Suasana sekolah saat ini sudah lumayan sepi dikarenakan para murid sudah pulang ke rumahnya masing-masing.
Nalen berjalan keluar gerbang sekolah, tujuannya saat ini bukanlah untuk pulang ke rumah apa lagi pergi bermain bersama teman-temanya. Nalen tak begitu memiliki banyak teman dekat, teman terdekatnya saat ini adalah hanya Mey.
Gadis cantik itu berjalan lurus sambil sesekali memandang ke sebelahnya yang merupakan jalan raya padat kendaraan. Nalen terus berjalan kaki hingga ia sampai ditujuanya yaitu disebuah salah satu cafe yang jaraknya lumayan dekat dari sekolahnya. Nalen memasuki pintu cafe dan ia bisa melihat banyaknya pengunjung yang mengunjungi cafe ini.
Nalen kesini bukanlah untuk sekedar minum atau makan ia kesini untuk bekerja sebagai pelayan di cafe ini, lantas Nalen langsung berjalan kearah tempat karyawan cafe untuk mengganti seragam sekolahnya menjadi baju khas pelayan di cafe ini. Setelah selesai mengganti pakaian ia langsung berjalan kearah depan guna melayani pengunjung cafe. Nalen mengambil sebuah buku menu dan berjalan menghampiri meja yang baru saja di isi oleh dua wanita muda.
"Silahkan Kak," ucap Nalen ramah sambil tersenyum dan memberikan buku menu tersebut.
Salah satu dari wanita itu membuka buku menunya dan mulai memilih apa yang ingin ia dan temanya pesan.
"Coffee latte dua," ucapnya setelah selesai memilih.
Nalen mengguk dan menulis pesanannya di kertas yang biasa ia bawa. "Baik, apa ada tambahan?"
"Nggak ada, itu saja Mba," ucap sang pengunjung sambil tersenyum.
Nalen mengangguk dan tersenyum. "Di tunggu pesanannya Kak," ucap Nalen setelah itu pergi dari meja ini sambil mengambil kembali buku menu.
Beginilah kebiasaan Nalen saat pulang sekolah, ia langsung pergi untuk bekerja tidak ada waktu untuknya bermain. Nalen sangat disibukkan dengan pekerjaannya ini dan itulah alasannya mengapa ia dulu mengundurkan diri dari jabatan ketua osis.
Nalen sudah lumayan lama bekerja disini, ia mulai bekerja di sini saat ia masih duduk di bangku kelas XI dan ia juga sangat menyukai pekerjaanya ini. Nalen bersyukur karna ia dapat bekerja disini dengan gaji yang lumayan cukup untuknya. Mencari pekerjaan untuk seorang yang masih pelajar itu tidaklah mudah, tidak banyak perusahaan dan tempat kerja lainnya yang mau menerima orang yang masih berstatus pelajar.
Uang hasil dari pekerjaannya Nalen tabung untuk membiayai uang kuliahnya nanti dan sebagiannya untuk kebutuhan sehari-harinya, Nalen tak mungkin jika hidup terus mengandalkan uang dari Ayahnya. Ia juga sangat tau bagaimana kondisi keuangan keluarganya yang kekurangan, karena faktor itulah yang membuat Nalen menjalani ini, sekolah sambil bekerja. Nalen punya mimpi yang sangat tinggi, untuk mewujudkan impiannya Nalen tak bisa hanya berdiam diri saja dan berharap sewaktu-waktu mimpi itu akan terwujud, tanpa adanya usaha ia tak mungkin bisa mewujudkan itu, ia harus berjuang untuk itu. Selain belajar dengan rajin serta memiliki kemampuan otak yang memadai, bekerja adalah salah satu usaha yang harus Nalen lakukan, memiliki impian yang tinggi dan tentunya dengan pendidikan yang tinggi juga, itu akan membutuhkan banyak uang.
Sejak Bundanya meninggal Ayahnya itu menjadi malas untuk bekerja. Rahmat memang tidak terlalu menganggur, ia masih memiliki pekerjaan, tapi semangat bekerjanya sangat kurang. Saat masih ada Rani, Rahmat masih bisa untuk selalu bekerja karena Rani yang selalu mendorongnya untuk bekerja, apapun yang dikatakan Rani pasti Rahmat mematuhinya, ia benar-benar sangat mencintai isitrinya itu.
Nalen juga terbiasa untuk pulang malam hari karena pekerjaanya ini, jika sudah waktunya pulang Nalen akan pulang menaiki sepedanya jika ia berangkat sekolah menggunakan sepeda. Tapi kali ini ia tak membawa sepeda jadi ia lebih memilih memesan ojek online karena jarang sekali ada angkutan umum yang masih melintas saat jam pulang kerjanya tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grow Up
Teen Fiction"Dari pada lo hidup tapi nggak ada gunanya, mending mati." "Kamu itu cuma beban disini. Dasar benalu!" "Punya mimpi itu gak usah ketinggian, ntar kalo nggak terwujud bisa jadi orang gila lo." "Kenapa disaat Bunda udah gak ada, sikap Ayah ke aku sema...