Thala masih dengan bahu naik turun membawa emosi memuncak di dalam dada. Tinggal selangkah lagi saat dia melihat sebuah pintu besar yang tertutup rapat dengan tulisan "Dilarang Masuk kecuali anggota Csc" cih, persetan dengan slogan sialan itu.
Berani-beraninya menipu Thala. Ia sungguh tidak terima. Dasar manusia kurang tata krama.
Thala lalu menyingsing lengan bajunya yang kedodoran itu. Memang tubuh mungilnya sangat tidak pas dibungkus seragam oversize tersebut. Mereka akan melihat bagaimana jika Thala tak dapat menahan emosi.
BRAK!
"ANJING!"
"ASTAGA!
"BANGSUL!
Pintu besar itu dibuka dengan lebar. Tatapan mata Thala sangat nyalang. Menghiraukan beberapa teriakan beberapa senior yang terkejut dengan aksinya bahkan mengumpat kasar.
"Sialan! Ngapain nih maba masuk ke sini?!" sentak salah satu senior dengan wajah garang.
"Yo, tahan!" peringat salah satu dari mereka pada anggota bernama Theo itu.
Bahu Thala masih naik turun dengan tatapan nyalangnya. Kalau dia tidak ingat pesan ibunya untuk tidak terlihat mencolok—ah, tapi sekarang bahkan sudah hancur. Dia pasti akan sangat mencolok mulai dari detik ini, menit ini, dan seterusnya. Bodo amat. Nanti saja pikirkan itu. Sekarang waktunya meluapkan amarah.
Thala mengedarkan pandangannya pada satu persatu senior sampai matanya menangkap salah satu senior yang tadi membuat gambar bebek kurang gizi di bukunya. Thala tanpa ragu melangkah mengabaikan punggungnya yang terasa dingin karena ditatap bagai mangsa oleh kawanan senior buas di sekelilingnya.
Di hadapan senior itu yang menatapnya sedikit bersalah namun tidak dapat menyembunyikan raut gemas. Thala berujar datar penuh penekanan. "Saya minta tolong ttd ulang di buku saya, Kak."
"Bukannya tadi udah?" tanya senior goblok itu seraya memancing. Ingin rasanya Thala membawanya ke laut atlantik lalu ia tenggelamkan senior ini.
"Kakak tadi menggambar bebek krempeng di buku saya bukan ttd."
Dan atmosfer yang tadinya mencekam mendadak berubah menjadi gelak tawa.
"Woy, Zibran lo usil banget sih." sontak senior yang tadi sempat emosi sekarang malah terkekeh.
"Kak, bisa di ttd ulang dengan benar?" tanya Thala menatap Zibran dengan tajam.
"Oke, oke. Sori yah dek. Nih kakak buatin ttd yang gede buat kamu." Zibran masih terkikik sambil menandatangani buku milik Thala. Baginya junior perempuan ini sungguh terlalu imut dan menggemaskan. Jadi ia tak tahan untuk bertingkah usil.
Lalu buku ditangan Zibran berpindah ke tangan yang lain sebelum sampai ke tangan Thala. Sontak para senior juga terkejut karena tidak biasanya teman mereka si vampir pucat akan peduli dengan hal-hal remeh temeh seperti ini. Jangankan peduli melirik pun dia enggan.
Ah, Thala sepertinya ingat bukankah para pemuda ini yang diceritakan oleh Heliga seperti spg rokok kemarin. Kalau begitu memang mampus nasibnya.
Di tangan senior berkulit pucat bukunya digores dengan serius.
"Ini, ttd gue. Arthur." kata senior itu datar lalu menatap mata Thala yang juga melihatnya dengan raut yang lebih datar. Ada yang aneh dengan gadis ini pikir Arthur. Jika semua gadis di kampus ini akan menatapnya—menatap mereka dengan pandangan memuja malu-malu maka lain halnya dengan gadis ini. Tatapannya tak acuh dan juga datar. Disatu waktu, Arthur merasa melihat pandangan merendahkan dan seringai samar yang tercipta di sudut bibir gadis ini. Apa mungkin itu hanya perasaannya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thalassophile (ON GOING)
FantasyDari lautan yang mencintai daratan sepenuh hati. Juga dari lubuk terdalam sang puan yang mencintai sang pangeran tanpa beban. "Lalu dari sekian banyak persona yang kamu pakai, yang manakah dirimu yang sebenarnya?" -Daratan. Romance-Fantasy ©Kaktus...