Byurr!
Baru saja gadis itu melangkah masuk kedalam gedung sekolahnya, air dingin sudah membasahi seluruh badan kecilnya itu. Sacha mendongak ke atas, terlihat banyak murid-murid yang menatapnya sambil tertawa terbahak-bahak.
Salah satu gadis berkata "Eh, ternyata ada orang dibawah, gue kirain nggak ada, sorry ya!" Ucap Nissy seraya menahan tawanya, dan menatap Sacha remeh. Sacha hanya diam, kembali menunduk dan melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.
Baru beberapa langkah Sacha kembali berjalan, langkahnya lagi-lagi harus terhenti karena retinanya menatap sepasang kaki yang menghalangi jalan nya. Sacha menghela nafas, lalu mendongak menatap sosok yang tengah berdiri di hadapannya ini. Itu Arsa, kakak kelas songong nan dingin yang selalu mempermalukannya di depan umum dan kadang bertindak seenaknya sendiri.
Arsa hanya diam sembari menatap manik mata Sacha dengan lekat, Sacha mulai tidak nyaman, Ia memutuskan untuk mengambil jalan di sisi kanan Arsa, gagal, Arsa mencegatnya. Sacha mencoba di sisi kiri, gagal lagi, Arsa kembali mencegatnya. Sebenarnya apa sih maunya?!
"Permisi kak, aku mau lewat" ucap Sacha memberanikan diri, pasalnya ini sudah hampir jam masuk pelajaran, bisa-bisa Ia terlambat masuk ke kelas.
Arsa hanya diam, tak menanggapi penuturan Sacha barusan. Sacha semakin kesal dibuatnya. Sacha menarik nafas, bersiap untuk memberikan perintah agar Arsa segera meny–
Byurr!
Siraman air lagi.
Siapa yang menyiram? Tentu saja lelaki tampan yang sedari tadi berdiri dihadapannya. Arsa, dia yang menyiram Sacha dengan air mineral dingin yang sedari tadi dia genggam. Sial, Sacha tidak menyadari nya.
Sacha terkejut, namun segera Ia ubah raut wajah terkejutnya menjadi biasa saja, lalu mengusap wajahnya agar penglihatannya kembali jelas. Begitulah Arsa, seperti yang tadi dikatakan, Arsa sangat suka mempermalukan nya di depan umum. Sangat.
"Selamat pagi cantik, ini penyambutan pagi buat Lo" ucap Arsa dengan suara deep khasnya, lalu berlalu dengan santai meninggalkan Sacha yang masih berdiri mematung—mencerna kata demi kata yang baru saja Ia dengar.
"Dasar cowok gila" gumam Sacha lalu mulai kembali melangkah dan masuk ke dalam toilet tanpa menghiraukan tatapan aneh para murid yang lain.
***
Setelah selesai berganti pakaian, Sacha segera kembali ke kelas dan duduk di bangkunya yang terletak di paling belakang. Yah, siapa yang mau sebangku dengannya? Gadis pendiam dan tak pandai bergaul, ingin memiliki teman di SMA PRAJASARAGA? Rasanya tak mungkin.Jika kalian berpikir bahwa Sacha adalah gadis miskin yang bersekolah di sekolah elit dan tak memiliki teman karena 'miskin' kalian salah besar. Sacha cukup kaya, rumahnya juga cukup mewah, lantas mengapa Sacha masih tak memiliki teman? Entahlah, Sacha pun tak tahu, teman-temannya menjauhinya tanpa alasan yang jelas. Teman-temannya menindasnya, tanpa alasan yang jelas.
Bel sudah berbunyi, namun kelas masih sepi, tak ada satupun orang di kelas itu selain Sacha. Aneh sekali, pikirnya.
Sacha hanya menghendikkan bahu malas, baguslah kalau hari ini tidak ada pelajaran, dia jadi bisa tidur di kelas dengan nyenyak tanpa ada yang mengganggu. Sacha melipat kedua tangannya diatas meja lalu menenggelamkan kepalanya disana, berniat untuk tidur.
Baru saja Sacha hampir masuk ke alam mimpi, suara riuh dari lapangan berhasil membuatnya tersentak dan kembali mengangkat kepalanya. Ah, benar-benar menyebalkan.
Sacha cukup penasaran, namun Ia malas untuk mengayunkan kaki dan berjalan keluar kelas, tapi... Rasa penasaran itu lebih besar dari rasa malasnya. Dengan langkah gontai Sacha berjalan keluar kelas dan melihat apa yang tengah terjadi sehingga para murid-murid terpekik keras dan membuatnya kehilangan keinginan untuk tidur.
Kelas Sacha cukup dekat dengan lapangan, terlihat disana sangat ramai, mungkin hampir seluruh murid dari SMA PRAJASARAGA berada di lapangan itu.
Penasaran, Sacha akhirnya kembali berjalan dan menerobos masuk ke keramaian itu, setelah berhasil melewati puluhan siswa-siswi, Sacha akhirnya dapat melihat dengan jelas apa yang tengah terjadi.
Di tengah-tengah lapangan terlihat sepuluh remaja tampan dengan keringat yang membasahi pelipis sedang mendribble bola basket kian kemari.
"Ohh pantes ramai, ada kak Arsa sama kak Nat–" Sacha menghentikan monolog nya saat melihat cowok ganteng yang tengah sibuk untuk berusaha memasukkan bola basket ke ring.
"HAH ADA KAK NATA?!" Pekiknya histeris hingga membuat siswa-siswi yang berada di sekitarnya menoleh ke arahnya. Sacha hanya tersenyum malu dan mengangguk—meminta maaf sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Ya Tuhan, itu beneran kak Nata?" Tanyanya dengan suara yang lebih kecil dari sebelumnya. Seolah-olah tak percaya jika yang Ia lihat kini adalah Nata—pentolan SMA ANTARASKA—dan crush nya selama dua tahun terakhir ini.
Sacha tersenyum lebar saat matanya tak sengaja bersibobrok dengan mata indah milik Nata, walau hanya sekejap itu berhasil membuat Sacha deg-degan tak karuan. Dasar bucin!
Sacha senang, sangat senang, Ia bisa melihat pujaan hatinya hari ini. Karena mereka berbeda SMA jadi, Sacha juga jarang bisa melihat langsung Nata, mentok-mentok seminggu sekali, Sacha harus diam-diam menunggu di halte bus SMA ANTARASKA agar bisa melihat wajah tampan Nata yang baru keluar dari sekolah. Rempong sekali, punya crush beda kelas aja susahnya minta ampun, lah ini, beda sekolah, patut diacungi jempol nih si Sacha!
Sacha sedari tadi tak henti-hentinya tersenyum, semenjak Ia bertukar pandangan dengan Nata tadi senyumnya tak kunjung pudar, rasanya, ini adalah senyum pertamanya di pagi hari ini.
Sacha sadar, pagi ini sangat buruk, di siram air dingin dua kali dan di tertawakan sepanjang koridor. Namun, rasanya kata 'sangat' itu sudah tak berlaku lagi, senyumnya sudah kembali merekah, dan itu karena Nata—kakak kelas tampan, baik hati, idaman semua orang, dan ketua dari geng motor FIRE.
"Pagi ini nggak buruk-buruk banget deh, cuma 'sedikit' buruk"
***
TBCHai! Gimana part pertama dari cerita ARSACHA? I hope you enjoy this part!💜
Jangan lupa vote dan share ke teman-teman kalian ya! See you!💜
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSACHA
Teen FictionSederhana, kisah ini menceritakan tentang seorang gadis-Sacha, dengan sekelumit ceritanya hidupnya yang rumit. Dirinya harus dihadapkan pilihan sulit, bersama lelaki yang sejak lama dicintainya namun tak pernah menunjukkan rasa 'cinta' itu kepadanya...