Seharusnya Jisung dan Chenle pulang sebelum jam tujuh malam tapi karena hujan yang sangat deras membuat perjalanan mereka tertunda hingga akhirnya keduanya memilih untuk menunggu hujan lebih reda di dalam café yang tak jauh dari pantai.
Hujan yang deras membuat keduanya baru bisa kembali jam supuluh malam, sudah cukup larut sebenarnya tapi mau bagaimana lagi dari pada memaksakan untuk jalan pulang takutnya akan berbahaya juga.
Perjalanan mereka awalnya lancar hingga mereka harus melewati hutan yang merupakan satu-satunya akses yang menghubungkan pantai dan jalan utama. Entah mengapa sepanjang jalan tersebut macet cukup panjang, Chenle sebenarnya sudah cemas karena sekarang sudah hampir jam sebelas malam dan ia tidak pernah pulang semalam ini, ini melewati jam malamnya.
"Ada apa om?" Tanya Chenle pada Jisung yang baru saja dari luar mobil untuk mengecek kenapa bisa macet sepanjang ini.
"Ada pohon besar yang tumbang, jadi jalanan tertutup dan mereka gak bisa nyingkirin sekarang karena hujan masih deras juga, takut makin bahaya. Jadi kemungkinan baru bisa diangkut besok pagi." Jelas Jisung, ia mendapat informasi dari polisi yang berjaga di jalan itu.
"Hah? Te-terus kita gimana?" Tanya Chenle bingung.'
"Kita nginep aja dulu ya di hotel, besok pagi-pagi kita balik." Ucap Jisung.
Ponsel Chenle berdering menandakan panggilan masuk dari maminya, dengan ragu Chenle mengangkat panggilan itu.
"Iya mi?" Ucap Chenle, sedangkan Jisung hanya memandangi Chenle yang tengah menelpon.
"Lele nginep di rumah Ryujin, iya.. bareng Felix sama Daehwi juga. Oke, good night mami." Chenle mengakhiri panggilan telepon.
"Kita puter balik ke pantai ya?" Tanya Jisung sekali lagi dan Chenle hanya menganggukan kepalannya.
Chenle sebenarnya saat ini sedang tidak tenang. Pertama, ia kembali berbohong pada maminya dan kedua, ia akan bermalam bersama Jisung di hotel. Like... Ya Tuhan hilangkan pikiran kotor Chenle. Chenle terus menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pikiran-pikiran bahaya yang ada di otaknya. Lagi pula pasti Jisung akan memesan dua kamar bukan? Apa yang harus ia takutkan.
"Kenapa om?" Chenle menghampiri Jisung yang tengah memesan kamar hotel tapi sangat lama.
"Kamarnya sisa satu aja, kita cari hotel lain aja." Gerak gerik Jisung terlihat gelisah di mata Chenle, ditambah pipi Jisung yang juga memerah. Tapi Chenle hanya diam, ia juga tidak tahu kenapa Jisung seperti salah tingkah begitu.
"Disini aja deh om, kayaknya hotel lain juga mulai penuh. Pasti banyak yang nginep dadakan kayak kita juga karna gak bisa pulang." Ucap Chenle mencoba meyakinkan Jisung, dari pada mereka mencoba mencari hotel lain lagi yang belum tentu masih tersisa kamar kosong lebih baik mereka mengambil kamar yang sudah jelas ada kan.
Akhirnya Jisung kembali berjalan ke meja resepsionis untuk memesan kamar yang ditawarkan padanya tadi dan tidak menunggu waktu lama Jisung dan Chenle segera diantar ke kamar yang berada di lantai sembilan oleh petugas hotel.
"Selamat menikmati malam anda Tuan dan Nyonya, jika ada yang diperlukan jangan sungkan untuk menghubungi kami." Ucap si petugas hotel setelah membuka pintu kamar sambil memberikan kartu akses pada Jisung.
"Terima kasih." Ucap Jisung lalu setelahnya petugas hotel tersebut meninggalkan Jisung dan Chenle.
"Nyonya?" Chenle menunjuk dirinya sendiri, ia sedikit kesal kenapa ia dipanggil nyonya memangnya ia perempuan?!
"Iya, nyonya Park." Sahut Jisung sambil menggandeng tangan Chenle untuk segera masuk ke dalam.
Chenle yang mendengar celetuka Jisung langsung menepuk pundak Jisung, dia kan jadi salah tingkah dengernya, malu juga ngebayanginnya. Kalau Jisung sih Cuma haha hehe aja ngeliat reaksi Chenle yang menggemaskan dimatanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Ji | Chenji - Jichen
RomanceIya Chenle tahu kalau ia kelewat nekat, tapi hanya ide ini yang terlintas dipikirannya. Entah ia harus menyesalinya atau tidak. Jisung tidak pernah menyangka kalau ia akan mengalami hal ini, menemukan sesuatu yang mulai menjadi candunya.