Enam

467 41 11
                                    

Sarapan pagi keluarga Kim selalu hangat meski satu penopangnya sudah hilang.

"Ayah sampai kapan berada di korea?" Jungkook bertanya dengan mulut penuh, membuat Taehyung yang duduk di sampingnya mengeryit tidak suka. Tangannya sudah terangkat hendak memukul jungkook sebelum-

Tak

"Yak kau jorok sekali sih" Yoongi yang baru turun tanpa babibu langsung mendahuluinya menjitak kepala besar milik Jungkook, membuat sang empunya meringis dengan mulut yang masih sibuk mengunyah.

"Jungkook tidak boleh berbicara dengan mulut penuh, kita sudah sering membahasnya bukan?" Jungkook langsung terdiam mendengar kata-kata Seokjin, sambil mengambil segelas susu yang baru di letakan Seokjin di hadapannya Jungkook mengangguk dan mendengungkan jawaban berupa "ndeyang terdengar samar.

Tuan Kim hanya tersenyum melihat bagaimana putra-putranya dapat saling mengandalkan satu sama lain, terutama untuk si bungsu yang memang masih butuh perhatian dari keluarganya.

"Besok pagi Ayah akan kembali ke Jepang"

"Secepat itu?" Namjoon yang duduk di sebrang ayahnya mengangkat wajah guna melihat paras lelah sang ayah

"Ada yang harus ayah urus" Tuan Kim meletakkan alat makan dan bangkit dari duduknya, bersiap untuk pergi.

"Tidak bisakah ayah tetap disini sampai akhir pekan?" Jungkook memegang tangan ayahnya yang sudah memcapai pintu. Anak itu terlihat tidak rela jika harus berpisah secepat ini.

"Jungkook tolong mengerti, ayah tidak bisa berlama-lama disinii. Berada di korea membuat ayah kembali mengingat ibumu" mendengar ucapan ayahnya tangan Jungkook terjatuh, remaja itu tak tahu harus berkata apalagi.

"Hei hei sudah, jangan mempersulit ayah" Seokjin memeluk Jungkook setelah ayah mereka melewati pintu dan menghilang setelah mobil hitam milik ayahnya keluar dari gerbang keluarga Kim.

"Aku membenci Jimin, aku sungguh-sungguh membencinya" Jungkook berkata dengan mata berkaca-kaca

Diadalam mobil hitam yang melaju di jalanan Seoul, Tuan Kim tersenyum membayangkan tubuh indah Jimin yang kemarin ia cicipi, sungguh menjadi candu.

Laki-laki berumur itu memejamkan mata barang sebentar sebelum kembali membukanya sambil bersuara
"Pergi ke tempat biasa"

Hari ini Park Jimin akan kembali berteriak meminta ampun.

Tuan Kim tidak pernah pergi menghadiri rapat atau yang lainnya, peria tua itu pergi mengunjungi Jimin, laki-laki malang yang sudah menjadi pemuas nafsunya selama satu tahun terakhir ini.

Tuan Kim memiliki kelainan, paruh baya itu menyukai laki-laki. Dulu dia menikah dengan istrinya karena di jodohkan, tidak ada sedikitpun cinta dalam pernikahan mereka meski sudah memiliki 6 putra. Sampai suatu hari Tuan Kim melihat Jimin, lelaki mungil yang membuat hatinya berdebar, Tuan Kim selalu ingin melihat Jimin dan melakukan hal-hal yang melibatkan Jimin, namun rupanya sang istri tahu akan hal itu dan melarangnya untuk meneruskan keinginannya. Tuan Kim muak karena selalu di halangi untuk menemui Jimin hingga akhirnya wanita itu ia bunuh, tentu saja dengan menumbalkan Jimin.

Sebut saja Tuan Kim sudah sangat terobsesi pada tubuh molek Jimiin, ia rela melakukan apapun demi membuat Jimin selalu ada untuknya termasuk membuat lelaki itu di benci oleh semua putranya.

Akan lebih mudah mengendalikan Jimin jika dia menjauh dari ke-enam saudaranya.

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang