Chapter 3

15 1 0
                                    


Kondisi langit petang menyambut dormitory para mahasiswa. Thala dan Heliga saling melirik satu sama lain saat keduanya tiba di sana. Tepatnya dalam ruangan itu tampak memiliki empat ranjang.

Ada satu wajah yang mereka kenali hari ini. Claudie Samara di sana. Ah, Thala agak meragu apakah nanti gadis ini akan menimbulkan kegaduhan dan memberi efek besar pada hidup tenangnya? Semoga saja tidak seperti yang dia pikirkan.

Heliga yang ramah pun berinisiatif memperkenalkan dirinya pada mereka.

"Heliga Delta. Panggil Hel atau Heliga tapi jangan Heli ya. Soalnya gue bukan guguk." Claudie tak urung tertawa mendengarnya.

"Gue Claudie Samara. Kalian pasti inget muka gue gara-gara kejadian sama senior gila tadi siang." Dan masih ada jejak kemerahan samar tertinggal di pipi kanannya.

"Kalo lo siapa?" tanya Claudie menunjuk Thala.

Thala beranjak lalu mendekat mengulurkan tangannya. "Thalassa Cordelia. Panggil Thala aja."

"Nama lo bagus." Claudie memuji tulus.

"Makasih." nama ini pemberian dari ayahku batin gadis itu sendu penuh kerinduan namun tetap tersirat rasa bangga.

"Itu..." Thala menunjuk seorang gadis yang meringkuk di atas ranjang. Gadis berambut hitam sepunggung itu membelakangi mereka.

"Oh, itu namanya Maureen. Emang agak tertutup dan pendiem. Dari tadi pas masuk kamar gak banyak omong." jelas Claudie.

Melihat kasur Claudie di atas kasur Maureen. Berarti dua kasur kosong itu masih tersedia.

"Lo mau yang mana, Tha?" tanya Heliga.

"Yang mana aja boleh kok. Lo mau yang bawah?"

"Boleh. Soalnya gue itu kalo tidur nakal banget. Takutnya kalo di atas malah nyungsep," cetus Heliga malu-malu.

"Oke deh, deal ya."

Tenggorokan Thala sangat serak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tenggorokan Thala sangat serak. Ia terbangun di tengah malam saat jarum jam menunjukkan angka satu. Gadis itu mengucek pelan matanya lalu hendak turun sebelum ia sedikit terkesiap kala melihat mata hitam legam menyapanya dari ranjang bawah.

Ah, nama dia Maureen kan.

"Hai," sapa Thala mencoba ramah diiringi senyum.

Maureen, gadis itu mengangguk dengan simpul tipis. Mata gadis itu sangat sendu memandang kosong pada garis-garis lantai marmer di bawahnya. Thala turun dari ranjang lalu mengambil minum guna menuntaskan dahaga.

Segelas air tiba di hadapan Maureen. Gadis itu menatap sosok di depannya lamat. "Gue, Thalassa. Panggil aja Thala. Lo Maureen kan?"

"Iya," balas Maureen singkat lalu meraih gelas berisi air yang diberikan oleh Thala.

Thalassophile (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang