Part 3

1K 7 0
                                    

Jam kerja berakhir tepat pukul empat sore. Beberapa karyawan sudah mulai pulang dan membereskan meja kerjanya. Aku juga melakukan hal yang sama dengan mematikan komputer. Lalu membereskan barang-barang dan bersiap untuk pulang.
" Alena..." sapa seseorang saat aku bangkit dari duduk.
" Eh, Pak Bimo? " tanyaku kaget saat melihat atasanku sedang berdiri di depan mejaku.
" Kamu mau pulang? " tanyanya padaku. Aku hanya mengangguk sambil tersenyum.
" Bareng yuk, saya anterin kamu pulang." ajak Bimo yang membuatku sedikit kaget dengan ajakannya.
" Oh, gak usah repot-repot, Pak. Saya bisa naik taksi kok." tolakku halus.
" Tidak merepotkan. Saya yang ingin mengantar kamu pulang." ajak Bimo lagi.
" Gak usah, Pak, beneran deh. Saya gak enak kalo karyawan yang lain lihat." tolakku lagi memberi alasan.
" Gak papa, saya yang tanggung jawab." kata Bimo meyakinkan. Aku pun semakin bingung bagaimana lagi menolak ajakan atasanku ini. Karena sesungguhnya aku tidak ingin diantarkan pulang olehnya. Ini hari pertamaku bekerja, aku tidak ingin tanggapan orang tidak baik dengan kesan pertamaku bekerja.
" Alena, lo mau pulang? " tiba-tiba Jean muncul seperti peri penolong bagiku.
" Ah, Jean...Iya, yuk kita pulang. Maaf ya udah buat lo menunggu." kataku sambil merangkul pundaknya.
" Pak, maaf ya, saya pulang sama Jean. Kita duluan ya, Pak." kata Alena sambil menarik tangan Jean tanpa menunggu jawaban dari Bimo. Bimo hanya memandangi kepergian Alena dan Jean dengan tatapan bingung.
" Huuuffttt...Je, makasih banget ya lo udah nyelamatin gue tadi." kataku menghela nafas lega setelah kami masuk lift.
"Iya, sama-sama. Gue juga tadi kebetulan lewat dari meja lo." balas Jean sambil tersenyum. Lalu tiba-tiba Alena dan Jean saling berpandangan dan menyadari panggilan mereka tadi, lalu mereka berdua pun tertawa.
" Hahaha...Gak nyangka ya, kita udah manggil lo-gue aja. Padahal tadi pagi masih saya-kamu." kataku menyadari kebodohan yang telah kami lakukan.
" Iya. Hahaha...Lebih asik manggil lo-gue kayaknya." sahut Jean tak mau kalah.
" Hahaha...Yaudah, kalo gitu mulai sekarang kita temen. Gimana? " tanyaku sambil mengulurkan tangan.
" Ya, temen." balas Jean menyambut uluran tanganku. Lalu kami pun kembali tertawa.
Saat tiba di depan gerbang kantor, Jean langsung pamit duluan karena dia harus nengejar ke halte agar tidak ketinggalan bus. Ya, Jean memang menggunakan bus setiap pergi dan pulang kantor. Sementara aku masih menunggi taksi atau angkot yang lewat di depan gerbang.
" Tiiittt...Tiiittt..." suara klakson mobil dari arah belakang mengagetkanku. Aku pun tersentak lalu membalikkan badan melihat ke arah sumber suara. Sebuah mobil yang sepertinya aku kenal keluar dari gerbang tanpa merasa bersalah sudah mengagetkanku, lalu mobil itu melaju kencang meninggalkanku yang masih mencoba mengingat mobil siapa itu.
" Ah...Gue ingat. Itu kan mobil si bos galak! " seruku setelah mengingat aku melihatnya tadi pagi. Aku hanya mendengus kesal saat menyadari bahwa Mexi yang membunyikan klakson sampai membuatku kaget.
Setelsh menunggu beberapa menit, akhirnya sebuah taksi lewat di depanku. Aku langsung menyetopnya dan masuk ke dalam. Kemudian taksi itu pun membawaku untuk pulang.

***

Seorang cewek berambut pendek, menggunakan kaos putih dan celana pendek berwarna pink, sedang mondar mandir di ruang tamu sambil terus melirik jam di dinding. Wajahnya tampak khawatir dan seperti sedang menunggu sesuatu.
" Aduuhh...Alena kemana sih? Kok belum pulang udah jam segini? " tanyanya sambil melihat jam di dinding menunjukkan pukul lima sore.
Dia adalah Heidy, sahabat Alena dan yang menemani Alena tinggal di rumah warisan orang tuanya. Heidy begitu khawatir saat Alena belum pulang juga sudah sore begini. Heidy tahu bahwa Alena memang sedang mencari pekerjaan dan Heidy tidak tahu apakah sahabatnya itu berhasil mendapat pekerjaan hari ini atau tidak. Heidy sudah mencoba menghubungi hp Alena, tapi tidak aktif. Itu membuat kekhawatiran Heidy semakin memuncak. Suara mobil di depan rumah membuat Heidy tersentak.
" Alena! " teriak Heidy menebak bahwa Alena sudah pulang. Dia langsung berlari untuk membuka pintu. Alena turun dari dalam taksi setelah membayarnya. Lalu dia melangkah masuk ke dalam rumah. Baru saja Alena hendak memegang gagang pintu, pintu sudah dibuka lebih dulu oleh Heidy.
" Alena! " teriak Heidy begitu melihat sahabatnya itu sudah pulang.
" Hai..." sapa Alena di sisa-sisa tenaganya yang masih ada. Rasanya hari ini Alena capek sekali.
" Lo dari mana aja sih? Kok lama banget pulangnya? " tanya Heidy khawatir. Alena menerobos tubuh Heidy untuk masuk ke dalam rumah, Heidy mengikuti langkah Alena masuk dan kembali menutup pintu. Alena menghempaskan tubuhnya di sofa saat giba di ruang tamu.
" Al, lo belum jawab pertanyaan gue. Lo dari mana aja? " tanya Heidy mengulang pertanyaannya.
" Ya dari kantor lah, Hei." jawab Alena dengan nada lemas.
" Kantor? Lo udah dapet kerja? Dimana? " tanya Heidy antusias.
" Udah, di perusahaan Brata." jawab Alena singkat.
" WHAT? Perusahaan Brata? Lo masuk disitu? Enak bangeettt..." teriak Heidy girang. Sementara Alena hanya diam melihat reaksi berlebihan dari sahabatnya itu.
" Terus gimana disitu? Enak gak? Gajinya berapa, Al? " tanya Heidy beruntutan.
" Aduuhh...Gak tau deh. Ini kan baru hari pertama gue kerja, mana gue tahu enak apa gak. Terus gue juga belum nyari tahu soal berapa gajinya." balasku mulai capek menjawab pertanyaan Heidy.
" Lho, emang gak dikasih tahu sama bosnya? " tanya Heidy lagi. Alena langsung teringat bosnya yang galak dan sombong itu. Membuat Alena semakin malas menjawab pertanyaan Heidy.
" Enggak."
" Bos lo baik gak? " tanya Heidy semakin dalam. Mendengar pertanyaan itu, Alena langsung memperbaiki posisi duduknya yang sudah merosot. Lalu dia berniat menceritakan apa yang terjadi hari ini kepada sahabatnya itu.
" Hei, dari awal gue ketemu bos gue aja kesannya udah gak ngenakin banget. Jadi tuh ya waktu gue mau berangkat ke kantor..." begitulah Alena menceritakan apa saja yang sudah dialaminya hari ini, sehingga menguras tenaganya yang hampir habis.

I love you, Boss!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang