Twelve🍂

6.3K 669 89
                                    

Jennie tersenyum lebar, tampak bahagia saat menempelkan foto baru kekasihnya di depan meja belajar miliknya. Lisa memang sangat cantik dan sangat sayang untuk dilewatkan beberapa detik saja.

Obsesi? Jennie lebih suka menyebutnya
dengan kata 'Begitu Mencintai' dia mencintai apapun yang ada pada Lisa. Gila? bagi Jennie sebuah kewajaran.

Jennie tersenyum tipis saat matanya menatap foto pertama mereka berdua. Foto yang di ambil saat mereka baru pacaran dua minggu, saat Jennie mulai menyerah pada permainan yang dia buat dan memutuskan untuk membawa gadis itu selamanya dalam hidupnya.

Lisa terus saja memperlihatkan daya tariknya, sejujurnya Jennie tidak pernah benar-benar dekat dengan seseorang, mungkin faktor itu yang membuatnya terpesona dengan gadis berponi itu. Dia cantik, apapun yang dia lakukan terasa istimewa walau itu hal menjengkelkan sekalipun, dia mampu membuat Jennie nyaman.

Dan yang paling penting, dia memberikan
perhatian besar untuknya. Bagaimana bisa Jennie tidak tergila-gila saat gadis itu memberi semua hal yang membuatnya tertarik?.

Senyum Jennie mendadak luntur saat matanya menatap foto gadis itu yang tampak menatap kosong. Jennie jelas sadar, cepat atau lambat, apapun yang kita miliki saat ini akan dia menghilang. Entah itu direnggut atau dia memilih pergi.

Jennie sadar, apa yang dia lakukan saat ini
tidak mungkin akan dapat menahan Lisa lebih lama bersamanya. Apalagi Jennie tahu, gadis itu mulai meragu dengan apa yang dia rasakan.

Sebaik apapun Jennie memperlakukan Lisa, apapun yang dia berikan pada gadis itu, mungkin bagi Lisa tidak akan pernah cukup. Jatuh cinta membuat manusia sejenius apapun menjadi bodoh.

-
-
-

"Mati aja lo sana! Pergi lo!" Lisa memukuli Jaehyun habis-habisan saat laki-laki itu mendatanginya untuk meminta maaf, sepertinya dia mengingat insiden di lorong apartemen itu.

"Maafin gue dulu, Lis." Jaehyun meringis.

"Gue lagi mabuk! Gue nggak nyadar cium lo!" Lisa berhenti memukuli cowok itu setelah mendengar namanya di bicarakan beberapa orang yang lewat di lorong tempatnya dan Jaehyun bertengkar, gadis itu menghela nafas.

"Kantin kampus bentar?" ucapnya, Jaehyun terdiam panjang, sebelum mengangguk. Sudah sangat jarang mereka bisa makan, saling bercerita atau duduk
berdua.

"Gue denger apa yang lo bilang, maaf, gue nggak ada pas lo butuh gue." Lisa mengawali, Jaehyun tampak tidak terlalu peduli lagi.

"Udahlah, gue udah lupain itu, emang seharusnya mereka pisah. Dari pada berantem mulu, gue nggak bisa buat keputusan apa-apa, tapi mereka masih mencoba buat narik perhatian gue. Bukan buat tinggal bareng atau hak asuh, lebih kepada buat gue mau jalanin usaha mereka kedepannya dan muasin ego mereka, kalau mereka menang saat
dapatin gue. Gue anak tunggal, kalaupun mereka akhirnya nikah lagi, kemungkinan nya kecil untuk ada anak lagi." ujarnya.

"Makasih udah jemput gue kemarin mungkin kalau lo nggak jemput, gue udah di arak warga kemarin."

"Hmm, gue sekarang nggak bisa ngomong
banyak, semoga lo bahagia sama keputusan lo sekarang."

"Eii, bikin geli omongan lo," decak Jaehyun.

"gue punya kebebasan penuh, itu jelas kebahagiaan. Emang lo?" ucapnya dengan nada mengejek, Lisa memutar bola mata.

"gue cabut dulu, ya, kurang-kurangin kebiasaan lo jajan diluar, kelamin lo bisa busuk." cuma dengan Jaehyun mulut Lisa sekotor ini.

.

.

Lisa berjalan menuju area parkir, namun
langkahnya terhenti saat beberapa gadis sudah berdiri di dekat mobilnya, menatap Lisa dengan tatapan membunuh. Lisa menghela nafas kasar. Dia tahu akan ada
kejadian buruk setelah ini, apalagi saat empat cewek itu mendekatinya.

"Jalang sialan! Gue denger lo ciuman sama
pacar gue! Gue pikir kalian teman biasa, tapi akhirnya gue tahu, lo itu jalang! Lo udah punya pacar 'kan? Kak Jennie? Berani-beraninya lo ngelakuin itu sama Jaehyun! Jangan sok kecantikan lo!." gadis berambut gelombang langsung menampar Lisa, matanya tampak benar-benar marah.

Lisa seketika meringis kesakitan, merasa
rahangnya akan jatuh dan kepalanya pening beberapa saat.

Gadis itu dulu memang sering mendapat amukkan pacar-pacar Jaehyun yang tidak pernah dapat dia hafal dan kini Lisa tahu, gadis ini pacar Jaehyun saat ini.

Mata gadis itu merah, tampak benar-benar
marah dan kecewa, ketiga temannya yang lain jelas mendukung gadis itu.

"Kasih dia pelajaran aja, wen, biar tahu rasa dia, benci banget gue cewek pelakor kayak begini." ajak salah satu dari mereka.

"Tarik dia!" Lisa melawan, namun jelas kalah jumlah, dia mengumpati area parkir yang benar-benar kosong. Namun mata Lisa terpaku pada salah satu CCTV.

-
-
-

Sejak Jennie mengikat Lisa melalui ancaman bunuh dirinya, gadis itu tidak lagi berani mengatakan ucapan memutuskan hubungan lagi pada Jennie.

Sudah lewat beberapa bulan sejak kejadian itu, Lisa mulai beradaptasi dengan kehadiran Jennie dalam hidupnya dalam waktu yang menurutnya begitu panjang. Setidaknya wanita itu memperlakukan nya dengan baik.

                                     ***

"Kamu itu cuma punya wajah cantik! Otak kamu bodoh! Haduh, enak sekali ya hidup kamu? Mana keluarga kaya, setidaknya kamu bisa dong balas budi sama orang tua kamu, pinter dikit! Nilai kamu bahkan nggak layak disebut nilai! Otak kamu kosong, sama sekali nggak menunjukkan
kecantikan dan kekayaan yang kamu punya!."

Ucapan dari Pak sojung menampar Lisa bolak-balik. Seumur hidup, dia belum pernah dibentak dan di berikan kata sekasar ini. Daddy nya saja tidak pernah memarahinya sampai berujar kasar.

"Saya dengar kamu juga pacaran sama Jennie, ya? Apa sih yang dia lihat dari perempuan kayak kamu? Saya juga dengar gosip kamu perempuan nggak benar."

Lisa benar-benar tidak mengerti bagaimana bisa orang begitu mudah menilai seseorang, namun sepertinya wajar jika semua berfikir dia seperti itu. Karena kelakuannya yang memang menunjukkan demikian.

Namun tetap saja, sebagian diri Lisa tidak terima dan terpukul mendengar kalimat itu. Bagaimana pun juga dia hanya gadis berumur tujuh belas tahun.

Seharusnya Lisa tidak usah menangis dan melupakan ucapan itu, namun saat melihat Jennie mendekatinya sambil tersenyum hangat, membuat tangis Lisa pecah. Jennie jelas terkejut, karena Lisa belum pernah menangis di depannya.

"Kamu kenapa, hmm?" Jennie menangkup pipi gadis itu, Lisa mengigit bibir bawahnya.

"Nggak, aku yang lebay. Aku yang berlebihan, nggak apa-apa." Jennie menatapnya dingin.

"Kalau kamu nggak mau bilang, aku bakal cari tahu sendiri." Lisa tidak terlalu peduli, dia masih sibuk dengan tangisnya, Jennie segera memeluk gadis berponi itu erat.

.

.

Beberapa hari kemudian, sekolah dikejutkan dengan jatuhnya Pak sojung  dari gedung sekolah.

Hari itu, entah hanya Lisa yang melihatnya atau yang lain juga, dia melihat bayangan seseorang berjalan turun dari atap sekolah, dari kaca gedung dia melihat Jennie mendekatkan wajahnya ke depan jendela.

Lisa merasa kepalanya kosong saat melihat senyum lebar Jennie melihat tubuh Pak sojung yang terbujur kaku di bawah dengan darah mengelilingi tubuhnya.

To Be Continue 🌟

Yang baca tapi gak follow tega.



My Girlfriend is a Devil [JENLISA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang