💑Full time💑

27 13 0
                                    

[UTAMAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!]

<Happy reading>

💑

"Nanti berhenti di depan sana ya, Yo. Tadi mami bilang katanya mau nitip beliin jus mangga."

Dio mengangguk. "Okee." Lalu membelokkan stirnya untuk menepi. Setelah mobil Dio berhenti di pinggir jalan, Fia membuka seatbeltnya dan hendak keluar.

"Mau ditemenin gak?"

Fia menggeleng. "Tunggu di sini aja." Dio membalas dengan anggukan kepala. Setelah itu Fia keluar dan hendak menyebrang.

Dio membuka kaca mobilnya dan mengeluarkan kepalanya.

"Hati-hati, Fi," teriaknya.

Fia menoleh dan memberi acungan jempolnya. Setelah dilihat tidak ada kendaraan yang lewat, Fia pun langsung menyebrang dengan merentangkan tangan kanannya.

Dio terus mengawasi Fia sampai Fia menghampiri tempat penjual jus. Fia terlihat sedang menunggu pesanannya.

Sambil menunggu Fia kembali, Dio memainkan ponselnya guna mengecek whatsappnya. Beberapa saat kemudian, Dio melihat Fia yang sudah selesai dan hendak menyebrang.

Dio yang melihat Fia yang sepertinya kesulitan menyebrang karena banyaknya kendaraan bermotor, langsung keluar dari mobil dan membantu Fia menyebrang saat Fia sudah sampai di tengah.

"Ayok."

Dio menuntun Fia sampai ke mobilnya. Diam-diam Fia tersenyum melihat sikap perhatian Dio. Dio tidak tau saja, perlakuan manisnya pada Fia walaupun sederhana, tapi bisa membuat hati Fia berbunga-bunga.

***

"Yes, lo kalah!" Fia meninju tangannya ke atas ketika melihat Dio kalah dalam permainan yang saat ini sedang mereka mainkan.

Fia mengambil mangkuk yang sudah diisi oleh masker, lalu mencolek dengan jari telunjuknya dan langsung ia oleskan ke bawah hidung Dio. Fia berniat membuat kumis di sana.

Dio hanya diam sambil melipat bibirnya untuk memudahkan Fia. Sedangkan Fia langsung tertawa melihat ekspresi Dio.

"Ganti permainan yuk," ujar Fia tiba-tiba.

Dio tersenyum masam. "Ini udah 5 kali kita ganti permainan, Fi. Dan gantinya habis setiap gue kalah. Lo mah enak menang terus."

Fia membungkam mulutnya sendiri. Menahan tawa.

"Gapapa, gapapa. Terima aja, yaa." Fia menepuk pundak Dio dua kali. Dibalas dengan Dio yang memasang senyum terpaksa.

"Sekarang kita main yang gak pake hukuman deh." Fia memberikan penawaran. Lalu berpikir. "Kalo main truth or dare gimana?" usulnya. Dio membalas dengan menganggukan kepalanya. Yang artinya dia setuju.

"Lo duluan, ya?"

"No. Sekarang kita suit. Biar adil," tolak Dio. Kali ini dia tidak akan mengalah lagi.

"O ... keh!" Fia menerima.

"Su ... it!" Mereka masing-masing mengeluarkan pilihannya. Fia memasang kertas, sedangkan Dio memasang gunting.

"Yes gue menang. Berarti lo duluan," heboh Dio kesenangan.

"Ooo ... keh! Siapa takut?" tantang Fia.

"Truth or dare?" tanya Dio.

Fia mengetuk-ngetuk jari telunjuknya di dagu. "Emm ... karena gue suka tantangan, jadinya gue pilih truth."

Dio tiba-tiba loading. "Hah?" Namun sedetik kemudian, Dio tertawa. Fia pun ikut menertawakan dirinya sendiri.

"Oke, truth." Dio nampak berpikir. "Emm ... apa ya?"

"Hitung sampai lima kalau gak ada berarti hangus."

"Loh kok gitu?" Dio protes.

"Satu ... dua ...."

Dio kalang kabut. Otaknya langsung berpikir keras. Sampai satu pertanyaan di kepalanya muncul, Dio langsung membekap mulut Fia dengan pelan. Supaya Fia tidak lagi melanjutkan hitungnya.

"Stop. Udah ketemu pertanyaanya."

Dio segera menurunkan tangannya. "Lo namain kontak gue apa?" lanjutnya bertanya.

"Digan," jawab Fia tanpa berpikir panjang.

Dio langsung melotot. "Digan? Kok Digan? Siapa Digan?" tanyanya beruntun.

Fia melipat bibirnya. Menahan tawa. "Ihh gak percaya? Nih gue kasih liat." Fia mengambil handphonenya untuk menunjukkan kontaknya pada Dio.

Fia menyodorkan handphonenya. "Nih."

Dan benar, ada nama kontak Digan di chat paling atas. Fia menyematkannya. Namun tulisannya seperti ini: DiGan.

Dio cemberut. "Kok Digan sih, Fi? Nama gue, kan Dio."

Fia terkekeh. "Jangan marah dulu. Mau tau gak singkatan dari Digan itu apa?"

"Emang apa?" tanya Dio mulai tak sabaran.

"Digan itu singkatan dari Dio Ganteng," ungkap Fia lalu tertawa. "Cie blushing," lanjutnya saat menyadari Dio malah terdiam dengan pipi yang sedikit memerah.

"Apaan. Enggak tuh." Dio mengelak.

"Masa?" Fia terus meledek Dio sambil menekan-nekan pipi merah Dio.

"Udah, sekarang giliran gue." Dio mengalihkan suasana.

"Oke-oke." Fia mengalah. "Truth or dare?" lanjutnya bertanya.

"Dare!" balas Dio tanpa berpikir panjang.

"Yakin nih dare?"

"Yakin dong."

"Emm ... blokir nomor Rora sekarang!" ucap Fia dengan yakin.

Suasana tiba-tiba hening. Dio langsung terdiam beberapa detik dengan alis yang hampir menyatu.

"Kenapa? Gak bisa?" tanya Fia menyadari perubahan sikap Dio yang malah terdiam. Seperti yang tidak sanggup melakukan dare darinya.

"Yaudah kalo gak bisa." Fia merajuk. Dia mengalihkan wajahnya dari Dio sambil melipat tangannya di depan dada.

"Enggak gitu, Fi. Gue bisa. Nih gue blokir sekarang."

Dio buru-buru mengambil handphonenya dan mencari kontak Rora, lalu beralih untuk memblokirnya.

"Nih udah." Dio menunjukkan handphonenya.

Fia langsung menolehkan kepalanya. Lalu tersenyum senang.

💑

<Tbc>

Fia jahat gak si?

Fia jahat gak si?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Salam,
Daww🌸
Kamis, 07 Oktober 2021

The Couple✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang