Prolog

28 2 0
                                    


Prologue — Thalassophile



Hari ini puan jelita dengan surai abu-abu keperakan itu tepat berusia seratus tahun. Sebagai satu-satunya keturunan penguasa lautan, tentunya kehadiran sang puan sangat dijaga dengan sepenuh hati oleh para ksatria kerajaan dan seluruh rakyat mereka.

Setiap langkah dan gelembung napasnya diberkati juga senantiasa dililit pelindung yang sangat luar biasa. Hal inilah terkadang membuat sang putri merasa semacam terkurung dalam sangkar emas dan merasa tidak bebas untuk pergi kemanapun yang dia inginkan bahkan hingga kini dirinya menginjak usia lebih dari dewasa sebagai salah satu dari sekian penghuni laut. Ia masih saja terbelenggu dan merindukan kebebasan itu.

Thala, gadis itu mengibaskan ekornya yang indah dengan riang menuju lorong-lorong koral raksasa di dasar laut yang dalam. Ikan-ikan karang yang sangat cantik juga menyambutnya penuh suka-cita dan penuh kekaguman. Thala, ia sang putri mahkota dari penguasa lautan yang menjadi kebanggaan mereka semua.

Di belakang Thala ada seorang maid yang mengikutinya dengan tergopoh-gopoh bersama kawanan lumba-lumba berwarna merah muda. "Putri... Tunggu saya! Jangan berenang terlalu jauh!" panggil Olea sang maid setengah berteriak padanya.

Thala yang memiliki indra pendengaran tajam meski berjarak puluhan meter masih mampu mendengarnya. "Tenang saja, Olea!" balasnya juga berteriak.

Tidak beberapa lama kemudian langkahnya pun disamakan oleh sang maid dan kawanan lumba-lumba.

Olea menatap Thala dengan memelas, "Putri, anda kan tahu kalau raja berpesan jangan berenang terlalu jauh apalagi memunculkan diri ke permukaan. Itu sangat berbahaya." entah mengapa perasaan Olea sungguh tidak nyaman sedari tadi, seakan-akan ada hal yang buruk akan menanti mereka cepat atau lambat.

"Olea, ini kan hari ulang tahunku?!" Thala mengingatkan. "Tidakkah kamu kasihan padaku? Ayolah, sekali saja aku ingin berenang ke permukaan dan melihat apa saja yang ada di daratan sana." bibirnya mengerucut lucu selaras dengan wajahnya yang mungil dan menawan.

Untuk ukuran seorang putri duyung, usia ratusan tahun adalah usia normal memasuki fase dewasa dibandingkan makhluk laut lain yang berusia ribuan tahun. Thala itu berhenti berkembang dan bertumbuh saat usianya mencapai dua puluh tahun. Fisiknya tidak menua sama sekali malah semakin mempesona bagi siapapun yang melihatnya.

Siapapun yang memandang sang putri sudah pasti akan jatuh hati. Raja duyung bahkan ratusan kali menerima surat lamaran dari berbagai penjuru laut di berbagai samudera yang ditujukan pada putrinya. Tetapi, tingkah laku dan pola pikir sang putri tidaklah sedewasa umurnya.

"Tapi..."

Thala menyela, "Selama ini aku hanya bisa mendengar kalian berceloteh tentang matahari, bulan, dan bintang tanpa melihatnya langsung. Aku bahkan hanya tahu pagi, siang, sore, dan malam karena belajar dari guru kerajaan. Aku bosan, Olea."

"Tapi, Putri..."

"Hei, tenang saja. Ini tidak akan lama hanya satu jam. Aku janji, oke? Lagipula kan nanti sore perayaan ulang tahunku, kan? Aku tidak akan kemana-mana apalagi kabur."

"Baiklah." Olea pasrah.

∆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Thalassophile (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang