• Chapter three

1.7K 256 81
                                    

Mobil mewah Saddam berhenti tepat di area lobby gedung rumah sakit. Setelah mengetehui jika sang anak mimisan lagi, ia pun memutuskan untuk membawa Shannon ke rumah sakit, dan memang kebetulan hari ini Saddam juga berencana akan pergi ke rumah sakit untuk mengetahui hasil lab pemeriksaan anaknya yang baru saja sampai dari Amerika. Namun nampaknya si tampan Shannon Argani Adelard ini tidak terlalu suka akan hal itu, terlihat dari bibirnya yang sejak dari perjalanan sudah maju, mengerucut kesal jangan lupakan wajahnya yang berubah datar dan dingin.

"Udah dong ngambek nya dek," ujar Saddam seraya mengusap surai sang anak dengan lembut.

"Aku tuh kesel yah, mau marah aja pokoknya sama u!" ketus Shannon seraya melipat kedua lengannya di depan dada.

"Kok marah sama i sih?"

"Ya abis nya u lebay sih! Kan i udah bilang kalau i gapapa. Tadi itu cuma mimisan biasa ayah, tapi ayah tetep aja bawa aku ke rumah sakit buat periksa, padahal aku tuh gapapa banget loh," oceh Shannon membuat sang ayah terkekeh pelan.

"Ini kan buat kebaikan kamu juga, lagian ayah juga memang rencananya hari ini mau ketemu sama dokter pribadi kamu yang baru. Udah ah jangan ngambek terus nanti pulangnya ayah beliin eskrim," ucap Saddam mencoba membujuk sang anak agar tidak merajuk.

"Ck, emangnya aku anak kecil apa di bujuknya pake eskrim? Shuan tuh yang kalau di bujuk pake eskrim matanya langsung berbinar-binar," sahut Shannon membuat sang ayah terkekeh pelan.

"Yaudah kamu mau apa?"

"Apa ya? Ah mau cheesecake tiramisu yang banyak! Sama toko nya lah beli sekalian yah katanya orang kaya!"

"Hahaha Sure, anything for you my son," dengan mudahnya Saddam menuruti keinginan sang anak.

"Good father! Awas ae kalau bohong nanti aku sleding!"

"Anak durhaka kamu kalau nge-sleding ayah, emang mau di kutuk jadi batu?!"

"Yang bisa ngutuk itu cuma ibu, aku kan ga punya ibu jadi ga bisa di kutuk jadi batu hahaha," ucapan Shannon tanpa sadar menohok hati sang ayah.

"Tapi karena ayah itu ayah sekaligus ibu aku jadi boleh lah kayanya ngutuk aku, tapi kutuk jadi ganteng kaya Sunghoon Enhypen ya yah!" lanjut Shannon lagi lagi berhasil membuat sang ayah kembali terkekeh.

"Dasar! Udah ah kita masuk dulu, ohiya jangan rewel kalau lagi di periksa sama om dokternya, harus nurut apa kata dokter. Ga boleh galak-galak," nasehat Saddam.

"Siap komandan! Prajurit Shannon Argani siap menurut!"

"Goodboy!"

Setelah itu Saddam bersama sang anak turun dari mobil, membiarkan sang valet rumah sakit yang mengurus mobil mewah itu. Keduanya lantas melangkah ke arah lift untuk menuju lantai 6 yang mana ruangan sang dokter yang telah membuat janji sebelumnya dengan Saddam ada disana.

"Eh iya yah!" panggil Shannon pada sang ayah yang tengah fokus dengan iPad nya.

"Why dude?" sahut Saddam tanpa menoleh.

"Aku mau ke toilet dulu, boleh ya? Ga kuat deh mau pipis."

Mendengar hal itu, Saddam langsung mematikan iPadnya dan tangannya langsung menggenggam erat tangan sang anak, ia tau itu salah satu tipu daya dari seorang Shannon Argani Adelard.

"No, bentar lagi kita nyampe ruangan dokternya, jangan macem-macem Shannon!" ucap Saddam yang terdengar seperti ancaman.

"T-Tapi yah ini ga kuat.."

Ting! Pintu lift terbuka yang mana menandakan keduanya sudah berada di lantai 6.

"Yah beneran deh aku mau pipis ga kuat, masa harus pipis disini sih, emang ayah mau aku pipis di celana, kan malu ih aku sudah besar masa pipis di celana mau di taro dimana muka ganteng Shannon," rengek Shannon yang terus berjalan mengikuti sang ayah.

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang