"Mey," panggil Nalen sambil menyenggol lengan Mey yang sedang tertidur di meja.
"Hmm?" Mey tak bergerak sama sekali dari posisinya itu.
"Anterin ke toilet. Gue kebelet nih," jawab Nalen sambil menatap Mey.
Mey langsung mengangkat kepalanya sambil sedikit mengucek matanya dan mebenarkan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Ayok, dari pada diem dikelas cuma buat ngantuk aja anjir," dengan semangat Mey menyetujui ajakan Nalen.
Saat ini mereka berdua memang sedang berada di dalam kelas dan kelas ini juga terdapat guru yang sedang mengajar, pelajaran sejarah, dan guru tersebut sedang berbicara panjang lebar mengenai sejarah. Itu yang membuat semua murid mengantuk karena mereka merasa sedang di dongengi.
Mey berdiri dari duduknya dan membuat sang guru yang tadi sedang menjelaskan mengenai sejarah terdiam sebentar menatap muridnya dengan tatapan bingung.
"Ada apa Mey?" tanya sang guru.
"Ijin ke toilet Bu, hehe," jawab Mey sambil menunjukan deretan giginya.
"Ah iya silahkan."
Setelah mendapatkan ijin dari sang guru, Mey langsung menarik tangan Nalen dan keluar dari kelas.
"Ini kenapa jadi lo yang semangat banget sih?" tanya Nalen saat mereka sudah berjalan di koridor menuju ke toilet.
"Kan tadi udah gue bilang, dari pada diem di kelas malah bikin ngantuk mending nganterin lo ke toilet. Kan lumayan siapa tau kita papasan sama cogan, itung itung cuci mata," jawab Mey sambil tersenyum.
"Emang di sekolah ini banyak cogan ya?" tanya Nalen yang memang tak begitu tau mengenai murid disekolahnya ini.
"Lo jangan bertingkah kayak anak pindahan deh. Lo itu sekolah disini udah hampir tiga taun cantik," jawab Mey merasa gemas dengan pertanyaan Nalen.
Nalen melepaskan tangan Mey yang berada di kedua pipinya. "Gue emang cantik, makasih," ucap Nalen sambil tersenyum semanis mungkin lalu ia pergi berjalan duluan di depan Mey.
Mey melihat kearah Nalen yang kini sudah berjalan di depannya, ia mengehela nafas dan meniupkannya kearah poni yang menutupi jidat mulusnya itu.
Saat sedang berada di toilet, Mey duduk di pinggiran wastafel sambil memainkan ponselnya dengan telinga yang tersumbat handset. Sementara Nalen ia sedang berada di dalam toilet.
Nalen membuka pintu toilet dan keluar dari tempat itu, lantas ia menghampiri Mey yang masih sibuk dengan ponselnya. Nalen mencuci tangannya di wastafel, posisi Mey tidak berubah ia masih setia kepada ponselnya dan musik yang mengalun indah ditelinganya.
"Bangke," umpat Mey saat merasakan ada yang mencipratkan air di mukannya.
"Bau dong," ujar Nalen sambil tersenyum melihat Mey yang sedang mengelap percikan air di wajahnya, lalu Mey turun dan melepaskan handset.
"Cipratin itu skincare kek biar muka gue tambah mulus, cantik, glowing," ucap Mey sedikit kesal.
"Segitu udah glowing lho, emangnya lo mau tuh muka jadi licin kayak perosotan? sampe lalat atau nyamuk yang hinggap diwajah lo aja kepleset. Karena saking licinnya wajah lo," ucap Nalen sambil tertawa melihat raut cemberut yang Mey tampilkan.
"Gak gitu juga kali," ucap Mey kesal.
Nalen menarik tangan Mey dan mereka berjalan keluar dari toilet, masih memperdebatkan wajah licin seperti pe
prosotan.Saat ingin keluar dari area toilet Nalen dan Mey di kejutkan oleh seorang lelaki yang berlari memasuki area toilet wanita, hampir saja ia bertabrakkan dengan lelaki tersebut jika saja Nalen tak memberhentikan langkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grow Up
Teen Fiction"Dari pada lo hidup tapi nggak ada gunanya, mending mati." "Kamu itu cuma beban disini. Dasar benalu!" "Punya mimpi itu gak usah ketinggian, ntar kalo nggak terwujud bisa jadi orang gila lo." "Kenapa disaat Bunda udah gak ada, sikap Ayah ke aku sema...