Tujuh

616 54 13
                                    

"Bangun Jimin! Kau ingin sampai kapan tertidur seperti babi hah?" Tuan Kim mengguyur tubuh lemah jimin dengan seember air dingin

"Hah hah hah, apa ini?" Jimin terbangun dengan linglung dan terkejut.

Jimin baru terlelap beberapa jam dan sekarang di bangun kan dengan cara yang tidak manusiawi.

Mata itu menatap Tuan Kim dengan sayu, dalam pikirannya "apa lagi yang diinginkan Tuan Kim dariku" tapi begitu mengingat aktifitas yang selalu terjadi ketika Tuan Kim datang, Jimin bergumam "Aaaah, itu rupanya" apalagi jika bukan tubuhnya.

"Aku sedang tak ingin memperkosa mu Jimin, hanya tolong menjerit lah untuk ku" Jimin mengernyit bingung, menjerit untuk apa?

Tak lama muncul Song Chul, supir pribadi Tuan Kim. Pria itu membawa ikat pinggang dan benda-benda kecil yang tak dapat Jimin lihat dengan jelas.

Tuan Kim duduk di sofa dengan kaki satu menopang kaki lainnya, bersiap untuk pertunjukan yang akan terjadi sebentar lagii

"Lakukan" bersamaan dengan itu Song Chul meraih tubuh Jimin yang tadinya meringkuk di lantai ke atas kasur. Laki-laki itu merobek pakaian yang Jimin kenakan sehingga terpampang lah kulit putih Jimin yang kini sudah tak mulus lagi.

"Apa yang akan kau lakukan padaku?" Jimin bertanya takut-takut sambil mencoba mempertahankan sehelai bajunya yang kini sudah tak berbentuk.

"Tenang Jimin, santai saja, bukankah kau sudah biasa hm?" Tuan Kim berucap dengan mata berbinar, tak sabar melihat tubuh di hadapannya menggeliat kesakitan.

Song Chul melilitkan ikat pinggang pada tangannya dan

Ctaaarrrr

Ctaaarrrr

Ctaaarrrr

"Akhh"

Tiga cambukan sukses mendarat di tubuh Jimin.

"Lagi"

Ctaaar

Ctaaar

Ctaaar

"Aakh aku mohon berhenti, argh sakit sekalii, kumohon hiks hentikan"

"Hentikan hiks sakit, kumohon berhenti"

Jimin meringkuk, memeluk tubuhnya yang luar biasa nyeri. Memohon ampun dengan tubuh bergetar kesakitan. 

"Lanjutkan!" Namun Tuan Kim tidak akan pernah berhenti sebelum puas, harusnya Jimin tahu itu.

Song Chul membuka wadah lain yang berisi silet, membukanya dihadapan Jimin langsung, membuat tubuh penuh luka itu menegang.

"Kau akan menyukainya Tuan" ucap Song Chul.

Song Chul mendekati Jimin dengan silet yang teracung tinggi, melihatnya saja sudah membuat Jimin gemetar setengah mati, apalagi harus merasakan benda itu menyentuh kulitnya.

"Jangan paman ku mohon hiks, tolong aku hiks jangan lakukan itu hiks"

Jimin merangkak turun dari ranjang dan berlutut di kaki Tuan Kim sambil menggosokkan kedua tangannya, memohon dengan airmata yang mengalir begitu deras.

"Tidak bisa Jimin, ini belum selesai" Tuan Kim menendang Jimin pelan namun bisa membuat pemuda itu terjungkal saking lemahnya tubuh ringkih itu

"AAAAARGHH, BERHENTI TOLONG HIKS SAKIT SEKALIII PAMAN HIKS KUMOHON BERHENTI"

"JANGAN TERUSKAN HIKS TOLONG BERHENTI HIKS TOLOOONG BERHENTI"

Jimin hampir kehilangan kesadaran ketika lagi-lagi silet itu berhasil menyayat punggungnya, membuka luka baru di atas luka yang bahkan masih basah. Darah mengalir dari luka itu, membasahi lantai marmer putih tempatnya bersimpuh.
"AAAAARGHHH"

Tidak berbunyi seperti cambukan sebelumnya tapi mampu membuat Jimin ingin mati, rasanya menyakitkan ketika benda tipis nan tajam itu menyentuh kulitnya

Setelah lepas dari cengkraman Song Chul jimin jatuh begitu saja, jatuh di atas genangan darahnya sendiri dengan mata yang hampir tertutup.

"Aku tidak suka ketika Taehyung mulai kembali mengkhawatirkan mu Jim, mereka hanya boleh membencimu selamanya"

Alasan Tuan Kim melampiaskan kemarahannya pada Jimin adalah karena Taehyung, pemuda yang memiliki senyum kotak itu mulai mencari sebab kematian ibunya.

Tuan Kim memang akan segera menghentikan Taehyung sebelum semuanya terbongkar, tapi untuk saat ini biarkan dia melepas rasa marahnya dahulu.







Baca juga cerita ku yang lain ya gais hehe. Terimakasih


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

StruggleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang