2√

331 65 6
                                    

☁️

Tok tok

Seseorang mengetuk kemudian membuka pintu yang sontak mengundang atensi orang yang ada di dalam ruangan tersebut.

"Selamat siang, pak," sapa Jisya sopan kemudian menutup pintu.

"Selamat siang. Silakan duduk. Masih ada teman kalian di luar, atau sudah lengkap?"

"Sudah lengkap, pak," jawab mahasiswa dalam ruangan itu serempak.

"Baiklah. Saya absen dulu sebelum memulai pembelajaran."

"Baik, pak."

Ketika dosen sedang mengabsen di depan, Jisya sedang diinterogasi di belakang.

"Lo dari mana aja, kenapa telat masuk?" tanya Jennie, teman dekat Jisya.

"Makan di kantin bareng Taeger," jawab Jisya santai.

Jisya tetap bisa masuk karena ada toleransi keterlambatan sepuluh menit yang sudah disepakati pada awal perkuliahan dengan dosen. Dan Jisya hanya telat 5 menit. Maka dari itu Jisya santai saja sedari tadi.

"Btw, tugas kemarin udah, belum?" tanya Jennie lagi.

"Udah, gue udah kirim dari Minggu lalu," jawab Jisya.

"Coba liat," pintah Jennie. Jisya langsung saja memberikan tasnya pada Jennie, biar temannya sendiri yang mengambil bukunya.

Jennie mengambilnya, lalu mencocokkan miliknya dengan milik Jisya. "Sama. Huh, lega."

Jisya memutar bola matanya, jengah dengan tingkah Jennie yang selalu tidak yakin pada hasil kerjanya sendiri, sehingga ia selalu melihat jawaban Jisya untuk dicocokkan dengan jawabannya.

"Yah, punya gue beda," celetuk Rosie dengan suara pelan. Sahabat Jisya yang satu itu ikut mencocokkan tugasnya dengan milik Jisya. Air mukanya nampak menekuk sebal.

"Tugas gue belum tentu benar, Rosie, bisa aja tugas Lo yang bener," tutur Jisya mencoba menenangkan sahabat bulenya agar tidak over thinking.

"Tugas Lo gak pernah salah, Sya," timpal Lisa. Jisya hanya cengengesan menanggapi ucapan sahabatnya yang cantik tapi ganteng itu.

Jisya paling akrab dengan tiga gadis itu di kelas. Kemanapun selalu bersama, mengerjakan tugas bersama walau kadang ketiga sahabatnya ingin mandiri tapi ujung-ujungnya tetap menyontek milik Jisya. Jisya tidak masalah, toh mereka belajar, bukan bersaing, di perkuliahan tidak ada ranking. Dan Jisya juga ingin lulus bersama-sama dengan sahabat-sahabatnya.

Jisya paling akrab dengan Jennie, mereka sudah bersahabat dari kecil. Renynda Jennita yang kerap disapa Jennie adalah gadis yang cukup pendiam tapi berubah ramai ketika berkumpul dengan orang terdekat. Jika sudah nyaman dengan satu orang, maka Jennie akan mempertahankannya. Contohnya persahabatannya dengan Jisya, Jennie selalu mengikuti Jisya dimanapun gadis itu bersekolah, sampai masuk jurusan yang bukan keahliannya. Tapi Jennie tetap ngotot karena ia mengatakan ia bisa menggambar. Namun ternyata itu tidak cukup untuk bisa menguasai jurusannya.

Di sinilah mereka bertemu Rosie dan Lisa. Mereka dipertemukan dalam satu kelompok sehingga sekarang menjadi sahabat.

Rosie adalah gadis blasteran Australia-Indonesia. Gadis itu datang ke Indonesia untuk berkuliah, dan tinggal sendiri di Indonesia tepatnya di apartemen. Ia akan kembali ke Australia ketika libur semester. Rosie atau nama lengkapnya Roseanne Friska, tipe cewek cerewet, suka over thinking, sering kali bertingkah random bersama Lisa jika sudah kumpul berempat, paling tinggi di antar mereka berempat, dan jangan lupakan rambutnya yang beda sendiri.

Lisa, atau Lalisa Christina. Sahabat Jisya yang paling swag, Lisa adalah cewek tomboi. Ia sering dijuluki cewek ganteng oleh teman kelas mereka, dan Lisa acuh saja menanggapinya, tidak mengganggap serius sedikitpun. Lisa memang tipe cewek santai, apapun di bawa santai olehnya, maut di depan mata pun sepertinya gadis itu akan tetap santai. Banyak yang beranggapan, Lisa salah jurusan karena gaya cewek itu. Tetapi tidak, Lisa mengambil jurusan arsitektur atas kemauannya sendiri tanpa paksaan dari pihak manapun. Lisa juga anak rantau, tapi tidak sejauh Rosie. Lisa lahir di Bali dan besar di sana. Cewek itu ke Jakarta hanya untuk kuliah. Lisa juga menyewa apartemen sama seperti Rosie.

Setelah perkuliahan pertama selesai, empat sejoli itu memilih nongkrong di kantin sembari menunggu kelas kedua di mulai.

"Lisa! Kalo Lo masih lapar ya pesan lagi sana, jangan ngambil punya gue!" Rosie menggerutu sambil menatap Lisa kesal.

Lisa terkekeh, "Pelit banget sih Lo."

"Bukan pelit, Lisa! Gue tuh laper, belum sarapan dan makan siang tadi," ujar Rosie, mulutnya maju beberapa centi.

"Pasti takut telat kan Lo, jadi gak sempat makan siang," tebak Jisya tepat sasaran.

"Iya, gue takut telat. Dan dengan santainya tadi Lo telat masuk karna abis makan di kantin," Rosie semakin memberengut kesal. Jisya tertawa.

Lisa dan Jennie ikut menertawakan Rosie.

"Btw, abis kelas nanti kita ke mall, yuk," ajak Jennie kemudian meminum ice tea-nya.

"Ayo. Gue udah lama gak belanja," balas Rosie kembali ceria. Memang kalau soal belanja, Rosie maju paling depan.

"Males banget," Jisya dan Lisa berucap kompak. Mereka saling tatap kemudian tertawa bersama.

"Kalian harus ikut pokoknya, ya kan, Jen," Jennie mengangguk mengiakan.

"Ngapain belanja lagi sih, Rosie? Masih banyak baju Lo yang belum kepake di lemari," ujar Lisa.

"Gue bukan mau belanja baju aja, Lisa! Skincare dan alat make up gue mulai menipis, gue harus beli sebelum habis!" jelas Rosie.

"Gue ikut kalo Jisya ikut," sahut Lisa lagi.

"Yaelah, Lo bukannya ikut ngebujuk Jisya malah bilang kek gitu! Lo kan tau Jisya paling benci shopping," Jennie menatap Lisa nyalang. Sedangkan Lisa acuh saja, dengan santai menghabiskan minumannya. Jennie melempar Lisa dengan buku kecil miliknya untuk mengutarakan kekesalannya. Lisa mengaduh kesakitan sebentar lalu kembali santuy.

"Kalian aja ya, guys, gue males banget jalan hari ini," tutur Jisya yang membuat Jennie dan Rosie menghela nafas kecewa, sedangkan Lisa bersorak gembira.

"Gue traktir takoyaki deh," celetuk Rosie kemudian. Gadis itu yakin Jisya tidak ada menolak tawarannya kali ini.

Jisya berdiri lalu menggebrak meja, "Gue ikut! Takoyaki, i'm coming!"

"An*ing," umpat Lisa. Sekarang giliran Lisa yang menghela nafas dan Jennie-Rosie bersorak.

Rosie dan Jennie ber-tos ria sambil tersenyum senang karena telah berhasil mengajak Jisya ikut ke mall hanya dengan menawarinya makanan.

"Tau aja Lo kesukaan si perut karet," gerutu Lisa tak terima. Terpaksa ia ikut karena sudah bilang 'gue ikut kalo Jisya ikut'. Tahu begini, Lisa tidak akan bilang begitu. Lisa mengatakan hal itu karena sangat yakin Jisya tidak akan ikut. Terakhir mereka ke mall bersama seminggu lalu, dan biasanya Jisya ingin jalan ke mall ketika sudah merasa lama sekali tidak menginjak pusat perbelanjaan itu. Lisa lupa, sahabatnya itu gampang dibujuk asal dengan makanan. Gagal sudah rencananya ingin bermain game semalaman.

☁️

TBC
Sorry if there's a typo

Castnya pun ikut revisi, hehe. Karena setelah mengalaminya sendiri, Okta akhirnya tau, semakin dewasa, semakin sedikit lingkup pertemanan. Gak masalah kan gak jadi bertujuh? Maaf ya buat yang gak suka dengan alur yang di rombak abis-abisan ini🙏🏻

5/10/21
Revisi: 23/7/23

He And She \ VsooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang