|| Asmaraloka Sang Letnan : 22 ||

2.1K 247 8
                                    

[ Nama Samaran ]

Andra = Dimas
Yudha = Dhanu
Putri = Mia
Syila = Naila

Empers Of Heart

Dimas terjungkal ke depan. Kedua kakinya menekuk. Kemudian, kepalanya mendongak menatap pria di depannya. Dalam hati, dia berdecak kesal.

"Kenapa kau berani masuk ke tempat terlarang, hah?!! "

Dia terdiam. Lalu, berdiri. Tubuhnya membungkuk hormat. "Nyuwun pangapunten (minta maaf) , mas. Tadi, saya cuma jalan-jalan disekitar sini.. Ndak (tidak) sengaja saya nendang kotak kayu itu sampai kebuka petinya.. "

Deni menatapnya dengan sangat tajam. Kedua tangannya menyilang. Tubuhnya bersandar di depan kursi.

"Kau ini masih anak baru, jadi jangan terlalu ikut campur urusan seperti kami!! Tugasmu hanya mengikuti perintah saya!! Jika kau ulangi perbuatan ini lagi, saya pastikan kepalamu itu akan cabut dari tubuhnya saat itu juga!! Paham, kau?!! "

Dia mengangguk kecil.

"Maaf, bos. Kalau boleh tahu, mau diapakan sabu-sabu itu? "

Deni menarik kedua bibirnya ke atas. "Bos meminta saya untuk meng-ekspor semua sabu ke luar negeri di Los Angeles, Spanyol dan Italia, dengan cara pengiriman gelap. Sabu itu akan dikirim besok siang, jadi, bersiap-siaplah! Kau, dan tiga teman kau, kirimkan semua sabu itu di ujung pulau. Tak perlu ikut mengantar!! Setelah selesai, balik lagi kemari!! Awas saja kalau kabur!! " ancam Deni sambil mengarahkan telunjuknya ke arahnya. Dia mengangguk kecil.

"Bos tahu ndak (tidak) , dimana Bendi, Satrio sama Bayu? Dari kemarin saya cari mereka ndak ketemu.. " tanyanya sambil memasang raut wajah bingung.

"Mereka semua ada di penginapan dekat sini. Eh tunggu, kau tak diberitahu mereka?! "

Dia menggeleng pelan. Deni menghela nafas. "Hari ini, asisten big bos meminta saya untuk mencuri di bank Mega yang baru saja buka satu minggu yang lalu. Tapi, setengah perjalanan, kelima anggota yang saya pilih, telah dikepung oleh seluruh aparat!! Sepertinya, ada penghianat yang membeberkan rencana ini!! "

Dimas terdiam. Dalam hati, dia sangat bersyukur karena rencana mereka berhasil dia gagalkan.

"Tapi, tenang saja, mereka kembali kemari dengan selamat. Ya, walaupun harta curiannya hanya satu, tak masalah! Para aparat itu tidak akan berani melawan jika orang penting dalam negeri ini kami binasakan!!! " lanjut Deni sambil tertawa keras. Dia terdiam.

"Jika suatu saat nanti saya menemukan si penghianat itu, saya pastikan dia akan mati dengan mengenaskan!!! "

"Misal, bos? " tanyanya dengan tenang.

Deni menatapnya sambil tersenyum miring. "Memotong tubuhnya kecil-kecil, lalu diberikan kepada hewan buas!! "

Empers Of Heart

Dimas menyandarkan bahunya. Kedua matanya terpejam. Ibu jarinya memijit pelan pangkal hidungnya. Dia menghela nafas.

Entah mengapa, dia teringat dengan Naila. Sudah hampir satu minggu ini, wanita itu tidak menelponnya.

Rindu? Tentu saja.

Bahkan sangat.

Tangannya merogoh saku celana. Dibukanya ponsel itu. Lalu, mencari nama kontak sangat istri.

Satu panggilan, tak terjawab.

Dua panggilan, tak terjawab.

Tiga panggilan, tak terjawab.

Dia berdecak kesal. Tiga panggilan tidak diangkat oleh Naila. Sebenarnya, apa yang terjadi?

Sekali lagi, dia akan mencoba menelpon wanita itu. Dia mengigit bibir bawahnya. Berharap, istrinya mengangkat panggilan darinya.

"Assalamu'alaikum, mas.. "

Dia tersenyum ceria. Akhirnya diangkat juga.

"Wa'alaikumsalam, dek. Adek baik-baik saja to (kan) ? Mas telpon adek sampai tiga kali kok ra (tidak) diangkat? "

"Hehehe, maaf mas. Tadi, adek ke belakang, mandi. Ini aja adek baru aja selesai.. maaf ya? "

Dia menghela nafas dengan lega.

"Iya, syukurlah. Adek baik-baik saja.. mas kira, adek kenapa-napa.. "

"Alhamdulilah, mas. Mas ra (tidak) perlu khawatir, nggih (ya) ? Adek aman disini.. "

Dimas mengangguk.

"Iyo (iya), dek. Dek, mas kangen karo kowe (sama kamu), banget"

"Adek juga kangen karo (sama) mas.. "

"Yowes (yasudah), mas mau bobo (tidur). Adek juga nggih (ya) ! Biasanya kan adek nonton drakor dulu.. "

"Hehehe, tau aja mas. Nggih (iya), habis ini adek mau bobo (tidur) deh! "

Dia terkekeh pelan.

"Yowes (yasudah), kalau mau bobo (tidur), jangan lupa berdo'a, nggih (ya).. "

"Siap, mas!! "

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam.. "

Dia tersenyum lega. Syukurlah jika Naila baik-baik saja. Setelah itu, netra matanya mencari nama kontak seseorang. Besok siang, dia harus mengantar sabu-sabu itu di ujung pulau. Bagaimanapun, dia harus melaporkan info ini kepada atasan. Supaya barang haram tidak jadi di ekspor keluar negara. Dengan cepat, jari-jemarinya mengetik di papan keyboard.

"Sbu. 27g, P. Lingayan; Lt. Adr"

Empers Of Heart

Asmaraloka Sang Letnan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang