Chapter 6

2.6K 305 44
                                    

hello again guys!

.

.

Setelah keduanya selesai makan malam tadi Mark berinisiatif mengajak Chenle untuk menonton berharap Chenle agar tidak murung lagi dan di setujui oleh anak itu. Sepanjang film di putar Chenle terus memeluk pinggang Mark seolah tidak ingin papinya pergi kemana-mana hingga anak itu tertidur sebelum film berakhir.

Mark menggendong tubuh putranya yang tertidur, berniat meletakannya di kamar anak itu. Mark meletakan tubuh Chenle di kasur dengan perlahan agar anak manisnya itu tidak terbangun kemudian menyelimutinya agar tidak kedinginan karena malam ini hujan cukup deras.

Cup. "Mimpi indah kesayangan papi." Mark mengecup dahi Chenle lalu mematikan lampu kamar Chenle dan menggantinya dengan lampu tidur yang mampu memberikan sedikit penerangan mengingat Chenle anak yang penakut dan tidak suka dengan ruangan yang terlalu gelap.

Mark menghela napas lega ketika berhasil menidurkan putra manisnya, sedikit kepikiran dengan tingkah Chenle yang agak aneh selepas pulang dari acara kantor tadi sore. Mark perlu menelpon isteri tercintanya, ia perlu bercerita tentang apa saja yang terjadi hari ini, kebiasaannya dan Haechan setelah mereka menikah, menceritakan keseharian masing-masing sebelum tidur.

"Halo?" Terdengan suara Haechan yang sangat ia rindukan, padahal belum dua puluh empat jam tidak bertemu, memang lebay si papi.

"Kangennnnn." Rengek Mark manja.

"Lebay ih kak." Haechan terkekeh mendengar suaminya yang merengek seperti itu.

Haechan terkadang memang memanggil Mark dengan sebutan Kak jika sedang berdua saja, mengenang masa pacarana katanya.

"Yang tadi aku ketemu sama Jeno dan Jaemin, kamu inget mereka kan?" Mark dengan semangat bercerita karena ia tahu isterinya itu sangat dekat dengan Jaemin dan mereka berdua sudah lama tidak bertemu.

"Hah? Kok bisa??" Tanya Haechan kaget.

"Kamu inget kan adiknya Jaemin yang jarak usianya lumayan jauh. Nah ternyata klien aku itu adiknya Jaemin, si Jisung." Jelas Mark.

"Ya ampun dunia kecil banget ya. Lagian masa kamu ga ngenalin Jisung sih?"

"Beda banget dia sekarang, lebih dewasa." Ucap Mark sambil kembali mengingat sosok Jisung yang ternyata adik dari sahabatnya.

"Oh ya sayang, kayaknya aku sama Chenle ga jadi nyusul besok." Sambung Mark, ia ragu jika harus ke Bandung menyusul Haechan besok mengingat Chenle yang sedang kurang enak badan dan mood anak itu yang berubah-ubah.

"Lho? Kenapa?" Tanya Haechan bingung.

"Lele demam pas di acara tadi, makanya tadi juga kita pulang lebih awal. Tapi kamu gak usah khawatir, biar aku yang ngurus." Jelas Mark.

"Terus sekarang gimana kak? Demamnya udah mendingan? Udah makan kan? Kasih obat juga kak." Suara Haechan terdengar panik, karena jika Chenle sedang sakit makan anak itu akan manja padanya akan tetapi saat ini Haechan sedang tidak berada di samping Chenle, tentu saja hal itu membuat Haechan khawatir.

"Kamu tenang ya sayang, Lele udah makan, minum obat juga udah. Tadi aku cek demamnya juga udah turun dan sekarng bayi kita lagi tidur." Mark berusaha menenangkan istrinya.

"Apa aku pulang sekarang aja ya kak?" Tanya Haechan, sungguh ia sangat khawatir saat ini.

"Ini udah terlalu malem, kamu tenang ya. Kalo kamu jalan sekarang yang ada jadi aku yang gak tenang mikirin istri aku." Bujuk Mark agar Haechan tidak gegabah, sekarang sudah jam sepuluh malam dan istrinya ingin ke Jakarta sendirian tentu saja Mark tidak akan mengijinkan hal itu.

Om Ji | Chenji - JichenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang