Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
May, 2019 — South Korea
Kami telah putus bertahun-tahun lalu.
Tapi, pada akhirnya kami tidak bisa bertahan dan berakhir kembali menjadi seorang sahabat yang saling mendukung atas pilihan apapun yang diambil. Mengesampingkan permasalahan lalu dan berpura-pura lupa bahwa kami pernah berbagi rasa kala itu.
Ya, kesalahanku kala itu karena aku merasa tidak puas untuk memilikinya sebagai sahabatku. Aku ingin lebih dari itu. Puncaknya adalah ketika aku benar-benar tidak bisa menyembunyikan lagi rasaku yang sudah lama kupendam padanya.
Tahu apa yang kudapatkan?
Dia lagi, tapi sebagai kekasihku.
Kami melaluinya dengan cukup baik kala itu, seperti biasa, namun status kami berbeda.
Hingga kemudian masalah demi masalah justru mendatangi kami setelah itu, berpuluh-puluh amarah saling kami ucapkan. Bukannya menyelesaikannya dengan benar, kami malah semakin parah dan berujung patah.
Aku resmi kehilangan kekasih, juga sahabat yang berhasil membuatku utuh, dulu.
Hari-hari awal ketika kami baru saja patah, menjadi orang yang tidak saling mengenal adalah pilihan terbaik yang dipunya kala itu. Aku tidak mungkin menyapanya, ketika aku ingat bahwa dialah sumber bahagiaku, serta sakitku.
Sampai kemudian, entah aku yang terlalu rindu, atau dia yang terlalu lengah, kami mulai bisa saling bersapa.
Tidak lebih dari itu. Hanya bersikap dewasa dan mencoba lupa apa yang terjadi sebelumnya pada kami.
Berkomunikasi? Tidak, walau sejujurnya aku sangat ingin dia kembali, aku tidak siap dengan respon apa yang ia berikan ketika sadar aku mencoba mendekatinya lagi. Maka yang kulakukan adalah, menjaga jarak.
Bagiku begitu, namun nyatanya takdir kami berkata lain ketika ada saja hal-hal yang membuat kami terlibat bersama. Memaksa kami lagi untuk memulai dari awal apa yang pernah kami lalui.
Sekarang aku sedang menemaninya rekaman untuk video musiknya yang akan dirilis akhir bulan ini.
Bisa kalian lihat, kami kembali dekat, tapi tetap aku memberinya jarak, dan sepertinya dia melakukan hal yang sama, dengan tidak melibatkan rasa.
