

"Bang" panggil candra pada Jonny yang tengah menyetir.

"Iya"

"Buna rindu candra gak sih?" Ucapnya yang menatap sendu pada rintikan hujan yang ada di luar sana. Jonny terdiam beberapa saat. Entah bagaimana ia harus menjawabnya. Karena dirinya sendiri pun tidak tau tentang hal itu. Ingin dia menjawab ya tapi jika memang benar seharusnya Iliana mengujungi anaknya jika dia menjawab tidak maka dipastikan itu akan melukai Candra. Dan Jonny memutuskan untuk diam menatap hujan yang turun di depan sana. Lagi dan lagi pertanyaan itu kembali terbaikan. Candra tahu candra mengerti seharusnya pertanyaan itu ia berikan pada bundanya karena hanya ia yang bisa menjawab. Dan Candra harus menunggu untuk itu.

Mobil sedan itu berhenti di depan sebuah gedung mewah bergaya Eropa. Candra menatap tulisan Genius school yang terpampang besar di atas sana. Satu kata terbesit dalam otaknya 'sial' kenapa malam itu ia tidak melompat dari balkon lalu kabur kemana saja biar besok ia tidak di ancam untuk kembali ke sekolah ini.

Setelah membersihkan roknya yang terkena air saira dan Arya pun masuk ke dalam kelas dengan tangan yang saling bergandeng. Saira memang sangat dekat dengan Arya. Bagi saira Arya itu seperti vacuum cleaner. Walaupun berisik tapi saat bersama dengan nya semua rasa gundah, cemas, takut semua itu perlahan sirna.

"Si babu datang juga" ujar Karina mendekati saira. Tadinya Karina mau memberi sedikit pelajaran fisik tapi niat itu ia urungkan karena Nararya menatap tajam padanya. Ucapan yang Arya katakan kemarin langsung berputar di otaknya.

Saira pun duduk di bangkunya begitu juga Arya.

"Kerjakan tugas gue" ucap Karina yang melemparkan buku tugasnya pada meja saira. Membuat Arya beranjak dari duduknya lalu setelahnya mengambil buku karina.

"Biar aku saja" ujar Arya. Namun dengan cepat disanggah oleh saira.

"Aku saja" ujarnya.

Membuat Arya menatap saira lekat.

"Tidak kali ini" ucap Arya mengambil buku itu.

"Aku akan berikan besok" ujarnya pada karina setelahnya ia duduk di bangkunya bersamaan dengan kedatangan guru membuat Karina tidak sempat protes pada keputusan Arya.

"Ayo semuanya duduk" ucap guru Alena. Yang di turuti oleh mereka semua.

"Hari ini kita akan kedatangan murid baru" ujar guru Alena yang mendapat sambutan meriah dari mereka semua.

"Apa dia kaya?" Tanya Gisele yang membuat semua murid di kelas atusias menanti nanti jawaban dari sang guru. Tapi tidak dengan saira. Ia hanya bisa diam mendengarkan.

Belum sempat sang guru menjawab seorang siswi yang lain telah melayangkan pertanyaan padanya.

" Atau dia miskin kaya saira?" Ujar Nara membuat seisi kelas tertawa. Sedang saira ia hanya menduduk dengan tangan yang ia kepal.

"Tahan Ra tahan, kamu kuat" batin saira.

"Kita gak mau yah Bu dapet murid miskin apalagi keluarganya bekas kriminal mau di sebut apa nanti kelas kita ini. Penjara?" Sindir Karina. Yang di anggukan oleh teman- teman kelasnya.

Saira ingin marah ia ingin protes tapi kenyataan nya memang lah seperti itu. Lagi dan lagi ia hanya bisa diam menahan semua rasa sakit pada dadanya. Arya menatap sendu ke arah saira, saira yang di tatap hanya tersenyum seolah mengatakan jika dirinya baik-baik saja namun Arya tau jika itu hanyalah sebuah kebohongan belaka. Arya berjanji suatu hari nanti senyum palsu itu akan berubah menjadi senyum terindah yang ada di semesta.

" Sudah cukup, dari pada kalian banyak bicara lebih baik ibu persilahkan dia masuk" ujar guru Alena.

"Ayo masuk" sambungnya.

Pemuda dengan mengenakan Hoodie abu abu tersebut pun masuk dan berhasil membuat semua mata tertuju padanya. Bukan karena ketampanan yang ia miliki tapi karena Candra si anak pemilik sekolah itu telah kembali.

"Kalian pasti pernah bertemu dengan dia bukan, atau ada yang pernah sekelas dengan dia saat kelas 1 atau 2?" Tanya guru Alena. Yang mendapatkan gelengan dari mereka semua. Tidak ada yang pernah sekelas dengan Candra tapi mereka dulu sering melihat Candra dan setiap hari, setiap menit, jam cerita tentang dirinya tidak pernah ada yang namanya akhir. Semua isi sekolah selalu bercerita tentang perihal dirinya entah itu kekayaanya, ketampanannya, atau tentang masalah sekolahnya yang suka membolos.

"Candra ada yang ingin kamu sampaikan pada teman baru kamu" ucap Alena. Candra pun diam sejenak, menatap pada semua murid yang ada di depannya. Hingga tatapan itu terhenti pada sosok gadis yang duduk di kursi paling belakang wajahnya serasa tidak asing untuk Candra. Saira yang merasa di tatap pun ikut menatap walau hanya sekilas.

"Candra?" Panggil Alena lalu menepuk pundak itu pelan membuat Candra tersadar pada pikirnya.

"Senang bertemu kalian" singkatnya.

Bersambung....

{Maaf ya part ini memang aku bikin sedikit tapi next nya bakal panjang kok, hehehe. Semoga suka yah.}

Jangan lupa tinggalkan jejak yah🤗

⚠️ Jangan jadi silent raider yah⚠️

Semesta, Ia Lelah [ Haechan] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang